Mobil Althair berhenti di depan sebuah rumah berwarna putih. Altha terdiam sejenak membuat Zhabia menoleh mendapati Altha yang terdiam itu.
"Rumahnya ini kak? yasudah ayo kak kita temui dokter Arumi!" ucap Zhabia.
"Kita pulang saja ya Bia, Kakak takut dokter Arumi sedang tidak berada di rumahnya!" ucap Althair.
Zhabia menoleh ke kursi belakang yang dimana terdapat beberapa bungkus makanan yang telah ia belikan untuk Dokter Arumi.
"Makanannya sayang Kak!" ucap Zhabia.
Althair ikut menoleh ke kursi belakang, "Kita berikan untuk Oma dan Oppa saja ya!" tuturnya.
Zhabia terdiam, gadis itu menghela nafasnya dan mengangguk, "Yasudah kak," ucapnya pasrah.
Altha tersenyum, "Kan bisa lain waktu lagi ketemu Dokter Ruminya!" katanya mengelus puncak kepala Zhabia.
"Kak, Bia cuman mau antarkan ini saja, boleh ya?" pintanya sekali lagi.
Altha menghela nafasnya, "Ya sudah jika seperti itu." Althair turun dari mobilnya dan beralih membukakan pintu Zhabia membantu gadis itu untuk turun.
Keduanya berjalan ke arah pagar rumah Arumi, "Permisi!"
Altha mencoba memanggil pemilik rumah itu, tak lama seorang lelaki muncul dari balik pintu dan berjalan menghampiri dirinya.
"Maaf mas, cari siapa ya?" tanya Malik.
Althair tersenyum, "Saya Althair, salah satu rekan kerja Arumi di rumah sakit," ucap Althair tersenyum. kemudian ia menoleh kepada Zhabia yang juga tersenyum, "Dan ini Zhabia, salah satu pasein di rumah sakit tempat Arumi bekerja!" jelas Althair.
"Zhabia ingin bertemu Dokter Arumi Pak, apa beliau ada?" tanya Zhabia menyerobot.
Althair menoleh memperingati Zhabia agar tidak boleh seperti itu. Kemudian Altha kembali memperhatikan Malik.
"Maaf, pak. Apa Aruminya ada?" tanya Althair.
Malik mengangguk, "Beliau ada di dalam, seharian ini suhu tubuhnya cukup tinggi. Ya sudah, mari masuk!" Malik membukakan pintunya, dan mempersilahkan kedua tamu itu untuk masuk.
Zhabia dan Altha memasuki rumah Arumi. Dan juga untuk pertama kalinya Althair dapat memasuki rumah Arumi, biasanya lelaki itu hanya memperhatikannya dari luar saja.
Althair duduk di ruang tamu di temani oleh Malik, sedangkan Marwah yang di beri tahu oleh Malik jika ada rekan kerja Arumi datang, wanita itu segera mempersiapkan makanan yang akan di suguhkan untuk tamunya itu.
"Silahkan, di minum!" Marwah menaruh minuman yang tadi ia buat dan juga beberapa stok persediaan cemilan. Karna memang Malik juga sering kali kedatangan tamu-tamu.
"Terimakasih, tante!" ucap Zhabia.
"Terimakasih banyak bu," kini ucap Althair.
Zhabia memperhatikan tiap sudut rumah itu, mencari keberadaan Dokter Arumi. Marwah yang menyadari itu pun akhirnya mengajak Zhabia untuk menemui Arumi.
"Zhabia mau bertemu Mbak Arumi? yuk bunda antar!" ajak Marwah. Zhabia pun tersenyum senang, ia mengikuti langkah Marwah dari belakang hingga akhirnya berada di depan pintu kamar gadis itu.
Tok...Tok...Tok...
"Nak, boleh bunda masuk?" tanya Marwah, namun tak kunjung ada jawaban dari dalam sana. Karna memang pintu kamar Arumi yang tak di kunci, Marwah memasuki kamar gadis itu.
Di dalam sana, ternyata gadis itu tengah tertidur. Marwah dan Zhabia mendekat ke arah Arumi, lalu Marwah menempelkan tanganya di kening Arumi untuk memastikan suhu tubuhnya, ketika tangan Marwah menyentuh kening Arumi, gadis itu terbangun dari tidurnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi Dan Masa Lalu
Teen Fiction"Kalau kamu masih menanyakan mengapa Ayah dan Bunda selalu melarangmu, kejadian ini lah jawabanya, Arumi. Ini yang Ayah takutkan selama ini. Hubungan di luar dari pernikahan itu hanya dilandasi oleh nafsu belaka Arumi. Sekarang, kehormataan kamu tel...