Nah adegan disini agak heroik nih! <3
~~~~~
“Apa kau harus membawa pistol itu? Itu menyeramkan! Kita akan membangun sekolah disini dan aku tidak mau ada unsur kekerasan yang,”
“Ayo kita keluar,” aku menghela nafas dan Violet mendengus kesal.
“Jangan potong kata-kataku,” kata Violet kesal.
“Sekali lagi kau begitu, aku akan bercinta denganmu sampai kau pingsan,” ancamku pelan.
“Aku mau itu, sungguh,” dia tersenyum senang. “Kau serius??” tanyanya lagi.
“Itu ancaman. Aku tidak akan membiarkanmu klimaks,” kataku.
“Ampun, aku akan jadi anak baik, Tuan,” Violet mencium pipiku lalu tersenyum manis. “Kau pengontrol menyedihkan. Menjadikan seks sebagai senjata, menyuruhku untuk diam agar tidak ada yang mendengar tapi kau menghabisiku seperti itu diatas kasur. Tapi, diatas semua itu, aku benar-benar menyukaimu,” Violet tertawa kecil lalu aku menatapnya penuh sayang.
“Ini harimu, Tuan Puteri,” aku mengelus rambutnya lembut dan dia menyenderkan kepalanya ke tanganku, merasakan sentuhanku.
~~~
Hari ini Violet bersenang. Setelah perjuangan selama 4 bulan penuh, berjuang dengan permasalahan dikantor dan setelah kepergian Tuan Anderson, Violet akhirnya memenangkan kasus Idaho Falls itu. Selamat datang Desember, jadilah musim dingin yang baik tahun ini.
Pintu terbuka dan Violet keluar dari ruangan itu. “Kau suka ruangannya?” tanya Violet.
“Aku suka koridornya. Ada banyak ruang untuk memajang karya anak-anak,” kataku lalu tersenyum.
“Aku juga. Aku harus ke toilet,” kata Violet lalu aku berjalan cepat mengikutinya. “Hey!” dia menahanku masuk.
“Apa?” tanyaku.
“Ini bilik wanita!” katanya protes.
“Kau begitu takut aku melihatmu buang air kecil? Aku sudah melihatmu telanjang, Nona,” aku mencibir.
“Ini tempat publik! Tunggu disini, aku tidak akan lama,” kata Violet, tanpa toleransi.
“Dua menit, Violet,” kataku.
Violet berlari masuk dan terdengar suara pintu ditutup dan dikunci. Aku menatap ke lapangan yang luas itu. Ada semua jenis lapangan. Sekolah ini sempurna dan siapapun yang bisa bersekolah disini akan sangat sangat bersyukur, aku yakin itu. Senyumku merekah melihat lapangan basket dan teringat dengan Ryan. Ah ya, tentang rumah, kami sudah memilih satu rumah di Ontario dan itu sempurna. Meski begitu, Ibu tidak menjual rumah kami yang dulu, terlalu banyak kenangan, aku setuju.
“Violet? Ini sudah dua menit,” aku memanggilnya. Aku diam, mendengarkan jawaban Violet. “Violet Carol Anderson, aku akan masuk,” kataku serius lalu masuk. “VIOLET!” teriakku lalu menekan mikrofon. “Cari Violet, terakhir aku melihat dia didalam kamar mandi. Cari dia dimanapun!” teriakku gusar.
Aku membuka satu persatu bilik dan bilik terakhir terkunci. Aku langsung menendangnya dan melihat gelang Violet pemberian Tuan Anderson tergeletak didekat tempat sampah. Aku melihat jejak kaki sepatu lelaki dan aku mendongak keatas, jendelanya terbuka lebar.
“Violet!” teriakku kesal lalu berlari keluar, tapi tak ada siapapun dibelakang toilet itu. “SIALAN!” teriakku dan terdengar langkah bodyguard yang lain.
~~~
“Haruskah kita melapor polisi?” tanya Martha.
“Kurasa itu tidak berguna,” Mr. Smithley, salah satu pengacara keluarga Anderson menyela.
“Ya, lawan kita orang kotor. Mereka tidak akan segan-segan membayar dan membungkam polisi untuk menyembunyikan kasus ini. Kita punya cukup orang untuk bergerak sendiri, lagipula aku punya firasat mereka tidak ingin hal in dicampuri polisi,” sambung Mrs. Cintroph, salah satu pengacara juga.
“Kita tunggu penawaran mereka,” kataku pelan.
“Justin, berhenti menghukum dirimu, Sayang,” kata Martha bersedih.
“Ini salahku, aku berjanji pada Tuan Anderson untuk menjaganya dan aku tidak menepatinya,” kataku pelan.
“Justin, kita semua akan berusaha. Nona Anderson adalah kesayangan kita semua,” kata Mr. Smithley menenangkanku. Aku mengangguk pelan, berusaha menghapus kekhawatiranku tentang betapa takutnya Violet sekarang.
~~~~~
Aku terbangun dan hampir terjatuh dari kursiku. Aku menatap tempat tidur Violet yang masih kosong lalu langsung mengangkat telpon yang berdering itu.
“Serahkan kontrak sekolah itu dan Nona Anderson akan selamat,” katanya.
“Jangan sakiti dia, aku akan melakukan apapun,” kataku.
“Serahkan kontrak sekolah itu,” ulangnya.
“Bisakah aku mendengar suara Violet?” pintaku sesopan mungkin.
Terdengar suara gemerisik lalu suara tamparan pelan. “Hey bangun!” aku meringis mendengar suara desahan Violet. “Bicara, mereka ingin mendengar kau masih hidup atau tidak,” katanya kasar.
“Justin?” panggil Violet.
“Violet, aku akan menyelematkanmu, aku janji,” kataku cepat.
“Kau menyayangiku?” tanya Violet.
“Iya, Violet. Aku menyayangimu, sangat,” kataku lalu meremas tanganku sendiri.
“Kalau begitu, selamatkan Anderson’s Company. Jangan pedulikan aku. Jangan biarkan ini menghalangi kesuksesan perusa, piip piip piip...,” telpon langsung terputus dan aku menutup telpon itu dengan gusar.
“Justin?? Kita mendapatkan lokasinya! Mereka berhasil melacaknya” kata Martha senang. “Justin?” panggil Martha.
“Dia tidak ingin aku menyelamatkannya,” kataku pelan.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Martha kaget.
“Dia bilang, jangan biarkan hal ini menghalangi kesuskesan Anderson’s Company,” kataku pelan.
“Justin,” Martha memegang bahuku dari belakang. “Nona Anderson menyukaimu. Dia tidak bisa berhenti membicarakanmu. Dia selalu bersinar setiap membicarakanmu dan sekarang, dia ketakutan. Anderson’s Company tidak akan berjalan tanpa Nona Anderson. Kita bisa membentuk tim yang hebat, tapi kita butuh atasan yang hebat. Kita butuh Nona Anderson,” kata Martha lalu menghela nafas.
“Persiapkan kontraknya, Martha,” kataku.
“Itu bagus,” Martha tersenyum kecil lalu meninggalkanku sendiri.
Aku menelungkupkan wajahku dan menghela nafas kelewat kencang. Violet tidak akan memaafkanku, tapi aku tidak akan bisa memaafkan diriku kalau sesuatu terjadi kepada Violet. Aku akan melanggar janjiku dengan Tuan Anderson kalau begitu.
~~~~~
Uwahh klepek-klepek deh tuh Justin keren begitu. Hayoo siapa yang mau diselamatin Justin angkat tangan ya? *angkat tinggi-tinggi* . Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Butler : Lady Violet
FanficJustin Drew Bieber memutuskan untuk melanjutkan hidup setelah kematian adik kembarnya. Dia melamar pekerjaan Di Anderson's Company, sebuah perusahaan besar di New York City yang membangun sekolah gratis di daerah yang membutuhkan. Namun, bukannya be...