#20 Save You

66 8 200
                                    

Syifa benar-benar frustrasi saat matanya tak ingin terpejam. Ia sudah berusaha untuk tidur. Namun, semuanya terasa sia-sia saja. Kekalutan pikirannya tak membiarkan ia untuk beristirahat.

Syifa kembali terduduk. Ia menghela napas sebelum meraih segelas air mineral pada nakas. Namun, air itu sama sekali tak membuatnya merasakan kantuk.

Gadis itu beranjak. Ia merasa jika jalan-jalan sebentar akan sedikit mengusir rasa kalut yang ia rasa. Menurutnya, takkan apa-apa jika ia mencari udara segar keluar.

Seenggaknya Syifa harus tetep bertahan, batin Syifa. Kakinya melangkah ringan, mengikuti jalan menuju taman rumah sakit. Ia harap takkan ada orang yang sadar, jika ia adalah gadis yang saat ini menjadi perbincangan hangat.

Namun, langkahnya terhenti saat seseorang menyampirkan mantel hangat di bahunya. Ia lantas menoleh, mendapati seorang pria tersenyum.

"Akan sangat berbahaya jika kau pergi sendirian."

Syifa melepas mantel itu kemudian mengembalikannya pada sang pemilik. "Aku baik-baik saja."

Pria itu menggeleng, kembali memakaikan mantel itu. "Setidaknya tanpa aku pun, kau harus melakukan penyamaran."

Syifa terpaksa menerima mantel itu. Ia tak mungkin berdebat dengan Taehyung hanya karena mantel. Terlebih, tujuannya pergi keluar adalah untuk membuat pikirannya tenang. "Baiklah, terima kasih."

Taehyung menghela napas. Ia yakin, Syifa butuh waktu untuk memaafkannya. Apalagi semua yang terjadi saat ini, pasti mengingatkan Syifa pada kejadian lampau.

Taehyung menatap punggung Syifa yang semakin menjauh. Ia harap takkan ada hal buruk yang terjadi pada gadis itu.

Apa aku harus mengikutinya?






Tzuyu tersenyum saat Ara banyak bercerita. Sebenarnya ia sudah katakan pada Taehyung untuk tak membawa Ara untuk menemuinya. Terlebih, kondisinya saat ini benar-benar tak memungkinkan untuk bertemu dengan gadis kecil itu. Namun, Ara justru menghibur Tzuyu.

"Bibi, apa Bibi bosan di sini?"

Tzuyu menggeleng. Bagaimana ia bisa bosan saat ia baru sebentar ada di rumah sakit.

Gadis kecil dengan poni dan rambut diikat 2 itu mengerutkan dahi. "Apa Bibi menangis?"

"Tidak, Bibi hanya terlalu mengantuk. Apa kau tidak mengantuk?"

Ara menggeleng. "Aku ingin menemani Bibi."

Tzuyu meraih tangan mungil gadis kecil itu. Ia merasa kesedihannya benar-benar menghilang sekarang. Ia tahu, bayinya akan kuat untuk bertahan. Namun, ekspresi Jungkook setiap kali menatapnya, membuat Tzuyu berpikir jika sesuatu yang buruk memang terjadi.

Jungkook baru saja tiba dengan Polar di pelukannya. "Bagaimana bisa kau tinggalkan dia di luar?"

Ara tersenyum kemudian turun dari kursi. Ia lantas merebut Polar dan memberikannya pada Tzuyu. "Bibi, aku rasa Polar ingin tidur di sini."

Tzuyu tersenyum. "Baiklah, terima kasih. Apa Ara tidak akan tidur di sini?"

Ara menatap ranjang kosong di sebelah Tzuyu kemudian menunjuknya. "Aku akan tidur di sana."

"Apa kau masih merasa sakit?"

Tzuyu menggeleng untuk menanggapi pertanyaan Jungkook. Ia hanya merasa sedikit ngilu di bagian perutnya. Ia harap tak terjadi sesuatu pada bayinya.

"Jika kau merasakan sakit lagi, tolong beritahu aku."

Apa Oppa benar-benar peduli padaku? batin Tzuyu.

Paper Heart Return✔️ [Terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang