VIII : Menyadari

573 88 3
                                    

10 Juni 2015

Aku masih terbangun. Karena pertanyaannya yang membuatku tersadar.

Jaeyun kini tengah duduk di atas karpet dan mencatat materi pelajaran yang ia dapat dari Hueningkai di atas meja lipat. Sedangkan Jongseong duduk di hadapannya sedang mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan dan berakhir melihat Jaeyun yang sedang fokus mencatat.

Ia memperhatikan wajah Jaeyun lamat-lamat. Mata yang bergerak-gerak melihat dan menulis catatan, hidungnya yang bangir, wajahnya yang berkilau dan bibir kemerahan yang terlihat mengkilap. Ia terlalu sempurna. Ah, selalu sempurna meskipun masih anak Sekolah Menengah Pertama.

'Indah,' batin Jongseong berdecak kagum pada eksistensi Jaeyun di hadapannya kini.

Jongseong selalu kagum pada sosok Jaeyun. Anak yang tidak muluk-muluk namun kelewat sempurna dari ujung kepala hingga ujung kaki, dari luar dan dari dalam diri Jaeyun.

Katakanlah Jongseong berlebihan, namun Jaeyun sangat indah bak pangeran kerajaan dari negeri dongeng. Rasanya, ia tidak pantas untuk bersanding dengan Jaeyun.

'Hah? Apa yang kupikirkan?' tanya Jongseong dalam hati ketika sadar akan pikirannya,

"Hm, kamarmu sangat rapi, cocok dengan kepribadianmu," Jongseong mencoba membuka perbincangan ringan untuk mengalihkan pikirannya tadi.

Jaeyun mendongak dan mendapati Jongseong yang tersenyum sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamarnya.

Mengapa Jongseong tersenyum lembut seperti itu? Dadaku sesak. Ah, Aku menyesal mengajaknya ke kamarku.

"Tidak juga, kebetulan kamarku sedang rapi saja," jawab Jaeyun yang agak tersipu karena dipuji,

"Kau memang selalu rapi, Jaeyun. Siapa yang selalu merapikan baki makan setelah kita makan di kantin?"

Iya, Jaeyun seringkali merapikan baki makan miliknya dan teman-temannya setelah selesai makan.

"Ah, aku melakukan itu agar bibi kantin tidak kesusahan saat mengambil baki makan itu. Lagi pula kasihan, bibi kantin harus melayani siswa yang jumlahnya banyak itu," jawab Jaeyun lagi.

"Lihatlah, bahkan kau memikirkan keadaan bibi kantin. Kau benar-benar baik," lagi-lagi Jongseong memujinya,

"Terus, siapa yang suka merapikan bola setelah selesai jam olahraga atau siapa yang suka menata tabung kimia dan tabung erlenmeyer untuk praktik kelompok?" tanya Jongseong panjang lebar berusaha meyakinkan Jaeyun membuat Jaeyun termenung,

Mengapa ia sangat memperhatikan sikapku, ya?

"Kau benar-benar rapi, Jaeyun. Tidak hanya rapi, tapi baik hati, pintar, lucu, menggemaskan-"

"Sudah, Jongseong! Jangan memujiku terus! Aku malu!" rengek Jaeyun sambil menutup wajahnya, malu karena pujian yang berturut-turut keluar dari mulut Jongseong.

Jongseong tidak tahan dan bergerak membuka tangan Jaeyun dan mencubit pipi Jaeyun gemas.

'-dan sempurna.' Lanjut Jongseong dalam hati.

Ia selalu bersikap manis seperti ini dan aku hanya bisa berdiam diri tidak tahu harus apa.

Tanpa sadar Jaeyun menggenggam kedua tangan Jongseong yang ada di pipinya dan beradu tatap. Kedua memandangi mata satu sama lain. Larut dalam pikiran masing-masing dengan perasaan yang hendak meledak.

Namun, tertahan kuat oleh ego yang tidak ingin mereka mengeluarkan reaksi dan kata-katanya.

Keduanya tersadar dari pikiran masing-masing dan Jaeyun melepas genggaman tangannya dari Jongseong begitu juga dengan Jongseong yang menarik tangannya dari pipi Jaeyun.

"Em, Jongseong, kau lapar tidak? Aku buatkan makanan, ya" tawar Jaeyun berusaha menghilangkan kecanggungan di antara keduanya,

"Apa tidak merepotkanmu?" tanya Jongseong ragu,

"Tidak, catatanku sudah selesai. Dan, Jongseong, aku sudah bilang, makanan apapun yang kau mau akan kubuatkan untukmu," ucapan Jaeyun membuat Jongseong tersenyum hangat lantar bertanya,

"Mengapa kau begitu baik padaku?" pertanyaan yang digantung karena menyadarkan segala kewarasan Jaeyun.

Pertanyaanmu itu. Kurasa itu membuatku sadar.

Aku menyukaimu, Jongseong.

-Bersambung-


Hai! Selamat datang di kelanjutan book words to say!

Nah, akhirnya Jaeyun udah sadar kalo dia suka sama Jongseong. Selama ini dia denial, tapi ya nunjukin tanda-tanda kalo dia suka sama Jongseong.

Nanti bakal ke jawab kenapa dia rada enggan ngakuin kalo dia suka sama Jongseong.

Semoga part ini nge-feel, yaa. Semoga suka sama ceritanya! Mohon ditunggu kelanjutannya!

Love,
Asha.

words to say - jayke [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang