Kali ini aku singgah untuk waktu yang lama, dan aku mesti belajar untuk merindukanmu sementara. Aku tahu peristiwa ini adalah nestapa bagimu. Kita yang selalu saling menyapa di penghujung malam, kini hanyalah khayal yang menjelma dongeng penghantartidur.
Tetapi untuk kali ini izinkanlah aku menulis untuk kita abadikan, bersabarlah sejenak aku sedang membunuh waktu-ku untuk meniti kehidupan yang diharapkan-ku akhir akhir ini. Di persimpangan antara malam dan pagi aku selalu sibuk merapalkan nama nama yang kurindukan, diantaranya ada Ayah, Ibu, dan tentunya kau sebagai penutup doaku. Sebenarnya raga selalu berlawanan untuk pergi, hati selalu meronta ronta ingin mendekapmu lebih dekat dengan jantungku.
Karena itulah alasanku meminta izin padamu, dan ya, kau adalah alasanku untuk tetap melangkah. dan aku hanyalah seorang kawi yang naif jika tanpa adanya arah dan petunjuk darimu. Meskipun jalan yang kita tempuh berbeda, tapi tujuan kita tetap sama. Aku yakin dibalik terjangan ombak yang kuat, selalu menyisakan karang karang yang teguh dan gigih,ku yakin suatu saat juga kau adalah tempatku bertepi dari segala lelahku. Tunggulah, dan bertahanlah, karena dimanapun dan bagaimanapun keadaannya, hatiku akan selalu tertinggal di sebelahmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kala dirimu pergi
PoesíaDalam suatu rangkaian waktu, Ada sepasang hati yang telah bertemu, Ada genggaman tangan yang mulai merenggang, Ada harapan yang kian berkabung, Maka bolehkah aku menatapmu dengan menggadaikan nafasku untukmu? Maka bolehkah aku mengabadikanmu dalam...