Bab 7. The River

939 139 9
                                    

You can kill the lights, you can draw the blinds
My heart's shackled down, bound to your bed
Can you stay a while, keep me by your side?
Feel my scattered heart, fix me, I said

Axel Johansson-The River

###

Ruang makan itu persis seperti ruangan mayat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruang makan itu persis seperti ruangan mayat. Dingin, sepi, menyisakan hawa-hawa menakutkan. Manna yang belum siap mendengar penjelasan Okka dan Okka yang kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk membahas wanita lain dengan istrinya.

Namun, makin ke sini, Manna kian tidak nyaman. Hingga pizza bagiannya hampir habis, Okka masih bungkam. Siapa yang mengajak makan malam jika pada akhirnya delivery? Entah siapa yang bersalah karena lupa membeli bahan masakan, dilanjutkan dengan perasaan tak nyaman. Manna tidak berani mendahului pembicaraan. Jadilah pizza menjadi saksi bisu kegelisahan suami istri itu di ruang tamu.

Tuk!

Manna meletakkan gelasnya di atas meja hingga menimbulkan suara yang memecah keheningan, juga kekagetan Okka—terlihat dari matanya. Manna menarik napas pelan. Ia tidak bisa terus pasif dan membiarkan hatinya berprasangka buruk. Hal ini akan memperumit hubungan mereka.

"Say—"

"Saya dan Mulan membahas bisnis. Kamu tahu, saya punya bisnis hidroponik kecil-kecilan. Mulan ingin berbisnis, jadi ...."

"Dia tanya kamu?" tanya Manna secara spontan, tanpa sadar bernada sinisnya. "Ah, maksud saya ...."

"Sebenarnya ...."

Okka kesulitan menemukan kata-kata yang tepat, sementara Manna semakin tidak keruan. Wanita itu ingin sekali bertanya banyak, seperti apa Mulan tidak punya teman lain untuk diajak mengobrol masalah bisnis? Lagipula bisnis Okka masih kecil, mengapa dia tidak mencari sosok lain yang lebih berpengalaman? Dan, bukankah bidang bisnis mereka berbeda, pastinya?

"Manna, sebenarnya ...."

"Okka, saya agak lelah hari ini. Saya istirahat lebih dulu."

Manna begitu impulsif. Penjelasan Okka tampaknya tidak berbuah hasil, hanya membuatnya semakin berpikiran buruk. Ia beranjak dari sofa, membawa gelas kosongnya ke dapur. Tidak disangka, Okka mengikuti langkahnya.

Lelaki itu membuang kotak pizza ke tong sampah. Sementara itu, Manna menuangkan air dingin dari kulkas ke gelasnya, menandaskannya sekali lagi. Diliriknya Okka yang tampak ragu-ragu mendekatinya.

"Saya tidak sengaja ketemu dia."

Akhirnya, Okka kembali berbicara. Manna menaikkan alisnya.

Slow MotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang