#5 Trauma (?)

67 6 105
                                    

Taehyung tersenyum sambil menyentuh pintu kaca itu. Ia harap Ara benar-benar bertahan. Ia sungguh menyesal karena mengajak putri kecilnya pergi jalan-jalan. Mungkin jika tidak, ini semua tak akan terjadi.

"Ara, Appa pasti menunggumu," gumamnya, membuat Jungkook meraih bahunya lalu mengusapnya.

"Dia pasti bangun, Hyung," ucap Jungkook meyakinkan. Ia tahu hal ini pasti cukup berat untuk Taehyung. Terlebih Ara benar-benar putri kesayangannya.

"Aku tidak mau dia menyusul Ibunya." Air mata itu luruh. Taehyung sungguh takut Ara pergi dari hidupnya. Apalagi selama ini Ara mampu mengisi kekosongan dalam hidupnya. Bahkan Ara alasan Taehyung terus kuat meski berkali-kali ia diminta untuk mengirim Ara jauh.

"Ara akan menangis jika kau seperti ini."

"Mianhae." Taehyung cukup kesal karena Ara yang terluka parah. Ia terus bertanya kenapa bukan dirinya saja yang berada di posisi Ara sekarang. Setidaknya ia tak perlu menangis melihat kondisi Ara sekarang.

Jungkook mengedarkan pandangan. Mencoba menemukan seseorang yang mungkin bisa membantunya. Taehyung memang akan tak terkendali saat seperti ini. Hingga ia memutuskan untuk menghentikan seorang dokter.

"Apa yang terjadi padanya?"

"Lebih baik bawa dia ke ruangannya."

Yeonhwa memijat pelan dahinya untuk mengendalikan diri. Ia sungguh kesal sebab Taehyung memang keras kepala hanya untuk melihat anak kecil itu. "Baiklah, aku akan mengantarmu."

*
*
*

Yeonghwa tiba di ruang istirahat dengan wajah kesal. Bahkan hal ini sampai membuat Syifa dan Yusuf kebingungan. Apalagi saat gadis itu melepas snelli yang ia gunakan kemudian meletakannya pada sandaran kursi.

"Kau baik-baik saja?" tanya Syifa hati-hati. Namun, gadis itu justru menggeleng.

"Kau baru putus?" tanya Yusuf, membuat Yeonhwa melempar keras sebuah buku catatan pertanda jika terkaan pria itu salah.

"Kenapa aku sampai lupa membawa ponselku? Astaga, aku sangat dekat dengan Taehyung-ssi tadi."

Syifa pikir Yeonhwa melakukan kesalahan atau baru saja mendapat teguran. Ternyata hanya masalah lupa membawa ponsel.

"Tapi, aku masih heran kenapa dia sangat terpukul? Apa anak itu benar-benar anaknya?" Yeonhwa berdesis sambil berpikir. Ia kemudian membulatkan mata hingga membuat Syifa mengernyit. "Apa dia sungguh menikah diam-diam? Ini benar-benar sering dilakukan mereka. Bahkan aku selalu mendengar soal idol yang melakukan aborsi."

"Benarkah?"

"Eo. Idol-idol terkenal biasanya datang diam-diam ke rumah sakit. Aku tidak akan mengatakannya," ujar Yeonhwa. Ia kemudian menjentikan jari. "Atau mungkin Taehyung-ssi tidak menikah dengan ibu anak itu? Astaga, kenapa aku jadi bergosip? Sekarang jam berapa? Aku harus bersiap untuk pergi ke ruang operasi."

Yusuf menggaruk kepala. Sungguh, ia merasa jika Yeonhwa memang orang yang aneh. Bahkan gadis itu bisa mengoceh panjang lebar lalu pergi begitu saja.

"Dia kayak petasan," ujar Yusuf kemudian duduk di kursinya. Mendengar cerita Yeonhwa tadi, ia sampai tak duduk. "Tapi, kenapa sampe gitu ya? Maksudnya, bayi itu gak punya salah 'kan?"

"Gak usah gosip." Syifa beranjak. Ia perlu memastikan jika korban kecelakaan kemarin dalam keadaan baik-baik saja. Terlebih, ia cukup penasaran soal Ara serta Taehyung. Ia tahu bukan haknya bertanya. Namun, ia tak ingin merasa penasaran seperti ini.

Langkahnya terhenti saat mendapati Jungkook masih di sana. Sungguh, ia sangat menghindari momen ini. Apalagi ia tahu jika Jungkook tengah mempersiapkan pernikahannya.

