seven

289 57 12
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kata Jaemin tadi bentar doang, apaan udah sejam lebih dia minggat.."

"Lah lagian disuruh-suruh mau aja, ada utang budi apaan lo ama Jaemin?"

Jihoon mengadahkan kepalanya, "kaga sih, gue cuma lagi bolos aja. Gegara takut ketahuan makanya kepepet gantiin dia."

"Untung aja pucuk kepala lo ga beda jauh ama dia. Ketahuan bu Solar jadi perkedel lo.."

Gimana ya, Jaemin juga bingung. Bener sih niatnya tadi tulus mau ngebantuin Lia, tapi sekarang kok malah keliatan jadi pembantu.

Beliin jajan di kantin, bawain tas sekolah, sampe ke nganterin pulang dengan aman dan sentosa.

Ini Lia lagi nguji iman Jaemin biar cepet nyerah apa gimana?

"Tas gue."

Jaemin memberikan tas Lia yang tadi ditaruhnya didepan, "nih, gue ga ditawarin--"

"Gabisa, gue mau keluar habis ini."

"Ke??"

"Urusan lo juga?"

Jaemin mengangguk penuh, "iya dong."

"Nemenin Jaehyuk jalan."

Entah sejak kapan nama itu menjadi salah satu kata yang sangat mengusik hati dan pikirannya. Jaemin memang tidak memiliki masalah apapun pada orang itu, tapi siapa sangka kalau selama ini Jaemin bukan satu-satunya cowo yang dekat--ralat, Jaemin baru dekat sedangkan Jaehyuk sudah lama bertengger dihidup Lia.

"Jam berapa?"

Lia menunjukkan jarinya, "tiga."

"Dia yang jemput lo?" Tanya Jaemin lagi.

"Se ribet ini kalo gue nerima tawaran lo yang katanya tulus?"

"Emm, yaudah gue balik dulu," pamit Jaemin menurunkan haca helm. Ia sadar kalau sikapnya tadi berlebihan.

"Makasih."

Sontak Jaemin langsung membuka kaca helmnya, "eh gimana????"

Orang itu acuh dan berbalik untuk masuk kedalam rumah.

"Sama-sama.." jawab Jaemin dalam hati.

Positions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang