🐣Berkurang 0,1%🐣 (Revisi)

55.8K 6K 267
                                    

Masih dengan wajah yang dingin serta aura gelap yang menyelimuti sekitarnya, Bagas membawa tubuh mungil sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai saudaranya itu ke gendongan koalanya.

Andra hanya mampu diam dalam gendongan Bagas tanpa protes seperti biasanya. Aura sahabatnya ini sangat kelam penuh amarah. Matanya sejak tadi belum berhenti memproduksi air dalam jumlah banyak yang mengakibatkan pipinya seperti di aliri sungai mini, sedangkan bibir mungil tersebut tak hentinya mengeluarkan suara pilu penuh ketakutan.

"Ab-abang hiks"ucap Andra menatap Saka penuh permohonan yang berjalan di belakang Bagas

Saka hanya menatap datar pemuda mungil itu, tidak ada niatan untuk memberi perlindungan dan membujuk Bagas. Saka juga marah, tidak menyangka bahwa Andra mereka telah lama berteman dengan anak jalanan.

Lebih parah lagi Andra ikut tawuran, berdekatan dengan para anak jalanan tersebut. Sungguh jiwa posesif dan mengekang Saka saat ini menggelora.

"Jangan mencari perlindungan baby... Abang tidak akan mengampunimu saat ini"ucap Bagas datar

"Hiks... Ab-abang"ucap Andra senggukan menatap Saka penuh harap

"Tidak ada lagi kebebasan mulai sekarang untukmu kucing nakal"ucap Saka dingin yang membuat Andra seketika lemas tak bertenaga

Bagas masuk ke dalam mobilnya, di ikuti Saka yang masuk ke dalam mobilnya juga. Sedangkan motor Andra di biarkan tertinggal, biarlah di ambil orang. Agar kucing nakal yang sialnya lucu itu tidak pergi lagi dari genggaman mereka.

"Ab-abang maaf"ucap Andra bergetar ketakutan

Bagas yang marah adalah salah satu kelemahan dan ketakutan Andra sebelum kemarahan Saka. Bagas yang marah akan sangat mirip dengan singa lapar, namun saat ini Andra sudah membuat singa tersebut bangun.

"Kamu di hukum"ucap Bagas singkat setelah itu menfokuskan pandangan dan telinganya agar seperti tidak memperdulikan mahluk imut di sampingnya ini

"Ab-abang hiks hiks"tangis Andra pecah karena sangking takutnya

Tangis itu terdengar di sepanjang jalan sampai di mansion Aditama, tepatnya rumah Bagaskara Aditama.

Di lapangan yang sudah sepi karena pemuda yang menodongkan senjata api tadi, sebuah mobil mewah yang berdiam diri di dekat lapangan.

Di dalam mobil tersebut dua orang berbeda kasta sedang berdiam diri. Tepatnya sejak tawuran tadi berlangsung, semua kejadian tadi tidak lepas dari mata tajam tersebut.

"Bima"ucap pria tersebut dingin nan datar

"Ya Tuan"ucap pria yang di sebut dengan nama Bima

"Saya ingin anak itu"ucapnya masih menatap tajam mobil sport milik dua pemuda yang ia hubungi tadi

Bima hanya diam, tidak bisa lagi bersuara. Bima memang curiga sejak awal, karena untuk pertama kalinya Tuan besarnya itu tertarik pada seseorang. Bahkan untuk tertarik memperhatikan anak bahkan almarhum istrinya saja Tuannya itu bahkan tidak sudi.

"Ikuti mereka Bima"ucap Pria tersebut

Mobil tersebut mulai mengikuti walau jarak yang lumayan jauh. Mobil berhenti tepat di seberang jalan tak jauh dari depan gerbang mansion mewah tersebut.

"Hiks hiks"tangis Andra bahkan belum berhenti sejak tadi

"Diam"ucap Bagas dingin

"Ma-aaf hiks hiks"tangis Andra

"Nakal aja..."ucap Saka dingin

"Hiks hiks"tubuh Andra gemetaran ketakutan

Bagas adalah salah satu anak yang berlimpah harta dan kasih sayang, ya walau bisa di bilang Mommy bagas hanya bisa di rumah satu kali sebulan.

Mommy adalah seorang pengusaha restoran sedangkan Daddy Bagas adalah seorang CEO perusahaan yang lumayan besar.

Sedangkan Saka adalah satu satunya anak yang sangat beruntung, keluarga yang harmonis dan kaya. Bahkan sangking harmonisnya tidak pernah sekalipun keluarganya itu bertengkar.

Bagas menarik pergelangan tangan Andra dengan lembut, lalu mengangkat tubuh mungil itu gendongan koalanya.

Pintu utama sudah di buka dengan lebar, di sana sudah ada puluhan maid dan pengawal yang berbaris rapi menyambut majikannya tersebut. Mommy dan Daddy Bagas memang sedang berada di luar negeri jadi hanya Bagas dan para pekerja yang ada di rumah.

"Selamat datang Tuan"ucap mereka serempak sambil membungkukkan badanya

Andra hanya menatap sekitar dengan mata yang merah penuh air mata, jangan lupa Andra masih senggukan.

Menggemaskan, Saka yang sejak tadi berjalan di belakang Bagas harus menahan sesuatu bahkan tangannya sudah mengepal. Para pekerja pun harus menggigit pipi dalam mereka agar tidak kelepasan mencubit sosok imut tersebut.

Para pekerja langsung menghela nafas lega saat pemandangan tersebut hilang di tutupi oleh pintu besi berjalan yang membawa majikannya itu ke lantai atas.

"Hiks hiks"

"Diam Andra"ucap Bagas dingin

Langkah lebarnya lalu berjalan ke arah sebuah pintu seusai pintu lift terbuka. Pintu tersebut adalah pintu kamar Bagas, Andra akan di hukum di sana.

Andra di baringkan di atas ranjang king size tersebut, Bagas lalu berjalan ke arah Walk in closet guna mengambil pakaian untuk si mungil.

Sedangkan Saka mulai membuka pakaian seragam Andra, lalu membersihkan tubuh tersebut menggunakan tisu basah. Setelah di rasa bersih, lalu di berikan minyak telon dan bedak bayi.

Semua perlakuan itu tidak ada perlawana dari sang empu, karena Andra tahu bahwa diam mereka adalah sebuah bencana. Kalau di situasi berbeda mungkin wajah tampan tersebut sudah menerima tendangan maut dari kaki mungil milik Andra.

Bagas kembali dengan celana panjang dan hoodie maroon. Setelah Saka menerima Bagas berjalan ke arah kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang lelah.

Tak lama Bagas perlukan untuk mandi, Bagas kembali dengan wajah dan tubuh yang segar.

Tanpa banyak bicara Bagas berjalan ke arah sebuah lemari di dalam kamar tersebut, di sana sudah lengkap dengan barang barang yang sangat di takuti oleh Andra.

"Ja-jangan abang huhu hiks hiks"tangis Andra pecah saat melihat Bagas membuka lemari tersebut

Andra hendak duduk pun tidak bisa, Saka sudah mengunci gerakannya. Bagas kembali dengan sebuah borgol, mata Andra yang melihat itu pun semakin memberontak.

"JANGAN ABANG... HIKS JAHAT"tangis Andra keras

Setelah tangan kiri Andra di borgol dengan tiang sebagai penahannya, Bagas lalu memberi ancaman yang tidak main main.

"No smartphone... makan sayur... gak boleh keluar dari kamar... kaki gak boleh nginjak lantai selama dua minggu..."ucap Bagas lalu berjalan keluar kamar di ikuti oleh Saka di belakangnya

"NO... jangan... ABANG hiks hiks"teriak Andra histeris menangis meraung raung

Namun tangis itu berhenti saat melihat sesuatu yang ia butuhkan saat ini. Di sana di atas nakas, mungkin kejeniusan Bagas berkurang 0,1% karena meninggalkan kunci borgolnya.

"Bagas bodoh"umpat Andra menyeringai licik

AndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang