Hello hello! Sorry banget buat nunda ya! As I promised before.... aku bakal post 4 episode terakhir se-ka-li-gus! Jengjengjeng *lebaydikit*. Enjooyy :3
~~~~~
Mataku terbuka ketika mendengar suara batuk Violet. Aku mengelus punggungnya dan dia tertidur lagi dengan tenang. Aku mengusap kepalaku yang pusing dan aku masih telanjang. Aku langsung duduk dan berpakaian. Kurasa aku mimpi buruk tadi.
Aku menghela nafas dan mencium kepala Violet sebelum pergi ke kamarku untuk bersiap-siap. Aku masih ingat Violet minta diantar untuk membeli es krim hari ini dan aku berjanji akan menemaninya.
“Martha?” panggilku seraya berjalan ke dapur, Martha biasanya disini.
“Justin! Syukurlah kau sudah bangun! Kau harus beritahu Nona!” kata Martha.
“Ada apa?” tanyaku bingung.
“Semenit lalu, aku mendapat telpon kalau Tuan Anderson tertembak! Aku baru sadar ketika kau memanggilku! Apa yang harus kita lakukan? Nona Anderson akan shock!” kata Martha panik, aku bisa melihat dia hampir menangis.
“Tertembak dimana?” tanyaku sambil memegang bahu Martha.
“Tadi pagi, di Lobby hotel. Sekarang beliau sedang dibawa ke Rumah Sakit. Ya Tuhan, aku berharap semuanya baik-baik saja,” kata Martha, akhirnya airmatanya menetes.
“Ya Tuhan,” aku menunduk. “Aku.. akan memberitahu Violet, kau tenanglah, Martha,” kataku lembut.
“Terimakasih,” Martha berusaha mengontrol emosinya.
Aku berjalan ke kamar Violet dan membuka pintunya. Mataku membesar ketika Violet sudah duduk diatas tempat tidur, dia berbalik menatapku dan tersenyum kecut. “Aku mimpi buruk, ketika aku bangun, kau tak ada disini,” kata Violet pelan.
“Violet,” aku berjalan menghampirinya. “Segera siap-siap, kita harus pergi,” kataku lembut.
“Maksudnya?” tanya Violet, berusaha membaca tatapanku. “Apa maksudnya?” tanya Violet lalu menggenggam tanganku. “Ayah?” tanyanya. Aku mengangguk pelan lalu dia memejamkan matanya. “Ada apa?” tanyanya.
“Beliau tertembak, kita harus ke rumah sakit sekarang, Violet,” kataku lembut. Violet memelukku erat. Bahunya bergetar dan nafasnya tidak beraturan. “Tidak ada hal buruk yang akan terjadi,” bisikku meski aku tidak yakin kejadian apa yang kuhadapi sekarang.
~~~~~
Aku mengelus bahu Violet yang sedang menggenggam tangan Tuan Anderson. Beliau terlihat sangat pucat dan tidak berdaya. Dokter mengatakan kalau pelurunya berada didaerah yang berbahaya dan merusak jantung beliau. Dokter bilang beliau tidak akan bertahan lama, tapi kurasa Violet tak perlu tau itu.
“Kenapa Ayah terasa jauh sekali?” tanya Violet.
“Violet,” kataku lembut.
“Aku memegang tangannya tapi kenapa beliau terasa jauh?” tanya Violet lagi.
Aku menghela nafas. “Jika kau ingin waktu berdua, aku akan meninggalkanmu,” kataku pelan.
“Tidak, kumohon, jangan pergi,” kata Violet. Aku mendekat ke arah Violet dan dia menyenderkan kepalanya diperutku. “Tetap disini, jangan pergi,” kata Violet lalu aku mengelus kepalanya. “Beliau akan pergi,” kata Violet pelan.
“Bagaimana kau tau?” tanyaku bingung.
“Aku sudah tidak bisa merasakan denyut nadinya,” kata Violet lalu dia memejamkan mata dan terdengar bunyi nyaring menandakan detak jantung Tuan Anderson berhenti. Aku menunduk dan menatap Violet yang berusaha terlihat tabah dibalik mata indahnya yang tertutup.
“Istirahatlah dengan tenang, Tuan,” aku memberi penghormatan terakhirku.
“Aku akan baik-baik saja, Justin disini,” Violet berdiri lalu mencium kening Tuan Anderson dan memeluknya erat. “Aku janji,” bisiknya lirih.
Aku berbalik melihat penjaga-penjaga Tuan Anderson menunduk dengan sedih, bahkan Martha menangis sesegukan. Violet memelukku erat dan aku balas memeluknya.
~~~~~
Huwee rada lebay sih disini tapi mau gimana lagi ya.. sedih lah kalo diceritain mah... Go to the next episode! :3
KAMU SEDANG MEMBACA
The Butler : Lady Violet
FanfictionJustin Drew Bieber memutuskan untuk melanjutkan hidup setelah kematian adik kembarnya. Dia melamar pekerjaan Di Anderson's Company, sebuah perusahaan besar di New York City yang membangun sekolah gratis di daerah yang membutuhkan. Namun, bukannya be...