Part 7

6.4K 852 14
                                    

Suasana mobil Abe hening. Tidak ada yang berbicara. Hanya media player yang memutar lagu pop terkini.

"Tumbenan ikut tutor?" tanya Abe pada Gena.

"Huh?"

"Gue beberapa kali nganterin Dhika buat ke tempat tutor tapi ga pernah ngeliat lo. Baru kali ini," jelas Abe.

"Oh, gue lebih suka belajar tapi di tutorin private gitu. Kalo rame-rame, gue kebanyakan bengongnya nanti."

Tatapan Gena menatap keluar jalanan. Sudah hampir tengah malam dan mobil ini membelah jalanan ibu kota. Sunyi namun Gena menyukainya. Tidak terasa sesak dan penuh seperti di siang hari atau di jam-jam sibuk.

"Oh ya? Emang ada tutor private buat anak kuliahan?" tanya Abe penasaran.

Baru kali ini ia melihat anak kuliah yang di tutor private. Rasanya seperti guru privat saat jaman bersekolah dulu.

"Ada. Biasanya sama Radit," jawab Gena.

Abe terdiam saat nama Radit terdengar. Ia memang sudah lama melirik gadis yang tengah duduk di kursi sampingnya ini. Dan Abe tak asing pula dengan pembicaraan Gena yang tampak tertarik dengan Radit.

Mereka sering terlihat bersama di waktu senggang. Walaupun Radit tampak cuek bahkan dingin terhadap Gena tapi cukup membuat Abe merasa tersaingi.

Jelas saja. Gena menolak bunga yang pernah ia berikan. Ia juga menolak ajakan Abe menonton bersama terkadang.

Apa boleh buat? Tampaknya Gena sama sekali tidak tertarik dengan Abe dan pria itu cukup dewasa menanggapinya. Ia tidak akan memaksa walaupun banyak orang yang mendukungnya untuk terus mempepet si dewi fakultasnya.

"Radit buka tutor private buat anak kampus ya?" tanya Abe penasaran.

Kepintaran Radit memang sudah tercium. Bahkan sampai ke jurusan sebelah. Anak yang selalu memasang wajah datar dan pekerjaannya hanya tidur di atap gedung fakultas itu bahkan dikenal baik oleh dosen karena prestasinya.

Bukan hal yang aneh bagi Abe untuk menemukan Radit mampu mengajari teman sepantarannya mengenai materi perkuliahan.

"Nggak. Gue cuma minta tolong aja sih, Be. Terus dia mau walaupun yah, ogah-ogahan," jawab Gena.

Tawa kecil Abe terdengar. Ogah-ogahan. Dari tampilan luar saja, Abe bisa menebak jika Radit adalah pria yang tidak suka diusik. Pastilah ia merasa terbebani ketika Gena meminta tolong.

"Mau gue kasih tau sesuatu ga?" tanya Abe pada Gena.

Gena yang sedari tadi menatap jalanan lewat kaca kini berpaling menatap Abe yang fokus menyetir. "Gue bisa buat Radit sadar sama perasaan lo, lho," pamer Abe.

Blush.

Wajah Gena memerah seketika. Dari mana Abe tau tentang perasaannya? Bagaimana bisa? Apa semua orang tau? Bukankah yang mengetahuinya hanya Zahra dan Fanny? Itu pun tampaknya mereka tidak memandang serius ketertarikan Gena akan Radit.

Lalu pria ini, yang menyukai Gena bahkan sampai melakukan pergerakan kerasnya dan kini mengatakan jika ia sadar akan perasaan Gena terhadap Radit.

"A-apasih! Gue ga ada apa-apa sama Radit," tukas Gena pada Abe.

Ia mencoba menyembunyikan kekikukkannya. Kenapa rasanya malu saat ketahuan basah seperti ini? Apalagi yang menyadarinya itu pria asing yang tidak begitu dekat dengannya.

"Ayolah, Gen! Gue kan Abe. Gue khatam banget kayak ginian," ujar Abe.

Tangan Abe terulur mengusap puncak kepala Gena gemas. "Eh! Rambut gue! Argh! Bete!" pekik Gena kesal.

Bittersweet by Radit [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang