Gugusan bima sakti terlihat begitu indah,
Terhampar luas berisi milyaran bintang yang memancarkan cahaya nya pada pekat malam.Kau melambaikan tangan di kejauhan, guna menyemangatiku untuk pergi menyusuri tanah asing ini. Ku tahu tujuan utama dari perjalanan adalah pulang itu sendiri, tetapi selama nyawa berada dalam jiwa, aku takkan pernah tumbang.
Bukankah kita ada untuk berjuang menjalani hidup ini? karenanya, aku pamit undur diri sejenak meninggalkanmu, adakalanya kita akan rindu berbagi tawa, juga berbagi luka.
Mungkin pertemuanku denganmu usai sejenak, dilarutkan angin yang menyapa wajahmu yang merona.Kini semesta menuntunku untuk mengubah segala rasa ragu, hati mematahkan satu khilaf tak terdefinisi.
Realitas nya aku enggan melawan arus waktu yang berlalu, meskipun terlalu berat untuk melangkah, mungkin segalanya akan terasa membaik.
Kau dengan topengmu yang siap meledakkan jantungku, dan aku yang sendiri selalu siap menyesapi keheningan dengan berbalut rasa perih.Tuhan selalu adil dalam menyelesaikan segala problematika yang rumit,
Kini tiba saat nya untuk meninggalkan segala yang berharga, dan mengejar segala pasrah.Teramat pahit bagiku untuk meninggalkan segala nya, termasuk kau.
Kuharap ketika waktu nya telah tiba, semesta bisa mempertemukan kita kembali, dan menjadi satu padu yang tak terpisahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala dirimu pergi
PoetryDalam suatu rangkaian waktu, Ada sepasang hati yang telah bertemu, Ada genggaman tangan yang mulai merenggang, Ada harapan yang kian berkabung, Maka bolehkah aku menatapmu dengan menggadaikan nafasku untukmu? Maka bolehkah aku mengabadikanmu dalam...