Persfektifku salah telak,melihatmu yang kian menjauh adalah bukti bahwa kau sempat tertunda oleh kebingunganmu,enggan menempuh ke jalan yang lebih direstui,semacam angin yang hanya memanjakan wajahku lantas pergi tanpa permisi,
masihkah ingat? Bahwa akulah satu satunya pelarian bagi lelahmu?yang selalu menjadi pendengar setia di kala kau bercerita? Bahkan ini adalah waktu waktu terbaikku yang selalu kutunggu, menatap matamu dan senyumanmu,selalu saja membuat jagat rayaku hancur di antara residu.
Kau yang selalu mendominasi bagian hidupku, kini hilang memilih jalan yang lebih kau sukai,memilih ruang untuk menepi,lantas meninggalkanku yang termabuk sendirian.Aku tak pernah mengerti,kenapa pergi bagimu selalu mudah,sedangkan bagiku meninggalkanmu adalah hal yang paling kubenci.
Aku menanyai diriku,memukul keras keras hati yang sudah lebam terhunus harapan yang mencekik,seakan ada lubang menganga yang hilang salah satu bagian terpentingnya,
Apakah aku salah?ataukah kau yang terlalu pengalah?menghadapiku yang selalu mengingatkanmu agar berjalan beriringan,bersama sama hingga berujung ikatan?
Tidak. Sebenarnya kau ini siapa yang dengan mudahnya menembus dinding pertahananku?tanyaku pada diri. Aku akui bahwa aku kalah.
Segan menatapmu yang selalu dipuja puja bagai mentari senja,tapi cobalah untuk bertanggungjawab,disini aku telah candu,tertinggal sendirian.
Setelah menyangka bahwa kau adalah malaikat,ternyata dugaanku salah,kau adalah pencuri yang mengambil diam diam hatiku,dan akan selalu kukejar dengan membawa dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala dirimu pergi
PoesiaDalam suatu rangkaian waktu, Ada sepasang hati yang telah bertemu, Ada genggaman tangan yang mulai merenggang, Ada harapan yang kian berkabung, Maka bolehkah aku menatapmu dengan menggadaikan nafasku untukmu? Maka bolehkah aku mengabadikanmu dalam...