9. Suka?

883 87 46
                                    

"papa mau cucu"

Satu kalimat dan membuat hubungan Mingi dan Yunho menjadi canggung tiba-tiba.

Malam itu, si tuan besar Song datang hanya untuk mengucapkan kalimat itu secara langsung pada Mingi dan Yunho. Lalu beliau pulang. Aneh memang.

Selepas sang papa pulang, Mingi dan Yunho kembali masuk ke dalam kamar mereka. Namun kali ini keduanya hanya diam. Mereka merebahkan tubuh saling memunggungi.

Dan lucunya, mereka berdua tidak terlelap. Yunho tengah berbaring miring sambil overthinking. Sang papa meminta cucu, ya wajar jika mengingat statusnya dengan Mingi adalah menikah, memiliki momongan adalah sesuatu yang wajar bukan?

Wajar.

Wajar jika kasusnya, pernikahanmu dilandasi kemauan sendiri, bukan dilandasi kontrak. Dan berlandaskan perasaan cinta dan sayang—

Yunho merasakan guncangan pada ranjangnya, sepertinya Mingi berganti posisi, dan sepertinya Mingi sudah tertidur pulas karena Yunho mendengar suara dengkuran Mingi.

Yunho pun perlahan membalik tubuhnya, menjadi menghadap Mingi, dipandanginya wajah Mingi dengan khusyu, Mingi tampan, sangat tampan. Hidung mancung serta rahang tegasnya memberi kesan maskulin dan dominan pada Mingi, pula dengan postur tubuhnya yang bagus dan terbentuk, Yunho suka—tunggu, suka?

Yunho menggeleng pelan, menghalau pikirannya yang mulai kemana-mana. Bagi Yunho ini semua hanya sebuah permainan yang harus dia lakoni untuk bertahan hidup, tidak lebih apalagi kurang.

Namun kini Yunho merapatkan tubuhnya pada tubuh Mingi, lalu menyusupkan kepalanya ke dada Mingi, dan Yunho berusaha keras untuk masuk ke alam mimpinya.

Namun yang Yunho tidak ketahui, tak lama setelah dia mulai masuk ke wonderlandnya, tangan Mingi terulur melingkari pinggang tak rampingnya.

.

.

"hari ini aku ke kampus sampai malam" ujar Yunho pada Mingi, saat ini mereka tengah sarapan berdua.

"ada apa?"

"hari ini ada kerjaan di lab, ada anak S2 yang minta bantuan buat penelitian thesisnya"

"hmm, kira-kira jam berapa pulang?"

"entahlah? Sampai selesai mungkin"

"oke baiklah, hati hati di jalan"

Yunho mengangguk sebagai balasan, dan mereka berdua kembali fokus pada piring makanannya. Sekitar setengah jam kemudian, mereka berdua selesai makan. Mereka pun bersiap untuk berangkat, Mingi ke kantor dan Yunho ke kampus.

"Yunho, pagi ini biar saya yang antar kamu ke kampus" ujar Mingi—mendadak—saat Yunho hendak menuju ke mobil yang disediakan untuknya.

"eh? Kan kampus saya bertolak belakang dengan kantor anda. Saya biar berangkat sama Yeosang saja"

Mingi menarik tangan Yunho, membuat Yunho maju dan kini tubuh mereka berdua menempel, dan wajah mereka berdua pun berjarak sangat dekat hingga ujung hidung keduanya bersentuhan.

"saya tidak suka penolakan, Song Yunho"

Yunho menelan ludahnya kasar, "i-iya.. baik, Mingi.."

Mingi tersenyum, dilepasnya rangkulannya pada Yunho, "bagus. Kalau begitu sekarang ayo kita berangkat" dan Mingi pun berlalu.

Yunho mengambil tas jinjingnya yang ada di sofa, lalu dia mengikuti Mingi dari belakang sambil memijit pangkal hidung mancungnya, "ada ada banget deh heran"

UndersignedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang