Part 19

6.1K 750 6
                                    

Gena membuka matanya yang terasa berat. Jika tidak karena sinar yang menyilaukan, ia mungkin akan tetap melanjutkan tidurnya.

"Argh!" erang Gena saat merasa kepalanya sangat berat dan pusing di waktu bersamaan.

Matanya menyipit melihat ruangan yang baru. Ranjang tingkat?

Gue di mana? Fikir Gena bingung.

Kedua tangan Gena memegang kepalanya seakan takut kepala itu akan jatuh dari tempatnya. Atau ia merasa kepalanya terlalu berat dan tidak terangkat oleh otot di lehernya. 

Ia mencoba berdiri dari kasur yang ditiduri. Mulutnya menganga melihat siapa yang tertidur di kasur atasnya. Radit. Radit tertidur lelap di atas. 

Apa ini di rumah Radit? tanya Gena bingung. 

Semalam Gena mengingatnya. Ia mendapat kupon minuman dari Fanny dan berakhir di bar. Lalu minum sendirian. Minum, minum, dan minum. 


Ayolah satu gelas lagi. 


Mata Gena memejam mengingat ia memohon kepada bartender untuk memberikan satu gelas terakhirnya. Setelah kejadian itu, Gena tidak mengingat apapun dengan jelas. Hanya itu. Lalu ada Radit sekarang di kasur atas. 


Tch, kalo punya masalah jangan gini dong Gen. Nyusahin aja. 


Kata-kata Radit saat membopong Gena ke dalam kamar terdengar. Wajah Gena berubah menjadi masam. Saat menerima kupon itu ia lupa jika Exodus merupakan bar tempat Radit bekerja. 

Wajar jika pagi ini ia melihat Radit. Mungkin Radit menolongnya karena terlalu mabuk. Gena mencari ponselnya. Ia melihat tasnya tergeletak di atas meja kecil, berdampingan dengan tas ransel Radit. 

Pukul 12 siang. Mata Gena membulat. Jam 12?! Pekik Gena terkejut sendiri. Tidak ada pesan dari ibu ataupun ayahnya. Griselda, sang kakak juga tidak mencari. 

Padahal biasanya akhir minggu ia harus kembali pulang ke rumah. Tapi sudah tiga minggu lebih ia tidak pulang ke rumah. Tidak ada juga yang mencarinya. 

Mungkin ini perbedaan mendasar jika ayah dan ibunya berpisah. Gena menghela nafasnya pelan. Ada dua buah botol air mineral di atas meja. Ia mengambil air itu dan meminumnya. 

Tangan Gena meraih gordyn kamar yang ditempati. Keningnya berkerut. Tampilannya beda. Seperti bukan daerah sekitaran gedung apartemen kediaman Radit. 

Ini di mana? tanya Gena bingung. 

Ia buru-buru membuka pintu kamar. Yang di dapatinya adalah sebuah lorong dengan beberapa pintu. Juga sebuah pintu kayu besar di ujung lorong. 

Takut sesuatu terjadi, Gena kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Ia terduduk di sisi kasur. Membuat kasur itu mengeluarkan sedikit suara berdecit. 

Alasan Gena pergi minum hanya sekedar melampiaskan penat. Tapi tidak tau jika akhirnya akan kebablasan seperti ini. Sampai mabuk dan menyusahkan Radit. 

Ponsel Radit berdering. Membuat Gena tersadar akan lamunannya dan juga Radit yang terbangun dari tidurnya. "Nggh?" Radit menyipitkan matanya, menatap layar ponselnya. Ibunya menelfon. 

"Halo, mama?" suara Radit terdengar. 

"Kamu di mana nak?" Gena bisa mendengar percakapan Radit dengan ibunya. Sepertinya ibunya khawatir karena Radit tidak pulang semalaman. 

Bittersweet by Radit [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang