nine

258 56 17
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"...baiklah, saya akan memberikan dua pilihan dengan jalan keluar yang sama. Yaitu, Choi Jisu menerima dropout dari sekolah dengan catatan atau pindah tanpa tinta merah.."

Lia tidak ingin pindah, dirinya tidak salah. Tapi kenapa semua orang menatapnya sebagai penjahat yang harus menerima hukuman berat.

Apa yang harus ia lakukan agar mereka semua tau--mustahil..

Ini semua pernah terjadi saat dirinya harus mendapatkan skors sialan yang membuatnya lebih sering bolak balik menemui Mas Lino.

Suara Ayahnya keluar melalui benda persegi panjang, beliau tidak bisa hadir dikarnakan sedang berada dinegara tetangga.

"Lia, kamu maunya gimana?"

Dengan mimik wajah yang datar dan tatapan yang lurus mengenai kepsek dan wali kelasnya, ia sudah menyiapkan kalimat ini dari kemarin. "Saya tidak merasa bersalah dan saya tidak punya alasan untuk pindah. Jadi, sekolah ini akan mengeluarkan saya dengan catatan dari bk?"

Bu Suzy selaku wali kelas Lia angkat bicara, "Choi Jisu, Ibu sarankan kamu pindah agar tidak menemui masalah disekolah yang baru.."

"Berarti secara tidak langsung sekolah ini memaksa saya untuk pindah demi menjaga citra, baiklah saya siap untuk di dropout."

Tidak ada rasa sedih atau kecewa, Lia hanya berpikir kalau tindakannya tadi sudah tepat. Persetan dengan aturan, toh tata tertib disekolah hanya dipakai untuk siswa yang lemah.

Ayahnya pun sudah menjadwalkan keberangkatannya menuju Sydney, tepatnya minggu depan ia sudah tidak lagi menoleh kebelakang. Lia benar-benar pergi tanpa ada niat untuk kembali.

Kegiatan rebahannya mulai terganggu, ada seseorang yang baru saja mengetuk pintu rumahnya dengan bar-bar. Dahal ada tombol bel yang masih berfungsi.

Lia mengintip dari jendela kamarnya. Jaemin dan Ryujin.

"Liaaa, buka pintu rumah lo. Matahari masih timbul udah kuncian aja ini rumah.." pekik Ryujin sambil mengadahkan kepalanya.

Si tuan rumah langsung terjun menuruni tangga dan membuka pintunya lebar-lebar.

"Lo udah gila, ngapain segala minta di DO?!!!"

Lia menutup kedua telinganya, suara Ryujin sangat bising sampai hampir merobek gendang yang ada didalamnya.

Lain dengan Jaemin yang hanya memberikan tatapan nanar. Apapun keputusan Lia, pasti gadis itu telah berpikir dengan matang dan rasional.

Sudah pasti begitu. Toh apapun pilihannya sudah jelas kalau Lia harus angkat kaki dari sekolah.

Jaemin berdiri dan beralih mencari keberadaan Bella.

"Gue bakal home schooling."

"Helll, gue kira lo bak--"

"Ya, gue home schooling di Aussie. Sekalian pindah rumah. Dari awal juga rencanannya gue bakal lanjut disana."

"SUMPAAH LOO??!!!" pekik Ryujin lagi.

"Shin Ryujin, pleaseee.." peringat Lia membekap mulut gadis itu.

"Whatttt, wat ar yu talking abot huh. Lo mau minggat gitu aja tanpa mikir keadaan Yuna. Yu ar so selfis," cibir Ryujin sambil berkacak pinggang.

"Temen gue bakal jagain Yuna, namanya Jaehyuk. Gue titip kalian ke dia.."

Apalagi ini, Ryujin tidak paham dengan isi kepala manusia didepannya. Terlihat acuh namun diam-diam memikirkan keadaan temannya. Sebelum ini Ryujin mengira kalau keinginan Lia untuk didrop out hanyalah alasan agar gadis itu bisa lari dari tanggung jawa, mengingat pukulan telak kemarin membuat Karina harus dilarikan kerumah sakit lagi.

Tapi tidak. Lia cukup bertanggung jawab, membuat Ryujin paham kalau Lia juga butuh ketenangan atas hidupnya sendiri.

"Nanti gue kenalin, dia ga se canggung gue kok.."

"Lo gapapa kan?" Ekspresi dan otak Ryujin langsung beralih menjadi mengkhawatirkan Lia.

"Gaada alasan buat bilang i'm not fine. Gue gini-gini aja. Seburuk apapun situasinya, gue terlalu hambar buat ngerasa seneng atau takut. Itu rahasia terbesar gue."

Jelas Ryujin menatap Lia dengan tatapan bingung. Apa telinganya baru saja mendengar Lia yang banyak mengeluarkan kata-kata?

"Hmmm..kita jenguk Yuna dulu aja, nanti gue ceritain disana sekalian."

Ryujin mengangguk, menyetujui usulan Lia.

Kini hal yang menurutnya tidak penting untuk diceritakan pada orang lain, akhirnya ada otak lain yang mengetahuinya.

Lia dan alasan kenapa senyumnya tidak bisa terurai dengan bebas. Selain Jaehyuk, ternyata juga mulai Lia bisa mempercayai orang lain. Ia sadar kalau dirinya mengalami perubahan yang cukup banyak sekarang.

"Serius lo ga bakalan balik kesini?" Tanya Jaemin sambil mengelus bulu Bella. Tadi dia bersih keras untuk mengantarkan Lia pulang setelah kegiatan menjenguk.

"Gue belum punya alasannya, lagian gue induv--"

"Jadi gue dimata lo sebagai apa?"

"Sebagai Jaemin."

Lantai teras rumah saat ini mulai menyerap udara malam. Dinginnya mampu menembus kain yang menyelimuti jari kaki Lia. Kali ini ia membalas tatapan Jaemin yang fokus menghadap kearahnya.

"Bisa lo janjiin sesuatu ke gue?" Tanya Jaemin dengan mimik wajah serius.

"Gue gapernah ngelakuin hal itu. Kecuali lo minta gue buat berfikir realistis, gue cuma bisa megang dan percaya sama sesuatu yang nyata."

"Oke gue balik. Lo bisa ga buat selalu inget janji gue?"

Lia berdehem, menandakan kalau ia menunggu kalimat lanjutan dari lawan bicaranya.

"Tungguin gue, seberapa lamapun nanti gue dateng. Tunggu gue. Jangan pernah coba cari orang lain buat gantiin posisi gue."

"Posisi lo?" 

"Bakal gue jawab kalo kita udah ketemu lagi. Jadi tungguin gue.." ucap Jaemin sambil memberikan senyuman hangatnya.

Positions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang