ten

224 50 3
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata orang itu benar-benar hilang setelah kalimat terakhir mereka kemarin lusa. Hanya ada Ryujin, Jaehyuk dan Mas Lino yang tadi mengantarkannya ke bandara.

Apa sekarang Lia sudah mulai berharap?

Ntahlah, bahkan dirinya sendiri juga tidak tahu bagaimana wujud mengharapkan sesuatu pada manusia lain.

Tidak ada tempat yang lebih nyaman selain duduk didalam pesawat yang bercita rasa bisnis, tenang tanpa gangg—tidak.

Apakah Lia lagi-lagi mulai nyaman dengan suara gaduh dan keramaian, ia merasa kosong dan hampa.

Lia beralih mengambil ipods dan memasangnya dikedua telinga, mendengar satu lagu, benar-benar hanya satu karna selebihnya lebih seperti instrumen piano dan acoustic gitar.

Lagu yang tidak sengaja terdownload diroomchatnya dengan Jaemin. Entah memang benar tidak sengaja terkirim atau bagaimana, yang jelas lagu itu datang tiba-tiba tanpa topik awalan, dan Jaemin mengelak dengan alasan salah kirim.

Tapi aneh, orang itu bahkan tidak menariknya dan malah memberi rekomendasi lagu lainnya. Dan lagu itu berjudul..

I like u - Niki

"Bisa-bisanya ketiduran, kirain sengaja.."

Jaemin mengacak rambutnya kesal, bagaimana bisa ia begadang dan lupa memasang alarm. Pertemuan terakhirnya, ck...

Dan lagi ia baru bangun 3 jam setelahnya, ingin hati mengacak meja kerja Mas Lino karna orang itu juga tidak berinisiatif untuk membangunkannya dan malah sibuk memainkan hp.

"Mandi sana, pencemaran udara," cibir Lino.

"Iyeee..."

Flashback on

Inilah alasan Jaemin begadang, ia sedang khusyu melakukan penebusan dosa karna dulu sudah salah sangka dan mengambil keputusan yang mengakibatkan sebelah pihak terluka. Ia mengira kalau Minju pernah berselingkuh, dahal cowo yang waktu itu menemani si mantan adalah saudara jauh yang memang jarang dan tidak pernah Minju ceritakan kehadirannya.

Jaemin yang sudah terlanjur pergi dan Minju yang masih berdiri ditempat yang sama.

Sad..

Jelas gadis itu masih kesal, harusnya Jaemin-lah yang menderita karna meninggalkan orang yang baik dan setia seperti Minju. Tapi si Jaemin malah terang-terangan bilang kalau sudah jatuh untuk manusia lain.

Rasa sesal penuh menyelimuti hatinya, kalau saja Minju lebih berani dan menghilangkan gengsi untuk menjelaskannya secara langsung, mungkin kata balikan bukanlah mustahil untuk hubungan mereka.

"Udah boleh pulang belum gue?"

"belum lah anjir, enak aja lo. Temenin gue pokoknya. No debat."

"..nggg.." Jaemin hanya bisa pasrah sambil tersandar lemas dikursi cafe.

Flashback off

Entah apa yang akan dilakukannya sekarang, tiba-tiba saja Jaemin merasa rindu, padahal belum genap sehari sejak kepindahan gadis itu.

Biasanya ia akan beralasan nama Bella hanya demi bertemu dengan Lia. Pura-pura mengajak anjing kecil itu bermain, namun tautan matanya sama sekali tidak lepas melihat Lia yang sibuk sendiri.

Jaemin mengambil handuk yang tegantung dibelakang pintu, langkahnya terhenti sebentar untuk menilik styrofoam dan beberapa sticky notes yang tertempel disana.

"Mungkin bakal lama, tapi tungguin gue Li.."

Musim panas datang, menawarkan hari libur bagi para anak muda dan orang-orang yang sudah penat dalam belitan pekerjaan. Tentu Lia juga merasakannya, walaupun sekarang kondisinya homeschooling.

Spam chat dari Yuna dan Ryujin yang menanyakan kabar, tak jarang mengundang untuk panggilan video. Dan masih sama, tidak ada tanda-tanda Jaemin akan menghubunginya.

Waktu dan jarum pada jam dinding berputar sangat cepat, tidak ada sehari dalam kehidupan Lia yang ia nikmati. Terasa lebih hampa dari sebelumnya.

Membaca setumpuk roman picisan, bermain dengan Bella, semalam suntuk berhadapan dengan laptop adalah rutinitas yang selalu terulang. Lia tidak bermain sosmed, mustahil orang seperti dirinya mau repot-repot menghabiskan waktu untuk sekedar melihat dunia maya yang kasat mata.

Konsentrasinya pada layar laptop buyar setelah mendengar bunyi bel rumah.

Jadwal les?

Weekend mana mungkin tidak kosong.

Tanpa banyak berprasangka dan menebak, Lia spontan menuruni anak tangga untuk membuka pintu depan.

"Surprise..."

Lia menyipitkan matanya, "what are you doing at here?"

"Heiiii, kok jutek sih. Serius ga disuruh masuk dulu, gue baru sampe loh."

"Hmm, welcome.." sambutnya datar.

Kaki cowo itu ringan memasuki rumah, sesekali memuji interior yang terdapat didalamnya.

"Disuruh ayah?"

"Engga, gue emang niat liburan disini juga," jawab Jaehyuk melepas tas ransel dan berbaring nyaman disofa.

Tidak munafik dirinya sedikit merasa senang karna kehadiran sobat karibnya itu, tapi tentu saja ada beberapa hal mengganjal yang mengganggu pemikiran Lia.

Lia membiarkan Jaehyuk yang kelelahan untuk beristirahat, sementara dirinya menyiapkan makan malam didapur.

"Udah liburan kemana aja Li?" Tanya Jaehyuk sedikit memekik dari ruang tamu.

"Ke novel, taman belakang rumah, laptop—"

"Maksud gue lo udah jalan-jalan kemana aja, bukan liburan ngapain aja.."

"Ayah belum balik, jadi gue ga kemana-mana."

Hati lawan bicaranya merekah hebat, "liburan kali ini bareng gue yaa.."

"Kalo gue nolak?"

"Gue maksa."

Entah apa saja yang sudah dipersiapkan Jaehyuk, orang itu lebih terlihat seperti penghuni kota Sydney. Melakukan beberapa belokan dan menyusuri jalan raya tanpa ragu sedikitpun, tentu saja tanpa google maps.

Apakah diam-diam Jaehyuk sudah pernah mengunjungi Sydney sebelumnya?

Atau yang lebih tidak masuk akal, dia menghapal seluruh jalanan sesaat sebelum kemari.

Lia hanya menyunggingkan bibirnya sambil melipat tangan.

"Gimana, keren ga gue?"

"Hmm.."

Jaehyuk tersenyum pulas, sesekali mengintip Lia yang sibuk menikmati pemandangan.

"Seneng ga?"

"Lumayan, Sydney em—"

"Maksud gue bukan Sydney, tapi lo seneng ga gue kesini?"







Positions ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang