Part 3

1.2K 58 1
                                    

Hai! Ini Part 3-nya! Jadi lebih suka Justin apa Violet hayoo? :D Enjoy :3

            “Yaa!! Kau liat itu? Aku memanahnya ditengah! Di-te-ngah!” dia mengeja lalu bertepuk tangan senang.

            “Aku bahkan tidak mengerti bagaimana bisa kau melakukannya,” kataku kagum.

            “Aku anggap itu pujian,” katanya senang.

            “Apa kau lelah? Kau mau istirahat?” tanyaku.

            “Ya, ayo kita jalan-jalan di taman,” kata Violet.

            “Baiklah,” aku mengambil panah dari tangannya lalu memberikannya ke penjaga. Aku menyerahkan segelas jus jeruk ke Violet dan dia tersenyum seraya mengambilnya. Aku menatap gadis yang berbeda lagi kepribadiannya hari ini. Dia mengenakan kaus polo hijau muda dengan celana pendek putih dan topi putih dengan sepatu putih, lengkap dengan senyumnya yang lebar, berbeda dengan Violet yang serius, atau Violet yang penggoda.

            “Kenapa kau tidak punya pacar, Justin?” tanyanya sambil mengelus sebuah Damask Rose putih yang mekar dengan sempurnanya.

            “Aku.. ingin fokus ke kerjaku,” kataku jujur.

            “Kau punya gelar sarjana yang bagus dari Victorian University, kenapa melamar disini?” tanyanya lagi.

            “Aku rasa... aku juga tidak paham. Aku melamar untuk kantormu tapi, aku disini,” kataku jujur lagi.

            “Tapi kau menyukai pekerjaanmu?” tanya Violet sambil menatapku.

            “Ya, aku suka. Sejauh ini, baik. Aku bisa membaca banyak buku, dan membantu mengerjakan proposal-proposalmu,” kataku senang.

            “Proposalmu baik, aku senang,” dia tersenyum tulus. “Aku biasanya memperkerjakan orang Harvard atau Oxford, tapi ayahku memilihmu,” katanya tanpa ada nada terpaksa. “Seperti biasa, dia benar,” dia tertawa geli lalu menyerahkan jus jeruknya kepadaku.

            “Terimakasih,” aku akan menganggap itu sebagai pujian.

            “Ceritakan tentang keluargamu,” katanya.

            “Ayahku bercerai dengan ibuku, ketika aku belum lahir.  Aku tinggal dengan ibuku dan ... umm kedua adikku dulunya,” kataku.

            “Apa yang terjadi dengan adikmu?” tanyanya penasaran.    

            “Adik laki-lakiku... terkena narkoba dan dia overdosis,” kataku sambil menunduk.

            “Kau bisa?” suaranya sangat lembut dan aku merasakan dia menyentuh bahuku. Tangannya yang satunya menarik lenganku lembut lalu kita berdua duduk disebuah bangku.

            “Ya, aku tak apa-apa,” aku tersenyum kecil lalu merapikan topiku dan menghela nafas pelan. “Adik perempuanku bunuh diri tak lama setelah itu. Mereka kembar, selalu melakukan apapun bersama-sama, jadi kurasa itu berat baginya,” kataku pelan.

            “Apa ibumu baik-baik saja?” tanya Violet perhatian.

            “Dia wanita yang kuat, lebih kuat dariku. Mantranya, ‘Aku masih punya kau’. Dia selalu bilang begitu. Kata-kata itu menyemangati aku dan ibuku juga,” kataku lalu tersenyum kecil.

The Butler : Lady VioletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang