Hari ini Arshaka berniat untuk pergi mengunjungi kedua orang tuanya. Namun, sebelumnya ia harus mengajar dahulu di salah satu universitas islam di jakarta. Ia sudah cukup lama menjadi dosen di universitas itu.
Arshaka memasuki kelas, terlihat para mahasiswa dan mahasiswi yang sudah berdiam di tempatnya. Dengan tatapan yang masih setia melihat ke arah lantai, Arshaka mencoba untuk membuka suara.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang teman-teman semua," ujar Arshaka berusaha menatap para mahasiswa dan mahasiswi yang berada di dalam kelasnya itu.
"Walaaikumsalam warahmatullahi wabaraktuh," jawab para mahasiswi dan mahasiswa itu serentak.
"Baik semuanya, apa sudah siap dengan pembelajaraan hari ini?" tanya Arshaka.
"Siap pak..."
"Pak Shaka itu masyaAllah banget ga sih." Salah satu mahasiswi itu beribisik-bisik kepada temannya.
"Bahkan untuk sekedar natap mahasiswinya aja dia ga berani," lanjutnya kembali.
"Iya benar banget, gua ga bisa bayangin seberuntung apa cewe yang bisa dapetin Pak shaka," jawab temanya dan mendapati anggukan.
Seakan menyadari pembicaraan kedua gadis itu Arshaka berdehem kecil menyadarkan keduanya, membuat dua gadis itu terkejut dan menundukan wajahnya. "Sudah siap memulai pembelajaran saya?" tanya Arshaka kepada dua gadis itu. "Jika kalian ingin terus mengobrol seperti tadi, saya mempersilahkan kalian untuk keluar dari kelas saya!"
"Maaf pak..."
Arshaka mengangguk kecil tak mau memperpanjang masalah tadi yang malah membuatnya membuang-buang waktu. Ia segera memulai pembelajarannya, Arshaka juga mulai memaparkan materi-materi.
'Ya Allah kalau gini dosennya nggak bosen buat natapnya,' batin seorang mahasiswi yang tengah memperhatikan wajah Arshaka sejak tadi.
Setelah Arshaka memaparkan materinya, kini memasuki sesi tanya jawab. Terlihat semua murid yang berada di kelasnya terlihat antusias membuat Arshaka mengulum senyumnya.
•••
"Mbak, hari ini Arumi mesti ke rumah sakit, tapi Arumi janji Arumi akan segera pulang dan mengajak Mbak untuk jalan-jalan," ucap Arumi tersenyum.
Halimah mengangguk mengerti, "Tidak apa-apa Arumi," jawab Halimah.
Marwah tersenyum, "Lagi pula di rumah kan ada Bunda, Rum. Bunda akan menemani Nak Halimah."
"Terimaksih Bunda," ucap Arumi memeluk tubuh Marwah.
Halimah yang melihat itu teringat akan Almarhumah ibunya. Sudah lama rasanya ia tak lagi merasakan pelukan seorang ibu pada anaknya. Meskipun Halimah memang sudah dewasa dengan usianya saat ini, tetapi menurutnya ia masih memerlukan sosok ibu di hidupnya.
Halimah tersenyum melihat pemadangan saat itu, tanpa sadar pelupuk matanya sudah di penuhi oleh air mata yang akan segera terjatuh.
"Mbak Halimah, kenapa?" tanya Arumi, ia beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Halimah. Arumi menghapus air mata Halimah, "Mbak, apa Mbak mau ikut dengan Arumi saja ke rumah sakit? bukan maksud Arumi tidak menghormati Mbak di sini sebagi tamu, tap-" belum saja Arumi menyelesaikan ucapannya, Halimah sudah memotongnya.
Halimah menggelengkan kepalanya, "Mbak tidak apa-apa Rum, mbak kemari bukan ingin mengganggu kamu yang bekerja. Melihat kedekatan mu dengan Bunda Marwah membuat Mbak mengingat Almarhumah ibu Mbak, Mbak merindukan beliau, rasanya sudah lama Mbak tak pernah merasakan pelukan seorang ibu."
Mendengar itu sontak membuat air mata Arumi turut jatuh membasahi kedua pipinya. Arumi memeluk Halimah dengan erat, dan Marwah juga turut menghampiri keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi Dan Masa Lalu
Teen Fiction"Kalau kamu masih menanyakan mengapa Ayah dan Bunda selalu melarangmu, kejadian ini lah jawabanya, Arumi. Ini yang Ayah takutkan selama ini. Hubungan di luar dari pernikahan itu hanya dilandasi oleh nafsu belaka Arumi. Sekarang, kehormataan kamu tel...