Rey menghentikan langkah saat mendapati wajah sembab Syifa. Ia meraih bahu gadis itu hingga Syifa menghentikan langkah.
Syifa hampir memeluk pria itu. Namun, Rey segera menahan dahi Syifa dengan telunjuk agar tak lebih mendekat.
"Emangnya aku guling apa? Main peluk-peluk aja," protes Rey yang tentu membuat Syifa terkekeh. "Kebiasaan deh. Kalo nangis ya nangis, jangan tiba-tiba ketawa gitu, gak konsisten banget."
Syifa mencebik. Suasana hatinya sedang sangat buruk. Namun, menurutnya kalimat Rey selalu terdengar lucu, apa pun yang dikatakannya.
"Kamu tau gak? Kalo kamu nangis itu jadi jelek." Rey segera melindungi diri saat Syifa memukulinya. "Bentar, emang pernah cantik?"
"Ish, bisa gak sih nyebelinnya tunda dulu? Syifa lagi sedih tau gak?"
"Terus aku harus jajanin kamu gitu? Ih ogah, aw, ish, jangan cubit-cubit napa?" Pria itu meringis saat Syifa mencubit pinggangnya dengan kencang.
Rey mengerutkan dahi saat menyadari sesuatu. "Eh iya, kenapa kamu ke sini? Kangen Reyhan Danendra yang ganteng, sholeh, rajin menabung ini ya?"
"Kepedean! Hape Syifa ketinggalan." Syifa menghentakkan kakinya lalu berjalan menuju kamarnya. Sementara, Rey menggaruk tengkuknya, tak paham kenapa ia selalu jadi pelampiasan amarah Syifa.
"Tau ah, kalo ditanya entar malah makin galak." Rey melangkahkan kaki menuju kantin rumah sakit untuk menghilangkan rasa laparnya. Rumah sakit milik Ayah Yusuf itu memang didesain muslim friendly. Bahkan kebanyakan makanan yang ada di kantin merupakan makanan yang halal.
Tzuyu baru saja tenang dari isakannya. Ia lantas merapikan rambut sebelum menyelipkan helaian rambutnya ke telinga.
"Bisa kau berhenti mengurus hidupku?" Tzuyu mulai membuka suara, membuat pria yang kini duduk di sampingnya tak berani mengangkat pandangannya. "Tolong berhenti."
"Tzuyu, ak--"
"Apa? Kau akan katakan jika kau peduli? Dengan memberitahu orang lain, kau malah menambah masalahku." Tzuyu memijat pelan dahinya. Ia tak mengerti kenapa tindakan Taehyung sangat gegabah. Bahkan dengan mudah memberikan hal sensitif pada orang lain.
"Aku melakukannya agar Jungkook tidak pergi."
"Jika aku ingin kau merahasiakannya, maka kau harus melakukannya."
Taehyung mendekap Tzuyu saat gadis itu kembali larut dalam tangisnya. Ia hanya ingin Syifa mundur. Setidaknya untuk kebahagiaan semua orang. "Aku tidak mau kaumerasakan apa yang sebelumnya kurasakan, Tzuyu."
"Aku bisa kembali ke Taiwan dan hidup bahagia di sana. Tidak perlu mempedulikanku."
Taehyung tersenyum. Kalaupun ia tak bisa berdampingan dengan Tzuyu, ia hanya ingin gadis yang ia cintai bisa bahagia. "Tzuyu, itu kalimat kebohongan yang sudah sering kudengar. Aku tidak akan mempercayainya."
Awalnya Tzuyu berniat pergi dengan satu hal yang ia rahasiakan. Lagi pula, ia yakin melanjutkan hubungan dengan Jungkook, justru akan menjadi boomerang besar untuknya.
"Tzuyu, kau mau anak lain merasakan apa yang Ara rasakan?"
*
*
*"Bang, masih mau ngelamun?" Rey dengan jaket denim serta kaos putih itu, duduk di samping Yusuf. Ia memberikan piring berisi ayam goreng serta sedikit nasi. "Galau juga butuh tenaga, Bang."
Rey tahu rencana Yusuf untuk melamar Syifa. Itulah alasan utamanya memutuskan untuk menukar shift. Namun, ia tak tahu jika akhirnya akan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Heart Return✔️ [Terbit!]
Fiksi PenggemarPemesanan bisa dilakukan dengan mengunjungi akun resmi Mayra Pustaka Perasaan sebelumnya yang belum sempat tertuntaskan, membuat Jungkook kembali dibingungkan oleh hati dan logikanya. Terlebih, kehadiran Syifa kembali dalam hidupnya.