20. Relief

152 27 8
                                    

Hope you know that for you I'd go to war
And that I'd be the first to make sure that you don't hit the floor
Do whatever just to make sure that you know that it's more than a dream
More than a dream

Jade Omari - Relief

"Mbak, aku jadi kamu gak bakal mau pulang, sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mbak, aku jadi kamu gak bakal mau pulang, sih."

Alih-alih mendapat respon dari Manna, Shea malah mendapat cibiran dari Radian. Keduanya saling memicingkan mata, seperti ada laser di mata keduanya. 

"Gue disuruh jemput Mbak Manna, sih. Bukan lu. Ngapain lu jadi sewot."

"Emang ke mana, sih, Mas Okka?"

"Kayaknya Mas Okka sibuk banget. Tadi aja langsung nelponin gue buat jemput Mbak Manna. Kebetulan juga gue lagi kosong, jadi gas aja. Lu jangan ngajarin Mbak Manna yang aneh-aneh, deh. Gak semua cewek harus semanja dan se-childish lu."

Shea mengepalkan tangan dan dalam detik selanjutnya berhasil membuat Radian berteriak karena rambutnya dijambak.

"Mbak! Mbak! Tolong aku!"

Alih-alih menolong, Manna yang pusing dengan kelakuan mereka langsung melangkah masuk ke dalam mobil. Mendadak ia merasa kesal. Pembelaan Radian terhadap Okka tidak berhasil kali ini karena Okka bahkan tidak berniat untuk meneleponnya terlebih dahulu. Jika tahu begini, tentu ia tidak mau merepotkan adik iparnya. 

Baru saja hendak memejamkan mata, suara pesan masuk membuatnya dengan cepat meraih ponsel. Pesan dari Okka.

Okka

Saya sudah di rumah

Hah? Sibuk apanya?

***

Manna benar-benar pusing mendengar perdebatan Shea dan Radian selama di dalam mobil. Keduanya selalu punya topik untuk diributkan. Untungnya ia sudah sampai di rumah dan membiarkan Radian mengantar Shea. Ia yakin, tanpa kehadirannya, kedua manusia itu akan bertengkar tanpa henti.

Ia menghela napas panjang sebelum membuka pintu. Sepanjang jalan pulang tadi, ia sudah memikirkan reaksi apa yang harus ia tunjukkan pada Okka. Namun, matanya malah melebar begitu melihat Okka yang sedang duduk di ruang tamu. Seharusnya tidak ada yang salah dengan itu, tetapi luka lebar di siku lelaki itu memunculkan kekhawatiran yang besar.

"Loh? Okka? Kamu kenapa?"

Dengan cepat ia melempar tas ke sembarang tempat dan langsung berjongkok di sebelah Okka. Wanita itu memeriksa luka yang sepertinya hendak dibersihkan Okka. Ia mengambil alih pekerjaan tersebut, membiarkan Okka mendesis pelan.

Slow MotionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang