Hola! Ini part 2-nya! Ngebuatnya sambil ngebayangin punya pelayan pribadi kaya Justin! Argh.. langsung nikahin aja kali yaaa? hohoho...
“Apa-apaan itu! Dia kira dia siapa?” terdengar suara melengking Violet menyerang telingaku pagi ini.
“Kenapa?” aku menggumam sendiri lalu cepat-cepat mengikat dasiku.
Setelah rapi, aku langsung keluar kamar dan melihat Martha yang sedang mengelus dadanya.
“Ah, Justin,” dia berusaha tersenyum.
“Ada apa?” tanyaku cepat.
“Nona marah-marah karena... kau tau... perubahan perjanjian dan dia benci itu,” kata Martha agak berbisik meski aku tidak yakin mengapa dia berbisik. Aku yakin Violet tidak akan bisa mendengarnya, dia pasti sudah pergi.
“Dia marah?” tanyaku mengulang.
“Dia murka! Dia tidak suka sesuatu yang tidak tertata, sesuatu yang dadakan, dia benci!” kata martha penuh penjiwaan. “Dia tidak seharusnya marah-marah sepagi ini,” kata Martha lalu menghela nafas.
“Tenanglah, dia tidak marah padamu,” kataku lembut.
“Dia tidak pernah marah padaku, atau pada siapapun yang bekerja disini, kecuali kami melakukan sesuatu yang kelewat bodoh. Atau... ketika dia sedang badmood. Ketika dia marah pada seseorang diluar sana, kami akan marah kepada orang itu juga. Itu seperti hukum yang berlaku, tidak ada yang menyakiti Nona Anderson!” kata Martha lalu merapikan bajunya.
Aku terdiam mendengar penjelasan Martha. Semua yang bekerja disini terdengar sangat setia kepada keluarga Anderson. Wow, ini hal yang sangat menarik.
“Apa yang harus aku lakukan? Kau tahu... umm.. supaya suasana hatinya membaik nanti?” tanyaku.
“Masuklah kekamarnya, kenali dirinya. Aku harus pergi, dah,” Martha tersenyum ceria lagi dan aku balas tersenyum.
Aku berjalan masuk ke kamar Violet. Aku sudah lumayan hapal istana ini, jadi tidak sulit untuk menemukan tempat-tempat penting seperti kamar Violet. Aku memasukkan kartu khusus yang bisa membuka semua pintu dirumah ini dan kamar Violet terbuka. Aku tersenyum karena hidungku kembali mencium wangi parfum itu, ah sangat menyejukkan.
Aku menatap kamarnya, tidak sepert yang kubayangkan. Semuanya serba putih dan sangat bersih dan sempurna. Baju tidurnya masih tergeletak didepan pintu kamar mandi dan aku mengambilnya, wanginya sempurna. Kamarnya rapi, sangat rapi, kecuali mejanya, dimana ada bertumpuk-tumpuk kertas, dan tempat tidurnya yang agak berantakan. Aku sudah paham betul kontrakku, aku boleh masuk ke kamar Violet kapan saja, ya kapan saja dan menyentuh apa saja. Kamar ini sangat cocok untuk putri seperti dia. Kesannya, modern, memang berbeda dengan bagian rumah yang lain.
Tanpa sadar aku menguap lalu segera menutup mulutku, how impolite! Tapi itu wajar, sekarang sudah jam 9 malam dan tidak ada tanda-tanda Violet akan pulang. Tadi siang, jam 12, dua orang pekerja dikantornya datang, mengeluh ke Martha bahwa Violet badmood seharian karena ‘orang itu’. Ya ampun, apa yang ‘orang itu’ lakukan?
“Sepertinya kau bersih-bersih,” kata Violet yang tiba-tiba berdiri dibelakangku.
“V.. Violet,” kataku kaget lalu langsung berdiri dan mengambil tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Butler : Lady Violet
FanfictionJustin Drew Bieber memutuskan untuk melanjutkan hidup setelah kematian adik kembarnya. Dia melamar pekerjaan Di Anderson's Company, sebuah perusahaan besar di New York City yang membangun sekolah gratis di daerah yang membutuhkan. Namun, bukannya be...