Jam dinding menunjukan pukul 7 tepat, segera Yunho membereskan meja belajarnya yang berserakan bekas sarapannya. Setelah beres, Yunho pun keluar dari kamar kostnya, dan segera berangkat menuju kampusnya.
Yunho merupakan mahasiswa semester 7 jurusan teknik sipil. Kampusnya terletak tidak terlalu jauh maupun tidak terlalu dekat dari tempat kostnya, namun demi mengirit uangnya, Yunho rela berjalan kaki setiap hari.
Yunho tidak berasal dari kalangan atas, kedua orangtuanya adalah buruh tani di desa, adiknya masih duduk di bangku SMP kelas dua. Yunho berhasil menikmati kesempatan untuk mengecap bangku kuliah karena beasiswa yang dia dapat, dia bebas uang kuliah, seratus persen.
"Yunho!" saat Yunho sedang berjalan, tiba-tiba ada yang memanggilnya.
"ah, Kak Seonghwa!"
Seonghwa—seniornya—yang ternyata menyapanya. "Yun, bareng?"
"ngerepotin gak?"
"ya enggak lah, toh kita sama-sama mau ke kampus. Yuk ah, naik!"
Yunho pun mengangguk, lalu duduk di jok belakang motor Seonghwa. Dan perlahan Seonghwa pun tancap gas, meski motornya jadi susah melaju karena tubuh Yunho tak bisa dibilang kecil, sementara motornya kecil.
Seonghwa adalah warga asli Seoul, dia anak orang kaya. Selain merupakan kakak tingkat Yunho, Seonghwa juga merupakan seniornya di lab transportasi. Untuk menambah uang sakunya, Yunho magang di laboratorium transportasi sebagai asisten praktikum, dan Seonghwa adalah koordinatornya.
Seonghwa pun banyak membantu ekonomi Yunho seperti sering mentraktirnya makan siang, bahkan dia juga membantu Yunho mencarikan pekerjaan paruh waktu, lewat pacarnya. Ya, meski sekarang Yunho sudah tak bekerja paruh waktu lagi karena dia banyak menghabiskan waktu di labnya.
"Yun, nanti ada acara balik kuliah?"
Yunho menggeleng, "langsung balik kayaknya aku kak, kenapa?"
"mau bantuin skripsiku gak? Aku nanti mau ngecor, tapi timku kurang satu orang, soalnya ada yang gak bisa dateng"
"boleh aja sih kak, jam berapa emang?"
"jam lima sore, ya, pas selesai jam terakhir kuliah. Nanti aku beliin makan malem deh"
"justru itu yang aku incar, oke deh" Yunho turun dari motor Seonghwa, mereka sudah sampai di kampus.
"see you nanti sore, Yun!"
"see you, kak!"
.
.
"jangan panggil saya papa lagi, kalau kamu masih belum bawain saya mantu!" pria berusia enam puluh tahun lebih yang merupakan ayah dari Mingi itu menuding Mingi dengan jari telunjuknya.
Mingi menghela nafas, lalu dia mengeluarkan kunci mobilnya dari saku jas, "oke deh. Kalo gitu Mingi pamit dulu ya, bro"
Si ayah melotot nanar oada Mingi yang barusan memanggilnya 'bro'
"katanya ga boleh panggil papa, ya udah Mingi cabut dulu ya, bro!" dengan santai Mingi pun keluar dari kediaman orangtuanya.
Mingi muak banget, di ulang tahunnya yang ke tiga puluh dua ini, bukannya dapat surprise dari orangtuanya, justru Mingi dapat ceramahan dari orangtuanya seputar menikah. Apalagi papanya, papanya beneran getol banget Mingi harus segera menikah sekarang juga.
Memangnya ada jaminan kalau Mingi bakal lebih bahagia setelah menikah? Toh, buktinya dulu papa dan mama kandungnya bercerai, dan papanya justru menikah lagi dengan sekertarisnya yang berbeda usia 35 tahun dengannya. Tidak ada yang menjamin kebahagiaan dalam sebuah pernikahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undersigned
Fanfiction'you are undersigned, Jeong Yunho' note: -MinYun alias Mingi top, Yunho bengbeng -update kalo aku sempet!! -mengandung kata-kata kasar, adegan jorok. pokoknya jorok, jorok, dan jorok. -age switch -rate dewasa, dari segi latar belakang cerita -gak ta...