Part 15

6.1K 778 5
                                    

Kita udah dewasa, Gena. Mungkin yang bokap lo lakuin itu salah tapi ga gitu cara ungkapin kekesalan lo atau ngasih tau bokap lo.


Lo bisa nentuin apapun yang lo mau. Keputusan ada di tangan lo harus gimana nanggepinnya. Tapi cara penyampaian lo salah.


Walaupun salah, dia tetep bokap lo. Yang selama ini support lo. Baik secara finansial ataupun lainnya.


Perkataan Radit berputar di kepala Gena. Ia kembali mengubah posisi tidurnya. Jika Radit ingin membuat kata-kata itu menancap di kepala Gena, berarti ia berhasil.

Karena tidur Gena tidak tenang karenanya.

Gena melirik Reilla yang tengah terlelap di kasur bawah. Karena Radit menariknya malam-malam untuk mengunjungi atap geudng apartemen tempat ia tinggal, Gena jadi harus menginap di tempat tinggal Radit.

Ia menggunakan kasur Reynna dan Reynna dipindahkan ke kamar orang tua Radit. Dengan langkah perlahan, Gena mencoba keluar dari kamar tanpa membangunkan Reilla.

Jam masih menunjukkan pukul 2 malam. Ia tak bisa tidur sama sekali. Gena butuh minum untuk mendinginkan kepalanya. Bukannya langsung balik, Gena malah duduk di bangku pantry. Untuk sesaat ia tidak ingin tidur.

Fikiran Gena kosong. Ia tak bisa tidur namun fikirannya kosong. Dipaksa berfikirpun tidak ada satupun yang muncul. Rasanya sangat berantakan di dalam sana.

"Gena?" Di tengah lamunannya, suara Ibu Radit membuyarkan lamunan Gena.

"A-ah. Iya, tante?"

"Kenapa malam-malam di luar? Ga bisa tidur?" tanya Ibu Radit. Sesaat Gena terdiam, memikirkan jawaban terbaik untuk Ibu Radit. "Iya, tante."

Akhirnya hanya kata itu yang terucap dari bibir Gena.

Wanita berumur 48 tahun itu tersenyum samar. Ia berjalan menuju dapur dan mulai membuat sesuatu yang Gena bahkan tak tau. Lagipula Gena tidak ingin mengetahuinya.

Ia hanya ingin menenangkan dirinya dan untuk sementara tidak memikirkan hal lain. Namun beberapa saat setelahnya, Gena kembali menatap Ibu Radit dengan wajah bingung.

"Ini susu hangat. Biasanya bisa bantu biar gampang tidur," ujar Ibu Radit.

"Maaf jadi ngerepotin tante," balas Gena.

Ibu Radit menarik bangku kosong di samping Gena. "Apa ada masalah? Mungkin kamu mau cerita sama tante?" tanya Ibu Radit dengan perlahan.

Sebenarnya Radit menceritakan garis besarnya ketika ia izin membawa Gena untuk tidur semalam di kediaman mereka. 

Perselingkuhan yang akhirnya membawa perpisahan.

"Cuma masalah keluarga aja, tan," jawab Gena. Ia tak mau menceritakan secara penuh bagaimana kejadian sebenarnya.

Tidak mungkin ia mengatakan jika ayah dan ibunya bertengkar dan mereka akan berpisah. Lalu sangat berdampak pada Gena sekarang.

"Tante punya cerita. Mungkin kalau kamu mau dengar, ini bisa buat tenang."

Sesaat Gena terdiam. Jika berdiam diri tidak bisa tenang, mungkin mendengarkan cerita orang lain bisa membuat Gena sedikit lebih tenang sekarang. "Tentang apa, tante?" tanya Gena tertarik.

"Ini masalah paling besar dalam hidup tante. Setelah kehilangan ayahnya Radit, suami tante."

Ibu Radit mulai bercerita. Tentang masa kecilnya dahulu. Cerita yang merubah hidupnya seutuhnya, membawanya ke lembah kehancuran dan membuatnya bertemu dengan ayah Radit.

Bittersweet by Radit [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang