3

37 5 0
                                    


"ibu sudah gila? Umurku baru 20 tahun dan ibu menyuruhku untuk menikah? Kuliahku saja baru semester 6"

"nak ini harus dilakukan, karena ayahmu sudah pernah berjanji sebelumnya"

"aku tidak mau" tegas yeri menolak

"kenapa? Laki-laki yang mau dijodohkan denganmu itu sudah mapan dan mampu menghidupi keluargamu nanti"

"tetap tidak mau bu"

"yeri kamu sayang ayah sama ibu kan?" yeri menatap bola mata ibunya dengan sendu

"aku sangat sayang kalian, maka dari itu aku menolak, jika aku sudah menikah siapa yang akan menami ibu dirumah? Siapa yang akan bantu ibu dirumah, aku tidak mau ibu kesepian" ucap yeri dengan tatapan tulus
Tetapi sang ibu yang mendengar itu hanya senyum diiringi tawa kecil

"kenapa tertawa? Aku serius bu" ucap yeri sambil melipat kedua tangannya didepan dada dan mempoutkan bibirnya.

"jadi kamu selamanya gaakan mau nikah?"

"y-ya bukan seperti itu, kalo ini terlalu cepat"

"yeri, setelah kamu menikah kamu bisa mengunjungi ibu kapanpun kamu mau, calonmu tidak akan melarangmu" ucap ibu sambil menghampiri yeri dan mengusap rambut yeri

"jangan khawatir, ibu tidak apa-apa, lagi pula kalo ibu butuh bantuan ibu bisa langsung menelponmu untuk datang kerumah" ucap ibu lagi seraya menarik dagu putrinya perlahan agar menatap matanya yang meyakinkan putrinya.

Akhirnya yeri mengangguk dan menyetujui perjodohan itu.

Setelah menyelesaikan percakapan dengan ibunya, yeri langsung masuk kedalam kamarnya dan memutuskan untuk membersihkan dirinya, karena tadi ia baru saja pulang dari kampus, belum sempat mandi tapi tadi ibunya sudah mengajak yeri untuk membicarakan persoalan tadi.

Setelah selesai mandi, yeri menghampiri ibunya yang sedang menonton tv kemudian yeri duduk disamping ibunya, ada beberapa hal yang ingin ditanyakan yeri kepada ibunya

"bu aku ingin bertanya boleh?" yeri menyandarkan kepalanya pada bahu ibu

"kenapa tidak boleh??"

"aku hanya ingin bertanya nama dari laki-laki yang akan dijodohkan nanti"

"nanti kamu akan tahu anak"

"ah ibu...sebutkan saja sekarang" yeri merajuk dan menggoyangkan lengan ibunya

"oke oke...." setelah mendengar itu yeri langsung mengubah duduknya menjadi menyilangkan kedua kakinya dan menaru kedua lengannya di tumpuan kakinya

"Changbin namanya seo changbin"

"Seo Changbin?" ucapku seraya mengerutkan dahi

"apa dia punya instagram? Aku ingin tahu seperti apa dia" lanjutku sambil membuka aplikasi instagram yang ada di hpku kemudian mengetikkan nama seo changbin pada panel pencarian, tapi sepertinya bukan ini yang dia cari

Sang ibu yang melihat anaknya itu tertawa kemudian mengambil handphone yang berada pada genggaman anaknya

"seorang yang sibuk mana ada waktu untuk memainkan applikasi seperti itu"

"Kenapa? Ini kan hal yang trand, atau jangan-jangan dia sudah sangat tua" yeri langsung menatap kedua bola mata ibu dengan tanda bertanya-tanya

"ibu tidak menjodohkanku dengan pria yang sangat tua kan?"

"dia belum terlalu tua yeri"

"pasti umurnya diatas 30 tahun kan bu"

Ibu menghiraukan pertanyaanku dan beralih masuk kedalam kamarnya

"sudahlah kamu besok ada kelas kan? Cepat tidur" ucap ibu kemudian hilang setelah pintu kamar tertutup.

Aku yang melihat itu hanya mendengus kesal

"Bagaimana bisa aku tidur"

"aaarrghh kenapa harus om om"


........

"yeri wajahmu kusut sekali" tanya nara seraya duduk didepan yeri, nara adalah temanku sejak SMA dan sampai sekarang mereka masuk universitas yang sama walaupun beda jurusan, aku mengambil jurusan kedokteran sedangkan nara mengambil apoteker.

"Nara usia kita sudah cocok untuk menikah belum ya?"

"Tiba-tiba sekali pertanyaanmu"

"Aku dijodohkan"

Uhuk uhuk
Nara yang baru meneguk air minum langsung tersedak ketika mendengar apa yang aku katakan

"kau serius?" aku menjawab dengan menganggukan kepala

"Dengan siapa?"

"aku belum tahu pasti laki-laki itu seperti apa, aku baru tahu namanya saja"

"siapa namanya?"

"sio mangbin... seo-..." loh aku lupa siapa nama dia

"Ah aku lupa namanya"
"Kenapa bisa sampai kamu dijodohkan?"

"ayahku dengan ayahnya changbin-

"AHHHH NAMANYA CHANGBIN, SEO CHANGBIN" nara sedikit terlonjak mendengar suaraku yang tiba-tiba mengeras dan membuat orang-orang yang ada dikantin otomatis mengalihkan pandangannya menjadi tertuju padaku dan nara
Aku dan nara langsung menundukan kepala malu, maaf tapi itu sangat spontan

"sepertinya kita harus pindah tempat" nara menyetujui penawaranku

Oke aku dan nara sekarang sedang berada di taman universitas tepatnya dibawah pohon, disini sangat sejuk, aku menidurkan kepalaku di pangkuan nara

"ayahku dan ayahnya changbin dulu pernah berjanji akan menikahkan anak mereka jika lahir lawan jenis, ibuku bilang changbin ini sudah memiliki pekerjaan yang bagus dan juga sangat mapan" kemudian aku bangun dan menatap nara

"Menurutmu yang dijodohkan sama aku itu umurnya berapa?"

"Menurutmu?" sial nara malah menanyakan balik

"Pasti 30 tahun keatas kan! Mana mungkin jika umur dia setara denganku dan sudah mapan, itu mustahil" aku menarik rumput taman dan melempar sembarang

"iya juga sih"

"tuhkan! Huaaaaaaaaa masa aku harus nikah sama om om"

"Tidak apa jika dia kaya"

Nara kadang kurang ajar ya


Tbc

Please Save Me || Seo Changbin (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang