10. Zoya dan Bulannya

1.1K 134 24
                                    

Tubuh Zoya terasa lemas. Kepalanya pusing karena kekurangan darah. Pinggangnya terasa sakit. Perutnya pun masih terasa di remas karena ini baru hari kedua dirinya haid.

Dengan keadaan seperti ini rebahan di kasur memang lebih nyaman daripada mengoreksi puluhan lembar jawaban. Tapi Zoya bukan wanita manja yang kalau sakit seperti ini saja tidak masuk kerja.

Zoya menyenderkan punggungnya pada kursi. Dia memposisikan dirinya senyaman mungkin, memijit pelipisnya berharap rasa pusingnya sedikit berkurang.

Andrew yang duduk di sebelahnya merasa tidak tega melihat kondisi sahabatnya yang terlihat pucat. Ia sudah menawari Zoya untuk beristirahat di UKS saja, tapi Zoya menolak. Dia bilang kalau dia baik-baik saja dan masih kuat mengajar satu kelas lagi.

"Kamu gapapa, Zoy? Aku anterin ke UKS aja, ya?" lirih Andrew.

"Aku gapapa." Zoya melirik sekilas jam di tangannya. "Aku harus ngajar sekarang," sambungnya.

Andrew berniat membuka mulut untuk kembali mencegah Zoya, tapi senyuman tulus Zoya membuatnya tidak jadi melakukan itu.

Andrew menghela nafas panjang. "Jaga diri kamu, kalau tambah sakit sms aku, ngerti?"

"Iya." Zoya tersenyum sekilas sebelum meninggalkan ruangan.

🍑🍑🍑

Zoya melangkah lemas memasuki kelas 12 IPA 7. Iya itu adalah kelas dimana Aster berada. Zoya hanya bisa berharap semoga saja anak satu itu tidak melakukan apapun yang membuat kepalanya semakin pening.

"Selamat siang anak-anak, hari ini saya akan menuliskan materi yang harus kalian catat di papan tulis. Ketua kelas bisa tolong hapus papanya."

"Baik Bu," jawab sang ketua kelas. Kemudian Zoya mulai menulis materi di papan tulis.

Seketika para siswi melotot melihat rok Zoya yang terdapat bercak darah. Sedangkan para siswa mengira gurunya itu mengompol di celana.

"As, kayaknya tuh nenek lampir gak pakai No Drop deh," bisik Rara dengan menyenggol lengan Aster yang tengah mengobrol dengan Wulan.

Aster mendongak dengan dahi berkerut. Mengetahui Aster yang belum mudeng, Rara menunjuk Zoya yang sedang menulis di depan.

"Noh liat, roknya nenek lampir basah."

Bola mata Aster membesar melihat rok Zoya basah dan berwarna kemerah-merahan. Dia mengumpati seluruh penghuni kelas karena tidak ada yang memberitahu Zoya.

Dengan sigap, Aster menyambar jaket yang ia simpan di kolong meja lalu menghampiri Zoya. Aster melingkarkan jaket itu di pinggang Zoya guna menutupi rok bagian belakang Zoya yang terdapat bercak darah.

Tubuh Zoya menegang saat merasakan sebuah tangan memeluknya dari belakang. Sebenarnya bukan memeluk, tapi posisi Aster yang berada di belakangnya dengan tangan terulur mengikat lengan jaket di perutnya membuatnya seolah-olah sedang memeluk Zoya dari belakang. Apa yang Aster lakukan itu membuat semua yang ada di kelas heboh termasuk Rara dan Wulan.

Zoya menatap Aster dengan dahi berkerut. Ia masih belum mengerti kenapa Aster mengikat jaket di pinggangnya.

Seolah paham akan maksud dari tatapan Zoya. Aster menarik dua sudut bibirnya membentuk seuntai senyum.

"Ada noda darah di rok Miss," ucap Aster lembut. Ia segera kembali ke bangkunya setelah dirasa cukup, sedangkan Zoya mulai dapat mencerna keadaan.

Dearest TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang