Beberapa saat setelah kejadian itu, alhamdullilah Hanif telah sadarkan diri. Lelaki itu tengah merasakan sakit di sekitar kepalanya, dan rasa mual di tubuhnya itu.
Saat ini Hanif tengah bersama dengan Alzam. Hanif meminta Alzam untuk berbicara sebentar saja, karna memang Alzam yang mengetahui penyakit di dalam tubuh Hanif.
"Kulo bade nitipaken putri kulo, kyai. Kulo mboten yakin menowo kulo saged bertahan luweh suwe maning amarga penyakit neng jero awak kulo niki."
Hanif mengatakan dengan bahasa jawa sehari-harinya. Dengan mata yang sudah ingin meneteskan air matanya Hanuf mengatakan jika dirinya ingin menitipkan putrinya kepada Alzam. Hanif tidak tidak yakin, jika dirinya akan bertahan lama terlebih dengan penyakit di dalam tubuhnya saat ini.
Alzam cukup terkejut mendengar Hanif mengatakan seperti itu. "Astagfirullahaladzim Hanif, tidak baik mengatakan hal semacam itu."
Kemudian Hanif tersadar akan ucapannya barusan, lelaki itu segera beristigfar. Namun, ia tak mampu menyembunyikan air matanya, perasaanya tak karuan. Ia takut jika meningggalkan putrinya ketika belum ada yang bisa menggantikan posisi dirinya.
"Keluarga yang tersisa saat ini hanya saya, saya ingin menitipkan putri saya..."
"Istri saya telah menganggap Halimah sebagai putrinya, begitupun dengan putri saya yang telah menganggap Halimah sebagai kakak perempuannya, InshaAllah putrimu akan saya jaga. Saya hanya meminta kepadamu agar kamu fokus akan kesembuhanmu, Hanif. Semua perawatanmu biar saya tanggung, jangan lupa untuk terus berikhtiar, percaya akan kuasa Allah..."
Hanif semakin terisak, ia mencium punggung tangan Alzam terus menerus, "Maturnuwun kyai, maturnuwun..."
Alzam mengangguk.
•••
Arshaka mengenakan kemeja putih di balut dengan jas hitam dan terdapat dasi di dalamnya. Hari ini ia tengah mengunjungi kantornya. Ia harus mengecek beberapa berkas dan menandatanganinya.
"Assalamualaikum pak Shaka..." perempuan dengan kemeja hitam itu memasuki ruangan Arshaka.
"Waalaikumsalam, ya ada apa sandra?" tanyanya.
"Ada berkas yang harus bapak tandatangani," ucap lelaki itu.
Arshaka mengambil map tersebut, ia membanca ulang isi dari map itu. Setelah ia membaca hingga akhir, lelaki itu mulai menandatanginya dan memberikannya kepada Sandra.
"Terimakasih pak, saya permisi..."
Ketika Sandra hendak pergi meninggalkan ruangan Arshaka, namun lelaki itu memanggilnya kembali membuat Sandra menghentikan langkahnya.
"Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
•••
Halimah membawa makanan untuk Hanif. Gadis itu tengah berjalan untuk memberikan makanan untuk Hanif.
"Ayah, kenapa ada di sini? seharusnya ayah istirahat saja, yah," ucapnya ketika melihat Hanif yang tengah mengobrol dengan beberapa santriwan.
Sontak Hanif dan santriwan itu sedikit terkejut karna kedatangan Halimah barusan, gadis itu tidka mengucapkan salam.
"Nak, tidak boleh mengagetkan seperti itu. Dahulukan dulu salam," ujar Hanif.
"Maaf Ayah, Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam," jawab Hanif dan santriwan itu serentak.
"Ayah belum jawab pertanyaan Halimah tadi!"
Hanif tersenyum kepada Halimah. "Ayah di sini, karna sebentar lagi adzan Asar..." jawabnya.
"Ayah, tapikan ayah masih sakit, apa tidak sebaiknya ayah istirahat saja?" tanyanya kembali. "Halimah antar ya," ucapnya memegang tangan ayahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi Dan Masa Lalu
Teen Fiction"Kalau kamu masih menanyakan mengapa Ayah dan Bunda selalu melarangmu, kejadian ini lah jawabanya, Arumi. Ini yang Ayah takutkan selama ini. Hubungan di luar dari pernikahan itu hanya dilandasi oleh nafsu belaka Arumi. Sekarang, kehormataan kamu tel...