"Indri!" Yusuf terduduk dengan napas tersenggal. Jangan lupakan soal keringat yang juga membasahi dahinya.
Bukannya mengkhawatirkan Yusuf, Syifa justru melipat kedua tangannya dan berdiri di dekat pintu. Namun, ia melangkah perlahan untuk menghampiri pria yang justru pingsan saat keadaan darurat.
"Kamu tau gak? Kamu pingsan di saat yang gak tepat. Terus kenapa baru bangun sekarang?" Syifa menatap Yusuf dengan sangat serius. Ia tak mengerti kenapa pria itu malah pingsan saat keadaan tengah genting.
Yusuf memegangi kepalanya yang terasa sakit. Ia benci saat rasa traumanta terus muncul di waktu yang tak tepat. Ia sudah berusaha. Namun, sampai detik ini trauma itu tak akan pernah hilang.
"Bentar lagi shift kita selesai. Jalan sendiri, jangan minta bantu." Syifa memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Ia harus melewatkan makan siangnya karena Yusuf. Ia cukup kesal karena Yusuf juga pingsan saat UGD tengah sibuk-sibuknya.
Langkah Syifa terhenti saat mendapati Taehyung sudah tak memerlukan infus lagi. Bahkan ia bisa menebak dengan jelas jika Taehyung sudah diperbolehkan untuk pulang. Namun, pria itu memilih untuk berdiri di sana, menatap seorang anak perempuan yang masih memejamkan mata dengan banyak selang sebagai penopang hidupnya.
Melihat hal ini tentu membuat hati Syifa terenyuh. Ia yakin Taehyung harus mengalami banyak hal karena menjaga anak itu. Ia juga bisa merasakan bagaimana terpukulnya Taehyung saat tahu hingga hari ini anak itu masih belum membuka matanya.
Selama ini Syifa tak pernah menemukan berita soal pernikahan Taehyung. Namun, mengingat usia anak itu, Syifa yakin Taehyung sudah menikah bahkan sebelum pertemuannya. Mungkin itulah sebabnya Taehyung sangat marah saat ia dekat dengan Jungkook. Ia mengerti, mungkin Taehyung menganggap jika hubungan Jungkook adalah hubungannya juga. Itulah alasannya, Taehyung sempat marah padanya.
Taehyung berniat pergi. Namun, langkahnya terhenti saat mendapati Syifa ada di sana. Ia segera menyeka air matanya kemudian tersenyum.
"Apa Jungkook tidak menjemputmu?"
Taehyung menggeleng. "Dia harus menemui Tzuyu. Itulah kenapa aku harus pulang sendiri."
Syifa melirik ke arah ruangan Ara kemudian tersenyum. Ia tahu, Taehyung pasti berat meninggalkan gadis kecil itu. "Dia pasti akan baik-baik saja. Tidak perlu khawatir. Lebih baik kau pulang dulu."
Taehyung mengangguk kemudian berlalu begitu saja. Hal ini tentu membuat Syifa bernapas lega sebab Taehyung tak semenyebalkan saat awal mereka dipertemukan kembali. Namun, tak butuh waktu lama, Taehyung kembali dan membuat Syifa terkejut.
"Ada apa?"
Taehyung menggeleng kemudian melangkah lagi hingga membuat Syifa menggumam, "Aneh."
Tzuyu sibuk memilih beberapa konsep dekorasi. Namun, ia masih bingung harus memilih yang mana. Ia merasa semuanya bagus.
Ia menoleh, berniat untuk meminta saran dari Jungkook. Namun, pria itu justru tertidur pulas dalam kondisi duduk. Ia yakin, Jungkook pasti lelah karena harus menunggu Taehyung. Apalagi untuk saat ini keluarga Taehyung sedang tak ada di Seoul.
Pilihannya kini tertuju pada sebuah konsep pesta outdoor. Ia merasa jika hal itu akan sangat menyenangkan. Namun, ia memilih untuk memikirkannya lagi. Apalagi mereka tengah hangat diperbincangkan sekarang.
"Sepertinya ini pilihan yang tepat."
Memang, seharusnya mereka mendiskusikan ini bersama. Namun, Jungkook selalu mengatakan jika ia akan mengikuti keinginan Tzuyu saja. Itulah kenapa Tzuyu yang memilih segalanya.
Tzuyu memang merasa ragu untuk melanjutkan pernikahan ini. Namun, ucapan sang Ibu soal ujian sebelum pernikahan, membuat Tzuyu yakin untuk tetap melanjutkan pernikahannya. Lagi pula, selama ini hubungannya berjalan dengan baik.
*
*
*Yusuf masih melamun padahal saat ini Syifa memintanya untuk menemani. Bahkan pria itu berjalan layaknya mayat hidup di samping Syifa.
Syifa menghentikan langkah kemudian berbalik. Ia mengerutkan dahi sebab Yusuf terlihat tak bersemangat. "Kenapa? Gak ketemu Yeonhwa?"
Yusuf menggeleng. Ia memang pernah gagal. Namun, kali ini ia merasa jika ia kembali gagal. Ia lelah harus terus mengalah pada rasa traumanya. Apalagi hal itu membuatnya tak bisa menjalankan tugas dengan baik.
Semua ini bermula beberapa tahun lalu. Saat itu ia tengah mengajak sang Adik jalan-jalan. Memiliki umur yang terpaut cukup jauh, tentu membuat Yusuf lebih cocok menjadi Ayah sang Adik.
Saat itu Yusuf masih belum lulus dari perguruan tinggi. Ia berniat untuk mengajak Indri pergi ke suatu tempat. Namun, rem mobilnya tiba-tiba blong, membuat mobilnya menabrak sebuah halte.
Yusuf tak terluka parah. Itulah kenapa ia bisa menghubungi ambulans. Namun, sebelum itu, ia lebih dulu memberikan pertolongan pertama pada sang Adik. Sayang sekali, itu sia-sia saja dan akhirnya sang Adik tiada.
Itulah alasan Yusuf selalu merasa gelisah jika harus menangani pasien anak kecil. Ia hanya takut jika ia melakukan kesalahan yang sama.
Air mata itu menetes, membuat Syifa tak lagi berniat menggoda Yusuf. Ia yakin sesuatu yang buruk memang pernah terjadi pada Yusuf. Itulah kenapa pria itu terlihat sangat tak bersemangat hari ini.
Syifa menarik ujung jaket Yusuf kemudian mengajaknya untuk duduk sebentar. Awalnya Syifa hanya ingin mencari udara segar. Namun, suasana hati Yusuf yang buruk, membuat Syifa memutuskan untuk menundanya dulu.
"Kamu gapapa?"
Yusuf menggeleng kemudian menyeka air matanya. Ia tahu seharusnya ia bercerita setidaknya pada seseorang. Namun, memiliki orang tua yang sibuk dengan bisnis mereka, tentu membuat Yusuf tak punya seseorang untuk mendengar semua keluhannya. Bahkan sang Ayah tak tahu soal traumanya.
Yusuf memang tak mengatakannya. Namun, Syifa yakin sesuatu yang berhubungan dengan kecelakaan pasti pernah Yusuf alami. Apalagi Yusuf pingsan setelah merasa panik.
"Cerita aja, mungkin itu bisa ngurangin sedikit rasa sedih kamu."
"Aku gapapa," ujar Yusuf diakhiri kekehannya. Ia merasa jika dirinya benar-benar konyol. Ia tahu seharusnya sebagai seorang dokter, ia harus bisa memisahkan masalah pribadinya. Namun, semua ini cukup sulit untuknya. Terlebih karena trauma itu sangat melekat dengan dirinya.
"Beneran gak bakal cerita? Syifa bisa jadi pendengar yang baik."
"Aku trauma liat anak kecil dengan luka parah. Bahkan waktu anak kecil yang kecelakaan bareng Taehyung, kepalaku rasanya sakit banget. Cuman, aku berusaha nahan, tapi kemarin aku gak bisa nahan lagi dan pingsan."
"Trauma?"
"Aku ngerasa jika Adik aku meninggal karena aku. Dulu aku belum lulus dan aku terlalu panik. Kamu tau? Rasa bersalah itu terus ngikutin aku sampe detik ini. Bahkan aku selalu berusaha ngehindar kalo ada korban kecelakaan," jelasnya. Ia tak lagi bisa menahan air matanya. Namun, ia merasa lega saat bisa mengatakan soal itu pada seseorang.
Syifa tersenyum kemudian mengusap halus bahu Yusuf. Ia tak tahu jika pria itu menyimpan sebuah rahasia besar. "Kamu udah ngelakuin yang terbaik kok, tapi semua itu bukan salah kamu. Takdir udah nulis semuanya."
TBC🖤
27 Mar 2021
Maaf bgt cmn satu🙏🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Heart Return✔️ [Terbit!]
FanficPemesanan bisa dilakukan dengan mengunjungi akun resmi Mayra Pustaka Perasaan sebelumnya yang belum sempat tertuntaskan, membuat Jungkook kembali dibingungkan oleh hati dan logikanya. Terlebih, kehadiran Syifa kembali dalam hidupnya.