XXI : Pergi untuk Bahagia

604 70 15
                                    

"Buka ini sepulang dari sana, ya." Sunghoon memberikannya sebuah amplop berwarna biru langit yang terlihat bekas lipatan bagi duanya. Amplop tersebut usang seperti dimakan oleh waktu.

"Hah? Ini apa?" tanya Jaeyun kebingungan.

"Tidak tahu, cek saja nanti." Jawab Sunghoon cuek.

Setelahnya Jaeyun bergegas menuju mobilnya dan pergi dari rumah Sunghoon. Sebelum pergi ke tempat tujuannya, Sunghoon menyuruhnya untuk mampir ke rumahnya. Ternyata ia ingin memberikan amplop ini.

Ia menikmati perjalanannya kali ini. Ditemani dengan lagu Always dari Gavin James, ia hanyut dalam suasana. Lagu ini mewakili perasaannya yang tak dapat diungkap dalam kata.

Mobil Jaeyun sudah terparkir rapi di tempat parkir. Ia segera keluar dari mobil dan membawa bunga yang sudah ia siapkan.

Di sinilah ia berdiri. Di tempat peristirahatan terakhir Jongseong. Tempat orang yang tak sempat ia ajak bicara perihal rasa cintanya itu. Untuk pertama kali setelah 2 tahun lamanya, Jaeyun datang ke sini.

"Halo, Jongseong. Selamat pagi. Eh, atau siang ya?" sapa Jaeyun begitu sampai di makam Jongseong.

Jaeyun bergegas membersihkan dan merapikan makam Jongseong. Setelahnya ia meletakkan bunga yang ia bawa di atas makam Jongseong. Bunga itu Bunga Anyelir merah.

Jaeyun berdoa dengan khusyuk mengharapkan yang terbaik untuk after-life Jongseong.

"Sudah lama aku tidak ke sini, ya?" lanjut Jaeyun bermonolog ditemani semilir angin.

"Maaf ya, aku baru bisa ke sini sekarang. Baru berani, hehehe.

Jongseong, aku berhasil masuk SNU, loh. Teknik Sipil lagi, keren, kan?

Padahal waktu itu kita sudah berjanji, masuk SNU bersama. Tapi, ternyata aku sendirian yang masuk.

Kira-kira kau sedang apa ya di sana? Di sana ada sandwich tidak? Kau paling suka sandwich buatanku, bukan?

Aku yakin kau pasti makan enak di sana. Kau itu anak baik, Tuhan juga menyayangimu."

Napas Jaeyun mulai tercekat, tidak kuat melanjutkan monolognya.

Ia nampak begitu menyedihkan berbicara tanpa ada suara yang menjawabnya. Ia butuh jawaban. Tapi sepertinya diam juga jawaban untuknya.

Bahwa heningnya suasana ini membawa damai, berusaha meyakinkan Jaeyun bahwa tidak ada yang salah. Semua baik-baik saja.

"Ada hal yang selama ini tidak pernah kuungkapkan padamu, Jongseong.

Sampai-sampai hidupku penuh penyesalan setelah kau pergi. Kepergianmu sungguh menjadi titik balik kehidupanku. Bahwa selama ini aku bersikap pengecut.

Aku mencintaimu, Jongseong." Ucap Jaeyun seraya mengusap nisan Jongseong penuh sayang.

"Dari awal kelas 9 aku sudah menyukaimu. Aku juga sudah mau mengungkapkan perasaanku padamu saat kelulusan.

Namun, fakta bahwa kau pindah ke Seoul membuatku berpikir kalau perasaanku ini semu belaka.

Sampai akhirnya aku sadar rasa suka ini sudah berubah menjadi rasa cinta."

"Tapi, aku tidak pernah berani mengungkapkannya padamu.

Aku takut sekali Jongseong. Aku takut jika kebaikanmu itu bohong belaka.

Ah, aku sering dimarahi Sunghoon juga karena meragukan kebaikanmu.

Dia tidak salah, sih. Dia sahabat terbaikmu, dia pasti tahu benar tentang dirimu."

Jaeyun menarik napas dalam sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya.

"Jongseong, kau tahu tidak arti Bunga Anyelir merah?

Anyelir secara umum artinya cinta abadi. Bunga Anyelir merah artinya 'aku tidak akan melupakanmu'.

Tadi aku sudah sempat bertanya dengan pegawai toko bunganya, dia bilang seperti itu. Jadi, aku pilih bunga ini. Semoga suka ya."

"Jongseong, seperti arti bunga ini, aku tidak akan melupakanmu. Kau akan tetap menjadi cinta yang kutuju selamanya.

Meskipun aku memutuskan untuk pergi.

Tenang saja, Jongseong. Aku akan sering mengunjungi rumah abadimu.

Hanya saja aku pergi untuk meraih bahagiaku. Meninggalkan seluruh kelam yang merenggutku.

Kau juga sudah bahagia di sana, bukan?

Semua orang menyayangimu. Tuhan juga lebih menyayangimu. Makanya Dia menjemputmu pulang."

Kini Jaeyun sudah sepenuhnya menangis, merasa lega telah mengungkapkan semua yang ia bungkam selama ini.

"Jongseong, aku akan terus mencintaimu. Kau tersimpan di dalam hatiku.

Oh iya, seperti lagu Katy Perry. The One That Got Away.

In another life, i will be your boy. Karena aku laki-laki jadi boy, ya hehehe." Jaeyun mengusap air mata yang terus mengalir.

"Mari bertemu di kehidupan selanjutnya, Jongseong.

Aku berjanji akan menjagamu dan mengejarmu.

Akan aku ungkapkan perasaanku padamu.

Karena, rasa sesal itu tidak enak."

"Doakan aku, ya. Sekarang aku sudah ikhlas, Jongseong.

Berbahagialah, maka aku juga akan meraih kebahagiaanku di sini.

Tunggu aku di kehidupan kita selanjutnya ya, Jongseong. Aku mencintaimu.

Sampai jumpa! Nanti aku mampir lagi, ya!"

Jaeyun bangkit dari duduknya, berjalan meninggalkan makam Jongseong. Menutup mata menikmati angin yang menerpa dirinya, lantas ia tersenyum. Keputusannya sudah final, ia akan mengejar bahagianya sama seperti Jongseong yang sudah bahagia di sana.

"Aku akan menunggumu, Jaeyun. Aku juga mencintaimu."

Sosok bayangan yang tak disadari Jaeyun kini perlahan menghilang bersama damainya suasana. Bahagia karena yang ia tunggu selama ini telah mengunjunginya.

-Bersambung-

Hai! Selamat datang di kelanjutan book words to say!

Amplop biru itu kira-kira apa yaa?

Anyway, semoga suka ya sama lanjutannya. Mohon ditunggu lanjutannya.

Love,
Asha.

words to say - jayke [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang