Muhammad Arshaka Amani, yang biasa dipanggil Shaka, adalah seorang dosen sekaligus putra sulung dari Arroyan Alzam Amani dan Humaira Satiera Ulfa. Ia juga merupakan salah satu anak kyai pemilik Pondok Pesantren As-Almani. Namun, Shaka memilih untuk tidak tinggal di ndalem, atau lebih dikenal dengan rumah kyai yang berada di dalam pesantren. Ia lebih memilih tinggal di luar pesantren karena menjalankan tugas-tugasnya dan mengurus beberapa perusahaan.
Shaka memiliki seorang adik perempuan bernama Arini Satiera Amani. Hari ini, Shaka mengunjungi Pondok Pesantren As-Almani. Ibunya bilang bahwa ia sangat merindukannya, bahkan sampai jatuh sakit karena terus memikirkan Shaka.
"Shaka, apakah tidak sebaiknya kamu tinggal bersama kami di sini? Lagi pula, kamu belum memiliki pendamping hidupmu, Nak!" tutur Alzam, yang tengah duduk bersama keluarganya.
Shaka menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. "Abba, Shaka mengerti maksud ucapan Abba, tetapi sayang sekali jika rumah itu tidak Shaka tempati!" ujar Arshaka.
Alzam mengangguk sambil sedikit tertawa. Sementara itu, ibunya kini sudah berkaca-kaca. "Mengapa kamu tidak mau tinggal bersama kami di sini, Shaka? Umma sangat merindukanmu!" katanya sambil memegang tangan putranya.
Arshaka membalasnya dengan senyuman. "Umma, Shaka harus menempati rumah itu. Shaka juga memilih tinggal di sana karena Shaka harus mengajar. Lagipula, Shaka juga selalu pulang larut malam. Insya Allah, jika Shaka libur nanti, Shaka akan menginap di sini dan membantu Abba mengajar di pesantren ini!" tuturnya lembut.
"Nak, apakah sesibuk itu? Jika iya, Umma sangat berpesan jangan pernah kamu tinggalkan sholatmu, nak. Jangan menunda makanmu juga!"
Arshaka tersenyum. "Sholat itu adalah kewajiban, dan itu juga bekal untuk Shaka nanti. Insya Allah, Shaka akan selalu melaksanakan sholat dengan tepat waktu!"
Humaira pun mengangguk mendengar jawaban putranya itu, begitu pula Alzam yang tersenyum mendengar penuturan anaknya.
"Abba, Umma, Shaka pamit pulang ya, sudah larut malam. Besok Shaka harus kembali mengajar," tutur Arshaka.
Alzam dan Humaira mengangguk sambil mencium kening putranya. Lelaki itu mencium tangan Alzam dan Humaira secara bergantian untuk mendapatkan keberkahan.
"Loh, Mas pulang? Arin baru saja membuatkan ini untuk Mas!" tutur Arini yang baru datang membawa nampan berisi minuman dan makanan yang tadi ia buat.
Arini adalah adik Shaka yang berusia sekitar 6 tahun lebih muda. Kini Arini sedang berkuliah, tetapi gadis itu memilih untuk melanjutkan kuliahnya di sekitar pondok pesantren saja; ia tidak memilih melanjutkannya di luar negeri karena tak tega harus meninggalkan ibunya.
"Sudah larut malam, Arin. Mas harus pulang..." Arshaka berjalan menghampiri Arini dan mengusap halus kepalanya yang ditutupi hijab.
Arini memperhatikan kue yang ia buat. Namun, Arshaka mengerti raut wajah Arini saat itu. Ia segera mengambil tempat makan untuk makanan yang sengaja dibuatkan Arini.
"Mas bawa pulang saja boleh?" tanya Arshaka. Arini pun mengangguk senang. Gadis itu menatap tempat makan yang tadi kakaknya ambil.
"Arini kira Mas akan menginap di sini..."
Arshaka menggelengkan kepalanya. "Esok hari Mas harus mengajar, Dek. Tapi Mas janji, Mas akan sering datang ke sini..."
Arini mengangguk. "Mas harus coba, ya. Pasti enak sekali!" tutur Arini. Mendengar itu, Arshaka pun mengangguk.
"Shaka pamit ya, Assalamualaikum..."
•••
Arumi keluar dari kamarnya dengan seragam yang ia kenakan. Gadis itu masih mengenakan rok panjang dan lebar agar setiap lekuk tubuhnya tidak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi Dan Masa Lalu
Teen Fiction"Kalau kamu masih menanyakan mengapa Ayah dan Bunda selalu melarangmu, kejadian ini lah jawabanya, Arumi. Ini yang Ayah takutkan selama ini. Hubungan di luar dari pernikahan itu hanya dilandasi oleh nafsu belaka Arumi. Sekarang, kehormataan kamu tel...