Part 16

6K 758 26
                                    

"Gue liat-liat lo makin gencer juga sama Gena." Jojo meninju pelan lengan Radit.

Mereka tengah bermain di kontrakan milik Jojo. Ocehan sahabatnya itu tidak terlalu digubris oleh Radit. Jemarinya lihai menekan joystick yang ada dan tatapannya fokus menatap layar televisi di depannya.

"Gausah sok-sok backstreet di belakang kita lah, Dit. Tiap Jojo mohon-mohon buat tutor anak-anak, lo gamau. Giliran Gena, lo mau aja." Judith menimpali perkataan Jojo.

Helaan nafas Radit terdengar. Namun helaan itu sangat kecil. Sampai-sampai Jojo dan Judith tidak menyadarinya.

"Dia menarik. Gatau kenapa, dari awal gue suka aja liatnya." Akhirnya Radit membuka suaranya.

Pletak!

"Aw!" pekik Radit ketika sendal rumah milik Jojo melayang ke atas kepalanya. Memukul kepala pintar milik Radit.

"Buat apa lo mukul gue?! Otak gue ini aset! Dasar temen sialan!" erang Radit tak terima.

Jojo yang tadi melemparkan sendal rumahnya menatap Radit dengan wajah tak bersalah. Ia menggerakkan kedua bahunya tanda tak perduli.

"Habis lo bego banget jadi cowok." Seakan tau maksud Jojo, Judith membuka suara yang mewakili isi kepala Jojo.

"Gue aja tau, dia suka sama lo, Dit. Tapi otak pinter lo itu ga ngeh juga."

Selagi Judith sibuk mengomentari kebodohan Radit tentang bagaimana keadaan antara dirinya dengan Gena, Jojo melirik sahabatnya itu.

"Jadi apa alasan tolol lo buat ngelakuin ini semua? Tuan pintar, Raditya?"

Akhirnya Jojo membuka suaranya setelah Judith selesai dengan ocehannya pada Radit. Berbeda dengan Judith yang memilih mengomentari Radit, Jojo lebih ingin mengetahui alasan mengapa Radit seakan menyangkal perasaannya.

Raditya si anak pintar. Jojo yakin, Radit bukan tipe pria yang ternyata menyukai sesama jenis atau kesulitan dalam mencari gadisnya. Radit tidak jelek. Ia tampan hanya saja wajahnya selalu datar dan dingin. Terkesan tidak tersentuh sama sekali.

"Padahal lo ganteng, lho," tambah Jojo menyadarkan Radit yang tak kunjung menjawab pertanyaannya.

Mendengar itu, Radit memasang wajah jijik kepada sahabatnya. Seumur hidupnya, baru kali ini ia mendengar pernyataan sesama pria yang mengatakan tampan.

"Jijik," gumam Radit.

"Ga gitu, bego, Dit! Maksud gue, secara tampilan lo ga jelek. Lo ganteng jir! Lo pinter. Terus aura lo itu, kata anak-anak sih dingin-dingin yang yahh ga tau deh." Jojo memperbaiki perkataannya. Takut jika Radit salah paham dengannya.

Tiba-tiba Judith berteriak senang ketika layar televisi mereka menampilkan kata Victory yang besar. Tanda ia memenangkan permainan.

Permainan mereka selesai dan Radit merasa mungkin ia harus memberikan penjelasan pada kedua temannya ini. "Ada alasan kenapa gue ga mau deketin Gena."

Baik Jojo maupun Judith langsung menoleh bersamaan. Menatap Radit dengan rasa penasaran yang sangat tinggi. "Tapi lo suka?" selidik Judith.

"Hmm, sejauh ini gue tertarik sama dia."

Senyum Jojo merekah. Ia yakin, Radit bukan orang bodoh tanpa alasan ketika bertindak. Maka dari itu, Jojo tidak pernah marah saat Radit menolak permohonannya mengajari teman-teman mereka di saat pria itu dengan mudahnya mengajari Gena.

"Kalian tau kondisi gue. Gimana kerja gue buat bantu nyokap. Gue belum bisa buat komitmen pacaran itu. Akhirnya pasti gue harus milih, ga ngasih perhatian ke Gena dan akhirnya dia sakit sendiri atau gue ga bisa bantu nyokap gue, gue kehilangan kerjaan gue. Kalian tau kan kerjaan gue numpuk banget?"

Bittersweet by Radit [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang