Arumi Dan Masa Lalu 8

590 226 51
                                    

Dari kejauhan, Arshaka melihat Alzam yang tengah berbincang dengan seorang perempuan yang sangat ia kenali. Ia adalah ustazah Halimah.

Arshaka berjalan menghampiri Alzam, untuk menanyakan keadaan ummanya. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Abba!" ucap Arshaka seraya membungkukkan tubuhnya. Sontak kehadiran Arshaka juga membuat Alzam sedikit terkejut begitupun dengan Halimah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab Alzam dan Halimah berbarangan.

"Shaka?"

Arshaka mengangguk, ia mencium tangan sang Ayah. Lelaki itu juga menyadari bahwasannya Halimah berada tak jauh darinya, tetapi Arshaka memilih untuk tak melirik ke arah Halimah.

"Abba, bagaimana keadaan umma?" tanya Arshaka khawatir.

Siang tadi Arshaka di kabari oleh Arini bahwa sang ibu tengah sakit dan terus mengigau namanya, mendengar kabar itu Arshaka memutuskan setelah selesai mengejar ia akan ke pesantren menemui sang ibu.

Alzam diam sejenak, "Mari kita ke Ndalem menemui Ummamu!" ucap Alzam, kini ia melirik Halimah, "Ustazah Halimah, apa ada yang ingin ditanyakan lagi?" tanya Alzam kepada perempuan yang tadi sempat berbincang dengannya.

Halimah menggelengkan kepalanya, "Tidak ada Mbah Yai, maturnuwun!" ucap Halimah tersenyum. Alzam mengangguk, setelah itu ia pamit untuk ke ndalem bersama putranya.

Arshaka kini tengah berjalan menuju ke ndalem. Arshaka dan Alzam melewati beberapa santriwan dan santriwati, Mereka pun membungkukkan tubuhnya.

Setelah tiba ndalem, Arshaka langsung menemui sang ibu yang tengah terbaring di kamar. Tak lupa ia juga mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Arshaka menghampiri sang ibu yang terbaring di kasur, ia memegang kening Humaira yang panas hingga terasa ke tangan Arshaka.

Arshaka melirik air kompresan di meja yang tak jauh dari kasur itu, Arshaka memasangkannya di kening Humaira. Lalu lelaki itu mencium punggung tangan Humaira.

"Arini yang mengabarimu, Nak?" tanya Alzam.

Arshaka mengangguk, "Inggih, Abba!" jawab Shaka, setelah itu ia mengompres kembali ibunya. "Abba, mengapa tidak mengabari Shaka?" tanya Arshaka.

"Umma yang meminta Abba untuk tidak mengabari kamu Nak!" jawab Alzam mengusap punggung putranya.

•••

Setelah selesai sholat Arumi kembali melipat mukenah yang tadi ia kenakan. Kini Arumi berlalu meninggalkan masjid di rumah sakit tempat ia bekerja.

"Arumi!" panggil salah seorang dokter yang juga rekan kerjanya. Sontak mendengar namanya disebut Arumi pun menoleh.

"Selamat siang, Arumi!"

"Siang, dokter Altha!" jawab Arumi.

Altha tersenyum. Pasalnya Altha ini adalah seorang dokter senior yang saat itu membantu Arumi ketika dirinya ditahan oleh beberapa komplotan para penjahat.

"Tolong jangan sentuh saya, saya mohon!" teriak Arumi sedikit kesusahan, ia terus mencoba melepaskan cengkraman tangan salah satu penjahat itu.

"Jangan berisik cantik, nikmati malam ini!"

Mendengar itu Arumi kembali memberontak walau saat itu tubuhnya semakin lemas karena ucapan para penjahat itu.

Arumi hanya bisa terus berteriak meminta tolong, tetapi semuanya sama sekali tidak berpengaruh, jalanan itu memang benar-benar sepi.

Saking kesalnya para perampok itu mendengar suara Arumi, mereka mendorong tubuh Arumi hingga gadis itu tersungkur ke jalanan.

Tapi tak lama kemudian salah satu dari mereka membantu Arumi untuk bangkit kembali, bahkan mereka mencoba untuk terus menyentuh wajah Arumi.

Arumi Dan Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang