Setelah kemarin Alzam mendapati jawaban dari Arshaka kini Alzam memanggil Hanif berserta Halimah untuk membicarakan perjodohan.
"Nak, kamu sudah yakin dengan keputusan ini?" tanya Humaira.
Arshaka yang sejak tadi tertundukpun kini mendongakan kepalanya menatap pemilik suara itu. Arshaka tak memberikan jawaban apapun untuk Humaira, lelaki itu hanya memandang Humaira dengan senyuman.
"Sayang, jika kamu tidak yakin kami bakal membatalkan perjodohan ini!" ucap Humaira kembali, entah mengapa Humaira merasa putranya itu ragu dengan keputusan yang ia buat sendiri.
"Tidak apa-apa Umma, jika memang ini yang terbaik Shaka tidak masalah. InsyaAllah, Allah akan membantu Shaka untuk memiliki perasaan kepada Halimah!" jawab Arshaka.
Humaira mengangguk, "Nak, ingatlah Umma tidak pernah meminta kamu agar segera menikah muda, jika memang Shaka belum siap jangan lah di paksa Nak!" ucap Humaira.
"Bicaralah kepada kami jika kamu berubah pikiran!" lanjut Humaira.
•••
"Zhabia," sapa Altha ketika melihat Zhabia yang tengah duduk di bangku taman rumah sakit seorang diri.
Zhabia menghapus air matanya kasar, gadis itu memberikan senyuman kepada Altha. Alhatir ini adalah sepupu Zhabia. Dulu, keduanya cukup dekat sekali namun karna Altha sempat sibuk akan kuliahnya Altha jadi jarang bertemu dengan Zhabia.
"Kak Altha!" sapa Zhabia kembali.
Altha meminta izin untuk duduk di sebelah Zhabia,dan gadis itupun mengangguki. Kini Altha tengah duduk di sebelah Zhabia, lelaki itu mengeluarkan sapu tangan ketika melihat hidung Zhabia yang kembali mengeluarkan darah.
Zhabia mengambil sapu tangan yang di berikan Altha. "Terimakasih ya, Kak!" ucap Zhabia.
"Sama-sama Bia," ucap Altha, ia masih memberikan senyumannya kepada Zhabia. "Apa yang sedang kamu pikirkan Bi?" tanya Altha melihat wajah murung Zhabia.
Zhabia menggelengkan kepalanya, "Entahlah Kak, Zhabia ngerasa lelah, Kenapa ya kak harus Zhabia yang merasakan ini?"
"Karna kamu hebat, Bi."
Zhabia merasakan tangan Altha menyentuh wajahnya menghapus air mata yang sempat menetes kembali, "Di mana ayah dan Bunda mu?" tanya Atha. Zhabia menggelengkan kepalanya.
"Kak Altha tidak istirahat? bukan kah jam segini para dokter sedang beristirahat ya!" ucap gadis itu.
Alhta tersenyum, "Seharusnya seperti itu, tapi karna Kakak melihat kamu tengah menangis di sini jadinya kaka menghampiri mu!" jelas Althair, mengelus rambut Zhabia, namun baru saja ia ingin mengelusnya kembali ternyata rambut gadis itu sudah banyak di jemarinya.
"Zhabia sudah semakin parah Kak, rambut Zhabia saja sudah sangat tipis seperti ini!" ujar Zhabia mengambil alih rambut yang berada di jemari lelaki itu.
"Bia, kakak mohon kamu harus bersemangat bi, Jika kamu kembali bersemangat, kakak janji akan memberikan kamu hadiah, Zhabia!" ucap Altahair.
"Apa hadiahnya?" tanya Zhabia.
"Kakak akan menuruti semua keingiann kamu!" jawab Althair.
Mendengar itu Zhabia kembali bersemangat, gadis itu kembali mengukir senyuman di wajahnya. Menatap Althair dengan senang.
"Zhabia mau jalan-jalan tapi Zhabia mau dokter Arumi juga ikut!" ucap Zhabia.
Tak hanya Zhabia yang senang, kini Altha juga senang mendengar permintaan dari gadis itu. Siapa yang tidak senang jika ia akan berpergian bersama Arumi? Tapi ia ragu jika Arumi akan menerima ajakannya itu, karna seperti yang kita tau Arumi sering kali menolak ajakan Altahair, bahkan terkadanh gadis itu sering kali menghindari Altha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi Dan Masa Lalu
Teen Fiction"Kalau kamu masih menanyakan mengapa Ayah dan Bunda selalu melarangmu, kejadian ini lah jawabanya, Arumi. Ini yang Ayah takutkan selama ini. Hubungan di luar dari pernikahan itu hanya dilandasi oleh nafsu belaka Arumi. Sekarang, kehormataan kamu tel...