"Bisa kau bujuk dia? Dia terus menangis dan tidak membiarkan siapa pun masuk. Dia juga belum makan dan meminum obatnya." Jungkook memberikan nampan itu pada Syifa. Ia sangat berharap Syifa bisa membujuk Taehyung agar mau makan.

"Bahkan perawat juga tidak bisa melakukannya?"

Jungkook menggeleng dengan wajah sedihnya. "Aku mohon. Kau pasti bisa membujuknya."

Syifa menghela napas kemudian mengangguk. Ia melangkah masuk kemudian menutup kembali pintu ruang rawat Taehyung.

Dia kenapa sih? batin Syifa saat mendapati ruangan itu cukup gelap sebab tirai itu masih tertutup. Ia kemudian meletakan nampan itu dan membuka tirai.

"Kenapa kau membukanya? Aku tidak meminta."

"Kegelapan hanya akan membuatmu sedih. Seharusnya ini pekerjaan perawat, tapi kau cukup merepotkan," ujar Syifa. Ia berniat memancing Taehyung. Namun, pria itu tetap diam sambil menatap ke arah jendela. Matanya benar-benar sembab dan hidungnya memerah.

"Apa kau merasa sakit?"

"Hatiku yang sakit," ujar Taehyung, membuat Syifa berusaha menahan tawa. Ia seperti sedang melihat seorang anak kecil yang tengah belajar membaca puisi.

"Kau tetap harus makan dan minum obat. Kasihan perawat yang harus kesulitan karenamu," ujar Syifa kemudian meletakan bubur itu di atas meja. Namun, hal ini tak dilirik sama sekali oleh Taehyung.

"Apa aku harus makan saat Ara sedang berjuang sekarang?"

"Dia pasti baik-baik saja. Dia anak yang kuat," ujar Syifa kemudian memberikan sendok itu pada Taehyung.

"Tapi dia masih belum membuka mata. Apa dia akan menyusul Ibunya?" Taehyung meraih tangan Syifa hingga membuat gadis itu terkejut. Tatapannya sungguh sendu, membuat Syifa yakin jika Ara memang putrinya Taehyung. "Tolong jangan biarkan dia pergi. Aku juga akan mati jika itu terjadi."

"Kau harus berpikir positif. Ara pasti akan bangun sebentar lagi. Sekarang kau harus sehat lagi," jelas Syifa sambil melepas genggaman tangan Taehyung. Dengan ragu, ia mengusap halus bahu pria itu untuk membuatnya merasa lebih tenang.

Getar ponsel membuat Syifa meletakan kembali mangkuk serta sendok yang ada di tangannya. Ia berniat menyuapi pria itu. Namun, sebuah panggilan justru masuk ke ponselnya.

"Ya?"

"Gawat, Syif. Ke lobi cepet." Suara panik Yusuf tentu saja membuat Syifa segera berlari. Ia akan meminta perawat untuk memastikan Taehyung menghabiskan buburnya. Sementara, ia harus kembali menjalankan tugasnya.

"Pastikan pasien kamar 110 menghabiskan makanannya," ujar Syifa, membuat perawat itu segera bergegas. Namun, Syifa mengernyit saat tak ada apa pun di lobi.

"Ada apa? Apa kecelakaan lagi?"

Yusuf mengangguk kemudian berjalan gelisah. "Korbannya anak kecil. Mereka harusnya sampe ke tempat rekreasi 10 menit lagi, tapi di tikungan tajam, busnya masuk jurang karena rem blong."

Butiran keringat di wajah, tentu membuat Syifa yakin jika pria itu sedang sangat gelisah. Ia juga tak tahu apa yabg yang membuat Yusuf sampai gelisah. Padahal sebelumnya tidak.

"Kamu gapapa?"

Yusuf mencoba mengatur napas. Syifa yakin sesuatu memang terjadi pada Yusuf. Hingga akhirnya Syifa heran saat pria itu tiba-tiba saja pingsan.

"Apa yang terjadi padanya?"

"Aku tidak tahu. Dia hanya terlihat cemas saat menjelaskan tadi. Lalu pingsan," jelas Syifa. Ia juga sebenarnya bingung kenapa Yusuf tiba-tiba pingsan setelah merasa gelisah. Padahal selama ini pria itu tak pernah bercerita apa pun soal traumanya.

"Syifa, cepat." Yeonhwa menyentuh bahu gadis itu untuk mengakhiri lamunannya. Ia yakin Syifa cukup bingung dengan kondisi Yusuf yang sangat mendadak.

Apa Yusuf pernah ngelakuin kesalahan? batin Syifa.

TBC🖤

20 Mar 2021

Maaf cmn satu karena ada hal yang harus kulakuin secara mendadak dan baru beres tadi hehe🙈

Paper Heart Return✔️ [Terbit!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang