Karenamu

52 36 2
                                    

Detik menyeretku pada waktu yang berlari, angin menerpa ragaku pada ketenangan,

Lembayung Senja menemaniku pada serangkaian bait puisi,

Dan kau mengiringi ku pada hati yang berlabuh.

Kusesapi dalam-dalam secangkir kopi, kulawan keras-keras hati yang berontak.

Aku telah tunduk di hadapan matamu yang bercorak indah,

Karenamu, Hari-hari ku kembali menjadi berwarna.

Skala besarnya aku sedang jatuh hati pada seorang malaikat yang diutus Tuhan ke Bumi,

Aku hendak mengelak pada takdir, sial, mana mungkin aku bisa menggapaimu?

Kau adalah Bintang yang bertabur sinar, selalu gundah tuk kutampik.

Tapi hei! Aku sedang tak mau kalah dalam mengejarmu,

Karena senyumanmu adalah prioritas untukku.

Hanya orang bodoh yang mampu mengabaikan senyumanmu,

Bolehkah kuberitahu? Corak matamu yang indah itu telah meluruhkan sel darahku,

Garis wajahmu yang manis itulah yang menjadi penyebab bahwa aku enggan tuk undur diri dalam mengejarmu.

Bumi sedang menangis, dan di tengah ringisannya aku sibuk menyesapi keheningan,

Bagiku, keheningan adalah nada syahdu yang mengingatkanku pada bintang yang jatuh,

Selalu saja kunikmati kala detiknya yang mengiringi.

Dan ya, kau lah bintang jatuh itu.

Sudah tahu?,Aku gila karenamu,

Mantramu telah menaklukkanku dan itu adalah senyumanmu,

Sihirmu telah meracuniku dan itu adalah lintas wajahmu.

 

 

 

 

 

 

 

Kala dirimu pergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang