XX : Kembali Tertaut

510 71 6
                                    

Jaeyun menangis pilu sambil memeluk buku diary-nya yang sudah berakhir itu. Seluruh serpihan kenangan yang ia coba untuk lupakan kini saling bertaut seperti puzzle.

Sedih tak dapat ia bendung. Mengingat betapa bodoh dan naifnya dirinya hingga perasaan pun ikut menjadi korban.

Sampai sekarang ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Jongseong telah pergi. Pergi jauh hingga ia tidak dapat menggapainya. Janji tak ditepati, ia pergi ke SNU seorang diri tanpa dapat bertemu dengan Jongseong lagi.

Kenyataan bahwa ia masih mencintai Jongseong pun membuatnya menutup diri dari siapapun. Jongseong yang terlalu baik itu dan tak pernah melukai Jaeyun membuatnya tidak bisa menerima kehadiran siapapun kecuali para sahabat dan orang terdekat lainnya.

Hidup Jaeyun kosong, terasa percuma sebab rasa penyesalan yang dalam. Segala usaha telah ia coba. Menyibukkan diri di masa perkuliahan hingga menyimpan buku-buku diary-nya rapat-rapat yang kini tak sengaja ia baca.

"Kak Jaeyun!" seru Jungwon membuka pintu gudang setelah ia dan Sunoo mendengar tangisan keras dari Jaeyun.

Jungwon dan Sunoo langsung memeluk Jaeyun yang menangis itu.

"Aku menyesal! Seharusnya aku mengesampingkan egoku! Jongseong-ku sudah pergi." Jaeyun mengucapkannya dengan putus asa.

Ia menangis keras di dada Sunoo hingga baju Sunoo ikut basah. Keduanya berusaha menenangkan Jaeyun. Sunoo mengelus kepalanya sedangkan Jungwon mengelus punggung Jaeyun yang naik-turun, ketiganya masih saling memeluk.

Sunoo dan Jungwon adalah sahabat Jaeyun yang lain yang ia dapatkan karena kedua adik kelasnya itu juga mengikuti ekstrakurikuler KIR –Karya Ilmiah Remaja. Seluruh sahabat Jaeyun telah mengetahui kisah Jaeyun beserta penyesalannya.

Maka dari itu, Sunoo berusaha menghubungi kekasihnya, agar membantu menenangkan Jaeyun.

"Kak, ayo ke kamar. Di sini kotor, Kak." Bujuk Sunoo agar Jaeyun mau beranjak dari gudang.

Jaeyun akhirnya mengangguk dan pergi ke kamarnya dengan membawa buku diary-nya bersama Sunoo dan Jungwon.

Luka yang ia coba sembuhkan selama 2 tahun terakhir kembali menganga. Ia kubur buku diary-nya agar ia bisa melupakan hari di mana dunianya hancur.

Sejak saat itu ia pun tidak pernah menulis curahan hatinya di buku diary ataupun di media apapun.

Padahal, itu adalah salah satu cara Jaeyun mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan.

Susah payah ia bangun dunianya yang terasa tidak sama lagi. Meskipun ia menjadi lebih vokal dalam menyampaikan perasaan dan pendapatnya, namun ia tetap lebih banyak memendamnya sendirian dan tidak tersalurkan pada tulisan yang bisa membuat Jaeyun lebih tenang.

Jaeyun masih melamun sedari tadi dengan pikiran yang berkecamuk. Jungwon dan Sunoo hanya bisa saling bertatapan, tidak tahu harus apa. Keduanya mengelus lengan Jaeyun berusaha memberikan ketenangan pada Jaeyun.

Jaeyun terlihat amat kusut. Mata memerah dan membengkak, pipi yang basah bekas menangis, hidung pun ikut memerah.

Suara pintu terbuka, menampakkan wujud sahabat terdekat Jaeyun.

"Jaeyun," panggil Sunghoon seraya menghampiri Jaeyun.

Saat melihat buku diary di pelukan Jaeyun, Sunghoon paham apa maksud dari Jaeyun menangis keras-keras yang dikatakan Sunoo agar ia segera ke rumah Jaeyun.

"Tidak apa-apa, Jaeyun. Ini semua bukan salahmu." Ucap Sunghoon meyakinkan Jaeyun yang kini kembali menangis.

"Yang terpenting kau sudah yakin pada perasaanmu meski belum sempat terucap. Tidak ada yang perlu disesali. Aku yakin Jongseong pun tahu bahwa ia telah disayangi oleh sosok hebat sepertimu." Kini Sunghoon menepuk-nepuk kepala Jaeyun.

"Jongseong pasti sudah tenang di sana. Banyak yang sayang padanya. Dia pasti senang. Kita hanya bisa mendoakannya, Jaeyun."

"Kakak, jangan menangis lagi, aku jadi ikut menangis." Bujuk Jungwon yang kini matanya sudah berair, siap menangis jika tangisan Jaeyun makin keras dan ia menyandarkan kepalanya pada pundak Jaeyun.

Sedangkan Sunoo berusaha mengusap air mata Jaeyun yang deras. Tangisan Jaeyun perlahan surut seiring afeksi yang tak henti-henti diberikan dari ketiga sahabatnya itu dan akhirnya tangisan itu terhenti.

"Tidak apa-apa, Jaeyun. Jika merelakan terasa sulit untukmu, setidaknya pilihlah untuk berbahagia sekarang. Kau pantas bahagia." Ucap Sunghoon sekali lagi, ia berusaha meyakinkan Jaeyun untuk keluar dari belenggu masa lalunya.

Seluruh perkataan Sunghoon membuat Jaeyun tersadar, bahwa selama ini ia tidak pernah berusaha untuk memilih bahagianya. Ia terlalu sibuk mengurung diri dalam penyesalan.

-Bersambung-

Hai! Selamat datang di kelanjutan book words to say!

Ga kerasa, ternyata book ini udah mau selesai. Makasih yaa yang masih mau nyempetin baca sampe sini. Sayang readers banyak-banyak.

Anyway, semoga suka ya sama lanjutannya. Mohon ditunggu lanjutannya.

Love,
Asha.

words to say - jayke [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang