7. Sugar Baby

801 103 6
                                        

Buntut dari kejadian caught in 4K tiga hari lalu, senin sore ini sepulang kuliah Yunho dan Seonghwa tengah duduk berhadapan di bangku sebuah cafe yang terletak gak jauh dari kampus mereka.

Seonghwa duduk sambil menyilangkan tangan di dadanya, dengan tatapan datar menusuk tepat ke arah Yunho. Sementara Yunho salah tingkah dibuatnya. Jatuh cinta? Bukan. Ini lebih ke takut dimaki-maki.

"Kak Hwa, ayo diminum kopinya—"

"jangan mengalihkan pembicaraan!"

Yunho mengangkat sebelah alisnya, "tapi kita belum mulai bicara apa-apa, Kak?"

"ya itu lah pokoknya! Kalo gitu kamu jelasin apa maksud ini miskah" Seonghwa nyodorin map berisi surat kontrak Mingi dan Yunho. "sandiwarakah selama ini?"

Yunho menghela nafas, "pasti Bang Joong juga udah ngasih tau kakak kronologinya ya?"

"iya. Jadinya kan aku pas ngewe bukannya dirty talk malah ngomongin masa depan kamu"

Aneh. Aneh banget kalo kata Yunho mah, Seonghwa mau frisek sama Hongjoong aja Yunho kata udah aneh, ini lagi frisek sambil ngomongin masa depan Yunho.

"lah ngapain juga ngomongin aku?? Dosa kakak berzinah aja udah banyak, maruk amat masih mau dosa dari gibah??????"

"bukan gitu, tapi kita berdua khawatir sama kamu"

"kalian? Maksudnya Kak Hwa doang kali?"

"hehe, tau aja Hongjoong isi kepalanya Cuma reproduksi sama duit doang"

Yunho mendengus, "lagian apa yang mau dipikirin? Aku baik-baik aja"

Seonghwa menggebrak pelan meja, ditatapnya lurus kedua mata Yunho, "ini serius, kamu kawin kontrak? Yunho, dimana-mana itu menikah dilandaskan rasa cinta, kalau begini namanya terpaksa, dan yang lebih parah lagi, kontrak? Dengan semua peraturan yang tertulis itu? Jeong Yunho, kamu gila. Sangat gila, apa kamu gak merasa itu bahaya buat dirimu sendiri?"

Yunho menggeleng mantap, "nggak, aku butuh Mingi buat nutupin kehidupanku. Setahun sejak tandatangan kontrak semua akan berakhir, saat itu datang aku udah siap lulus, aku udah mulai kerja, aku bakal mulai hidup baruku dengan uang tabunganku"

Seonghwa menghela nafas, "apa kamu gak takut kamu hamil atau terjadi hal yang tidak diinginkan?"

Yunho lagi-lagi menggeleng, "semua udah ditulis seperti yang ada di kontrak, dont worry Kak Hwa, aku tau kok mana yang terbaik buat aku"

"Yun—"

Yunho menggenggam erat kedua telapak tangan orang yang sudah menjadi sosok kakak bagi Yunho selama di perantauan ini. Yunho mengerti kalau Seonghwa khawatir, Yunho sangat senang karena Seonghwa sebegitu mengkhawatirkannya.

"its okay, kakak percaya sama aku kan? Aku tau dan paham semua konsekuensi yang akan aku terima nantinya, jadi percaya sama aku, ya?"

Seonghwa pun tak punya pilihan selain mengangguk setuju. Dia memang khawatir pada Yunho, namun dia tak memiliki hak sepeser pun untuk mengatur hidup Yunho.

Pun Yunho bukan anak kecil lagi, Yunho tau betul dia sudah masuk ke kandang buaya. Namun, bila sudah terlanjur masuk ke dalam kandang buaya, daripada lari dan dikejar lebih baik Yunho perlahan menjadi pawangnya dan menaklukan sang buaya, bukan?

.

.

"darimana?"

Yunho meletakkan totebagnya di atas meja belajarnya, "ketok pintu dulu kalo mau masuk kamar saya!"

"loh kan ini rumah saya?"

"ya tapi kan kamar ini jadi kamar saya. Kalo saya lagi ganti baju gimana? Saya aja kalo masuk kamar anda ketok pintu dulu meskipun saya tidurnya disitu juga"

"iya iya bawel. Kamu dari mana? Kan hari ini kamu pulang kuliah jam 4, kok baru sampai rumah hampir jam 6?"

"iya tadi saya nemuin Kak Hwa dulu baru pulang"

"tanpa seizin saya?"

"kan tadi pagi udah"

Mingi mengingat-ingat sejenak, "ohiya saya lupa. Yasudah, tadi saya masuk kamar kamu buat ngasih ini ke kamu. Saya udah nungguin kamu dari jam lima pas saya pulang kantor, tapi kamu gak pulang-pulang" Mingi ngasih sebuah tas karton besar ke Yunho.

"eh ini apa?"

"ya liat aja lah dalemnya"

Yunho membongkar tas karton tersebut lalu mengeluarkan isinya, "i-ini tas... luis vuitton???"

Mingi mengangguk, "itu totebag kamu udah buluk banget. Gak enak diliat. Kamu pake tas yg baru itu ya, buang aja yang lama"

"Mingi, ini mahal banget ya tasnya. Kenapa anda beliin tas semahal ini?"

"ya karena saya mampu belinya. Udah ah, saya laper, mau mandi terus makan malem"

Sebuah senyuman terulas di bibir Yunho, Mingi ini aslinya perhatian dan baik, "saya siapkan air hangatnya, sekalian makan malamnya, Mingi"

Mingi pun tersenyum pula hingga matanya tinggal segaris, "terima kasih, Yunho-ya"

Setelah menyiapkan air untuk Mingi mandi, Yunho memasakkan makan malam untuk Mingi. Lalu mereka berdua makan malam dengan hikmat berdua. Usai makan malam, mereka pun masuk ke kamar mereka berdua, bersiap untuk tidur.

"selamat tidur, Yunho"

"selamat tidur juga, Mingi"

Lalu mereka berdua sibuk menuju alam mimpi masing-masing. Ya gitu lah kehidupan rumah tangga settingan Song Mingi dan Song Yunho. Semua serba to the point.

Hujan lebat turun tiba-tiba, petir bersambaran. Mingi merapatkan selimutnya karena hawa dingin mulai menusuk kulitnya. Namun dia agak kaget saat merasa pergerakan aneh di sebelahnya.

Ternyata Yunho yang sudah tertidur duluan menggeliat tak nyaman dalam tidurnya.

Mingi memperhatikan ekspresi Yunho, sepertinya Yunho mimpi buruk. Mingi pun memutar badannya jadi menghadao Yunho, lalu tangan kirinya terulur untuk menepuk-nepuk punggung Yunho.

"sshhh, jangan takut, ada saya disini"

Perlahan Yunho pun mulai tenang kembali. Bahkan dia menyamankan posisi tidurnya dalam dekapan Mingi.

Mingi pun hanya bisa terkekeh, "you're so cute, I wanna protect you, but you're still my sugar baby, you are undersigned, Song Yunho"

.

To be continue

kaga seru ya brou

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kaga seru ya brou. bentar brou, lagi kena writer's (go)block nih brou

UndersignedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang