Tidak terasa sudah satu bulan saja Miss Zoya mengajar di sekolahku. Dalam satu bulan itu tentu banyak yang terjadi. Seperti, banyaknya murid di sekolah terutama di kelasku yang membenci Miss Zoya. Kenapa? Karena wajah dan perilaku Miss Zoya yang terlihat dingin dan jutek. Bahkan Miss Zoya sampai mendapat sebutan nenek lampir dari para murid. Terkesan ngawur memang, guru cantik-cantik begini dibilang nenek lampir.
"Gila sih... Lo udah gila deh Aster bisa-bisa nya lo suka sama tuh nenek lampir." Itu Rara, dia lah sang pencetus julukan nenek lampir untuk Miss Zoya. Minta di seleding memang ini anak.
"Gila gimana sih Rara... Ini tuh cinta bukan gila! Lagian udah satu bulan gue suka sama Miss Zoya dan lo terus aja bilang gue gila," ucapku yang mulai jengah.
"Udah satu bulan juga katanya lo bakal dapetin hati tuh nenek lampir tapi sampai sekarang lo masih aja di kacangin udah kayak martabak manis!" balas Rara diikuti senyum meledeknya.
"Uhuk... Uhuk!" Aku sampai tersedak karena mendengar ucapan Rara yang sangat menohok. "Sialan lu!"
"Gue bukanya di kacangin, gue cuman masih nyiapin rencana yang ciamik!" jawabku berdusta.
Tentu Aku tidak diam saja selama sebulan ini, justru Aku sudah mencoba segala cara agar bisa dekat dengan Miss Zoya namun semua usaha itu berakhir seperti apa yang di katakan Rara barusan. Kacang!
"Yaudah deh iya terserah! Pokoknya kalau nanti lo jadi sakit hati gara-gara tuh nenek lampir jangan bilang gue gak pernah ingetin lo ya!" ucap Rara seraya mengemasi barang-barangnya dan bersiap menuju kantin.
"Aster, gak usah di dengerin omongan nih anak sableng! pokoknya lo jangan nyerah di tengah jalan, gue pengen liat temen gue yang satu ini gak jomblo lagi!" ucap Wulan menyemangati. Memang, teman seperti Wulan lah yang dibutuhkan di saat-saat seperti ini. Hiks!
"Udahan ngobrolin tuh nenek lampir mending kita ke kantin aja deh gue laper!" sahut Rara yang langsung menggeret Wulan keluar.
"Eh, woi terus ini siapa yang ngumpulin tugas-tugasnya?!" tanyaku setengah berteriak.
"Nah kalau itu, mbak Aster yang baik hati aja yang ngumpulin, nanti kita tunggu di kantin," ucapnya seraya mengedipkan satu matanya lalu berlari pergi tanpa mendengar jawaban dariku terlebih dahulu. Dasar teman kampret! Ingin rasanya Aku menculiknya dan Ku lempar ke sungai Amazon, huh!
🍑🍑🍑
Aku melenggangkan kaki di sepanjang koridor sekolah dengan tumpukan buku di tanganku tentunya. Dan Aku sudah hampir sampai di ruang guru. Saat memasuki pintu ruang guru, Ku lihat di sana hanya ada dua guru laki-laki yakni Pak Andrew dan Pak Sugeng. Beruntungnya Aku ternyata guru yang cukup akrab denganku, Pak Andrew ada di sini. Jadi Aku bisa bertanya dimana meja milik guru yang baru saja mengajarku tadi.
"Permisi..." ucapku sopan. Kedua pria yang tengah saling mengobrol itu terlihat menoleh ke arahku.
"Lho Aster? Kenapa, ada yang bisa dibanting?" tanya Pak Andrew, Aku tertawa geli melihat joke bapak-bapaknya.
"Ini Pak, meja nya Bu Nisa dimana ya?"
Pak Andrew nampak mengangguk paham. "Tuh disana, dua meja dari sini."
Aku manggut-manggut lalu aku sedikit membungkukkan badanku pada Pak Andrew kemudian pergi menuju meja yang tadi di beritahu. Namun saat Aku baru saja meletakkan tumpukan buku di meja, tak sengaja Aku mendengar percakapan Pak Andrew dan Pak Sugeng yang menarik perhatian Ku.
"Oh iya Pak, katanya Bu Zoya itu udah nikah ya?" tanya Pak Sugeng. Aku semakin mendekatkan telingaku agar dapat mendengar lebih jelas.
Aku bisa mengerti kenapa Pak Sugeng menanyakan mengenai Miss Zoya pada Pak Andrew. Itu karena Pak Andrew adalah teman Miss Zoya sejak duduk di bangku SMA. Jadi bisa dibilang mereka itu sudah seperti sahabat karib. Bahkan Pak Andrew lah yang merekomendasikan Miss Zoya pada kepala sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dearest Teacher
RandomLesbian story. [Homophobic please stay away] Suatu hari sekolah Aster kedatangan guru baru yang mendapat julukan nenek lampir. Saat itu juga Aster langsung jatuh cinta pada guru itu. Namun semua usahanya untuk mendekati sang ibu guru selalu gagal! H...