4

35 6 0
                                    


Hari ini changbin memutuskan untuk pulang kerumahnya setelah mendengar kabar bahwa ibunya sakit, bagaimanapun changbin tidak akan tega jika ibunya kenapa-napa apalagi karena masalah perjodohan itu.

"Kim apa aku harus menerima perjodohan itu?"

Mereka sedang di perjalanan menuju rumah changbin, seperti biasa kim setia mengantar tuannya

"jawabannya ada pada diri tuan"

"Coba posisikan dirimu menjadi aku, apa kamu akan menerima perjodohan orang tuamu?" kim terdiam seperti memikirkan jawaban yag tepat

"jika itu membuat orang tuaku bahagia, maka aku akan terima"

"meskipun kau tidak mengenal calonmu itu?" kim menjawab dengan menganggukkan kepalanya

"Bahkan mereka tidak pernah membuatku bahagia"

Hening sesaat kemudian changbin menatap keluar kaca mobil

"Aku akan tetap menolaknya"

........

Sesampainya changbin dirumah, ia langsung menuju kamar mamahnya dan melihat wanita paruhbaya itu sedang berbaring dengan selang infus yang menempel pada lengan kirinya, perlahan changbin menghampirinya yang sedang terlelap, disitu ada suster yang sedang memeriksa keadaan mamahnya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya changbin pada perawat itu

"Nyonya gwen terlalu banyak pikiran dan membuatnya tidak nafsu makan beberapa hari belakangan ini menyebabkan kesehatannya melemah, tapi sekarang sudah stabil, nyonya hanya perlu istirahat saja" perawat itu menjelaskan pada changbin secara detail

"Terima kasih"

"Baik saya permisi" changbin mengangguk dan perawat itu meninggalkan ruangan ini.

Changbin menarik kursi kecil yang ada di dekat ranjang mamahnya kemudian menggenggam tangannya dan mengusap secara halus menggunakan jempolnya

mamah terbangun dan changbin langsung melepas genggaman tangannya itu

"Maaf membangunkan mamah" changbin berdiri dari duduknya dan hendak meninggalkan ruangan itu tetapi sang mamah menahan lengan changbin dan seakan menginstruksikan untuk duduk kembali

"sebaiknya mamah istirahat lagi" changbin menarik selimut dan berusaha menutupi sebagian tubuh mamahnya

"kamu masih marah sama mamah?"

"Bagaimanapun aku akan terus menolak perjodohan ini" mamah yang mendengar itu hanya tersenyum lemah

"Apa yang harus mamah lakukan agar kamu menerima perjodohan ini?"

Changbin terdiam dan menundukan kepalanya menatap lantai

"temui dulu"

Changbin kemudian mengangguk, tetapi sebenarnya changbin tetap akan menolak, ia mengiyakan perkataan mamahnya karena tidak ingin memperburuk kesehatan mamahnya.

"mamah akan mengatur jadwal pertemuan antar keluarga, kamu harus luangkan waktu pada hari itu"

Changbin mengangguk dan langsung meninggalkan kamar mamahnya dan yang pasti pergi ke kamarnya.

.
.
.

"benar-benar menyulitkan" changbin merebahkan kasar tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti setelan kemejanya.

Pikirannya tak karuan, ia harus memiliki rencana agar bisa membatalkan perjodohan itu.

"apa aku harus membuat kontrak nikah?"

"tidak tidak, ayo changbin berpikir!"

"aku harus menyingkirkannya"

........

"yeri ayo makan"

"Iya bu sebentar" Aku berteriak dari dalam kamarku

Dan kemudian aku langsung menghampiri ibuku yang sudah menyiapkan makanan di meja makan, dan kalian tahu? Ibuku memasak banyak sekali makanan kesukaanku, wow ada apa ini

"wih tumben sekali, seperti ada kabar baik cepat katakan" tanpa pikir panjang aku langsung mengambil tempat duduk ku dan menyantap beberapa makanan

"makan dulu sampai kamu kenyang" kata ibuku sambil menaruh beberapa makanan di piringku, yaudah tidak penting yang terpenting sekarang adalah aku harus menghabiskan semua makanan kesukaanku, kapan lagi coba ibu memasak sebanyak ini untukku

Setelah melihatku selesai memakan hampir semua makanan yang ibuku masak, kemudian ia langsung memposisikan diri ingin bertanya

"Kau minggu ini jadwalnya padat?"

"sepertinya tidak, aku baru selesai uts dan kemungkinan masih santai kuliahku" kemudian ibu menjetikkan jarinya

"Kenapa" ibuku belum memberitahuku ada apa

"sabtu ini luangkan waktumu ya"

"Untuk apa?"

"pertemuan keluarga dengan nyonya gwen"

"nyonya gwen?" siapa dia, asing sekali namanya

"orang tuanya changbin, calonmu"

"yasudah" aku langsung menjawab dengan santai

"h-hah?" sepertinya ibuku kaget dengan jawabanku

"ada yang salah?"

"Kenapa mudah sekali"

"aku tidak mempersalahkan perjodohan ini" betulkan? Aku sudah menerima perjodohan ini dan sejak awal aku sudah menyetujuinya, apa aku salah?

"kalau tahu akan semudah ini, ibu tidak usah repot-repot memsak ini semua untukmu" aku menganga mendengar pernyataan ibuku

"jadi ini seperti sogokan untukku?"

Lihat ibuku hanya cengengesan, ini kabar baik untuk ibuku tapi tidak denganku

Kalian pikir aku biasa saja setelah mendengar sabtu ini aku akan bertemu langsung dengan changbin? Kalian salah! Sekarang aku sedang tremor bahkan dengan memegang sumpit ini.

Bagaimana jika benar kalo dia om om

Nasibku buruk sekali

"Nara sabtu ini aku akan menemui changbin"
"Waw cepat sekali" ucap nara melalui telepon, ya aku langsung menghubunginya tadi

"Aku takut"

"Kenapa harus takut, justru pertemuan itu penting, agar kamu bisa mengenal changbin lebih dalam lagi, bukannya kamu penasaran dia seperti apa?"

"pernikahan itu sekali seumur hidup, masa aku harus sama om om huaaaaaaa"

"Kalo begitu kamu harus setia dengan changbin"

Nara memang tidak peka ya, seharusnya dia menghiburku atau melakukan sesuatu untuk membantuku, tapi ah sudahlah, nara memang nara




Tbc

Please Save Me || Seo Changbin (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang