Syifa menatap kagum gedung rumah sakit itu. Ia benar-benar tak menyangka jika pada akhirnya akan bekerja di sana meski hanya sebentar. Setidaknya ia bisa sedikit merasa bangga karena pernah bekerja di sana nantinya.
Sebenarnya rumah sakit itu memang milik keluarga Yusuf. Setiap tahun memang selalu ada dokter yang dikirim ke sana untuk melanjutkan pendidikan, termasuk Yusuf serta Syifa.
"Selamat pagi," sapa seorang perawat yang kebetulan untuk menyambut mereka berdua. "Ternyata kalian sudah tiba."
Yusuf mengusap tengkuknya. "Sebenarnya, kita berdua sudah tiba semalam."
"Benarkah?"
Yusuf tersenyum. "Tidak apa-apa, seseorang sudah menjemput kami."
Syifa terkekeh kemudian menyenggol lengan Yusuf. "Bisa malu juga ternyata. Kirain gak tau malu."
Mengatakannya dengan bahasa Indonesia, tentu membuat perawat tersebut tak mengerti apa yang Syifa katakan. Ia hanya tersenyum saat melihat wajah kesal Yusuf. Ia yakin Syifa mengatakan sesuatu yang membuat pria itu kesal.
Syifa mengulurkan tangannya sambil tersenyum. "Syifa."
"Yeonhwa," ujarnya sambil menjabat tangan Syifa. "Bagaimana jika aku mendampingi kalian berkeliling? Mungkin saja kalian tersesat."
Ukuran rumah sakit memang cukup besar. Bahkan Syifa tak yakin jika ia bisa tahu semua sudut rumah sakit itu dengan mudah.
"Siang hari memang tak terlalu sibuk. Selalu ada kutukan 20 malam minggu di sini," jelas perawat tersebut. Memang cukup tak masuk akal. Namun, itulah yang biasanya terjadi. Bahkan perawat itu menjelaskan jika malam minggu di tanggal 20, pasti akan ada kejadian besar yang membuat rumah sakit itu sangat sibuk. Entah itu kecelakaan atau keracunan massal.
Syifa cukup kagum dengan rumah sakit itu. Pencahayaannya benar-benar pas. Bahkan Syifa merasa sangat betah berada di sana.
Penjelasan perawat itu, membuat Syifa mulai berhintung dan ia sangat terkejut saat mendapati Sabtu yang akan datang adalah Sabtu tanggal 20.
"Yusuf, gimana kalo kebagian tanggal 20?" bisik Syifa, membuat Yusuf terkekeh.
"DL," ujar Yusuf. Iajuga sebenarnya tak mau jika harus bekerja malam minggu nanti. Ia bisa bayangkan sesibuk apa pekerjaannya nanti. Terlebih saat ini ia bukanlah dokter spesialis. Akan sangat merepotkan jika ia sudah kelelahan di awal 'kan?
"Oh? Annyeong haseyo."
Yusuf serta Syifa sama-sama mengernyit saat seorang gadis dengan rambut digerai, tiba-tiba membungkukan tubuh. Namun, sneli yang ia gunakan, sudah dengan jelas menunjukan jika gadis itu adalah seorang dokter.
"Kenapa tidak mengatakan padaku? Bukankah seharusnya aku yang menyambut mereka?" tanya dokter tersebut dengan tatapan yang sungguh membuat Syifa menahan tawa. Sepertinya ketampanan Yusuf membuat dokter itu cukup mengalihkan atensi. Bahkan Syifa sampai membulatkan mata saat dokter itu menggandeng lengan Yusuf.
"Dia dokter Kim. Dia spesialis anastesi. Aku yakin sebelum kalian datang, dia baru memasuki ruang operasi," jelas Yeonhwa, membuat Syifa terkekeh sambil memukul pelan dahinya. Ia tak bisa bayangkan apa yang terjadi ke depannya. Apa lagi Yusuf yang cukup dingin dan dokter yang bisa dibilang agresif itu benar-benar memiliki sikap yang bertolak belakang.
"Bagaimana jika kita lanjutkan saja?" tanya Syifa. Ia tak mungkin mengikuti Yusuf dan meninggalkan perawat yang sejak tadi bersamanya.
Tzuyu melepas cincin yang selama beberapa bulan ini menjadi pemanis dari jarinya. Ia memejamkan mata, membiarkan air mata itu luruh. Namun, pelukan seseorang membuatnya segera menyeka air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Heart Return✔️ [Terbit!]
FanficPemesanan bisa dilakukan dengan mengunjungi akun resmi Mayra Pustaka Perasaan sebelumnya yang belum sempat tertuntaskan, membuat Jungkook kembali dibingungkan oleh hati dan logikanya. Terlebih, kehadiran Syifa kembali dalam hidupnya.