Setelah selesai sholat tadi Arshaka memutuskan untuk kembali ke Ndalem karna ia harus menyiapkan beberapa barang bawaanya nanti. Tetapi ketika ia tengah berjalan seorang diri, tiba-tiba saja seseorang memanggil namnaya membuat langkahnya terhenti.
Gadis itu berjalan menghampiri Arshaka. "Assalamualaikum, Gus Shaka..."
Arshaka menundukan pandangngannya. "Waalaikumsalam, nggih?"
"Gus Shaka ingin ke Ndalem Nggih?" tanya Halimah.
Arshaka mengangguk, "Nggih Halimah, memangnya ada apa?" tanya Arshaka kembali.
"Ma--maaf jika saya mengangguk gus Shaka, saya ingin berbicara dengan Gus, apa boleh?"
Arshaka terdiam sejenak, "Tentu boleh, ada hal yang harus saya sampaikan juga kepada kamu, tapi mungkin sebaiknya ke tempat yang cukup ramai," ucap Arshaka mempersilahkan Halimah berjalan lebih dulu darinya.
Halimah berjalan lebih dulu dari Arshaka, lelaki itu mengikutinya dari belakang dengan jarak yang cukup jauh agar terjauh dari fitnah.
Langkah Halimah terhenti, ia memberikan jarak agar tidak berdekatan. "Gus Shaka ingin Gus Shaka ingin menyampaikan apa?" tanya Halimah.
"Say--"
"Halimah." Suara itu berhasil membuat Arshaka menghentikan ucapannya, keduanya menoleh ke sumber suara. Terlihat Hanif tengah berjalan menghampirinya.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam,"
"Maaf ya Gus kedatangan saya menganggu percakapan gus Shaka dan nak Halimah. Saya ada perlu dengan putri saya gus!" ucap Hanif dengan ramah. "Jika gus mengizinkan, saya ingin mengajak putri saya berbicara!" lanjutnya.
Arshaka menoleh sekilas kepada Halimah. Lelaki itu kemudian mengangguk. "Tidak apa-apa Ustadz Hanif, yasudah kalau seperti itu saya permisi, Assalamualaikum...."
•••
Setelah membayar beberapa makanan yang tadi ia pesan, Arumi kembali berjalan kemejanya. Ia melihat ibunya yang sejak tadi tengah menunggunya sembari memainkan ponselnya.
"Hari ini Ayah pulang jam berapa Bun?" tanya Arumi.
"Kemungkinan ayahmu pulang malam, Rum. Memangnya kenapa?" tanya Marwah.
Arumi menggelengkan kepalanya. Ia membaca surat yang terdapat dari coklat yang di berikan oleh Zhabia.
"Dari siapa itu Rum?"
"Dari Zhabia Bun, tadi Arumi bertemu dengan dokter Altha, beliau menitipkan ini."
"Loh? kenapa tidak langsung Zhabia yang memberikannya?" tanya Marwah lagi.
"Zhabia melajutkan pengobatannya di luar negri bun, keluarganya menginginkan pengobatan yang baik untuk Zhabia."
Marwah mengangguk mengerti. Tak lama makanan yang ia pesan tadi telah di antarkan.
"Terimakasih Mbak," ucap Arumi.
Pelayan itu mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama kak."
•••
Saat ini Halimah dan Hanif tengah duduk di pendopo pesantren. Hanif mengatakan jika ada sesuatu yang ingin ia bicarakan kepada Halimah, sontak hal itu membuat Halimah bertanya-tanya. Halimah berharap jika Hanif akan membicarakan tentang kelanjutan perjodohannya.
"Ayah, apa yang ingin ayah bicarakan?" tanya Halimah.
Hanif terdiam cukup lama, mau tidak mau Hanif harus mengatakan ini, Tetapi jujur saja Hanif tak berani untuk mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi Dan Masa Lalu
Novela Juvenil"Kalau kamu masih menanyakan mengapa Ayah dan Bunda selalu melarangmu, kejadian ini lah jawabanya, Arumi. Ini yang Ayah takutkan selama ini. Hubungan di luar dari pernikahan itu hanya dilandasi oleh nafsu belaka Arumi. Sekarang, kehormataan kamu tel...