Arumi Dan Masa Lalu 7

620 240 68
                                    

Shaka, Malik, dan para pemuda lainnya sedang berada di sebuah tempat di mana banyak sekali anak-anak yang tidak memiliki orang tua. Ketika Shaka dan para pemuda lainnya mulai berjalan menghampiri mereka, anak-anak itu sudah terlebih dahulu berlari ke arah mereka.

"Kak Shaka dan teman-temannya datang!" seru seorang anak kecil dengan girang. Arshaka tersenyum. Ia memang sering mengunjungi tempat itu, dan sesekali membawakan mainan serta makanan.

Malik tersenyum memperhatikan anak-anak kecil yang berlari menghampiri Shaka dan dirinya, mereka memeluknya dengan erat.

"Kakak, kami merindukan Kakak!" ucap seorang anak kecil, yang segera disetujui oleh anak-anak lainnya. Arshaka mengangguk dan tersenyum.

"Kakak juga merindukan kalian. Bagaimana kabar kalian?" tanya Shaka.

Serentak mereka semua menjawab dengan penuh semangat. Arshaka pun ikut bermain dengan beberapa anak kecil yang kira-kira berusia sekitar 6 tahun.

Malik juga ikut bermain dengan anak-anak di sana, begitu pula dengan para pemuda yang membantu Arshaka dan Malik.

•••

Setelah salat Isya, Arumi sedang mengaji. Biasanya, gadis itu mengamalkan Surah Al-Mulk.

Dulu, Kyai di pesantren pernah berpesan kepadanya agar ia rutin membaca surah itu sebelum tidur. Sejak saat itu, Arumi tak pernah melewatkan untuk mengamalkannya.

سُورَةٌ فِي الْقُرْآنِ خَاصَمَتْ عَنْ صَاحِبِهَا حَتَّى أَدْخَلَتْهُ الْجَنَّةَ: تَبارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ

Artinya: "Ada sebuah surah dalam Al-Qur'an yang membela pembacanya hingga memasukkannya ke dalam surga, yaitu *Tabarakal Lazi Biyadihil Mulku*."

Arumi melantunkan ayat suci Al-Qur'an itu dengan khusyuk. Setelah membaca Surah Al-Mulk, biasanya ia melanjutkannya dengan membaca ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah.

Suara bacaan Arumi terdengar hingga ke ruang tamu. Suara itu terdengar oleh Arshaka yang saat itu sedang berada di ruang tamu, setelah mengantar Malik pulang. Tadinya, Shaka berniat langsung pulang karena keesokan paginya ia harus kembali mengajar, tetapi Marwah memintanya untuk makan dulu di rumah itu.

Shaka menundukkan kepalanya, mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang sedang dibaca oleh putri Malik. Diam-diam, Shaka tersenyum, meskipun senyumnya itu sama sekali tak terlihat.

"Shadaqallahul adzim..."

Sekali lagi, senyum Arshaka mengembang.

"Nak, ayo makan dulu!" panggil Marwah, mengejutkan Arshaka.

"Bunda, mengagetkan Shaka saja," ucap Arshaka sambil terkekeh. Ia kemudian mengikuti Marwah.

Arshaka memang sudah sangat dekat dengan keluarga Malik. Bahkan, sejak Arumi tidak lagi tinggal di rumah ini, Marwah merasa sangat kehilangan, untung saja ada Arshaka yang sudah dianggap seperti anak oleh Marwah.

"Bunda, Arumi sudah makan malam?" tanya Malik kepada Marwah.

Marwah mengangguk. "Sudah, Yah. Tadi dia makan bersama Bunda. Tinggal Ayah saja yang belum!" ucap Marwah. "Maaf ya, Yah, Bunda dan Arumi tidak menunggumu pulang dulu," lanjutnya.

Malik tersenyum mengerti dan mengelus puncak kepala istrinya. "Tidak apa-apa, Bunda," ucapnya.

Arshaka tersenyum saat melihat Malik bermesraan dengan Marwah; ia jadi teringat dengan Umma dan Abba-nya.

Arshaka kemudian memimpin doa. Malik dan Shaka pun mulai menikmati masakan Marwah. Arshaka sangat menyukai masakan Marwah karena rasanya mengingatkan pada masakan buatan Ummanya.

Arumi Dan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang