Prolog

1K 56 0
                                    

"Dok, berikan aku resep agar tidak sakit saat hypmen robek!"

"What? Kau masih sekolah dan sudah memikirkan untuk merusak hypmenmu? Bodoh!"

"Berikan saja, aku akan membayar berapapun."

"Tidak, sekalipun ada saya tak akan memberikannya padamu. Sebaiknya kau pulang dan bersujudlah pada orangtuamu, minta maaflah pada mereka. Sia-sia perjuangannya selama ini telah membesarkanmu"

Capella kesal, matanya memicing menatap sinis name tag yang tertera di snelli sang dokter yang beberapa menit lalu ia cap sebagai dokter obgyn paling menyebalkan.

"Auriga Sialan Pradhana." umpatnya kesal lalu membanting pintu dengan keras.

Auriga menghela nafasnya kesal.

"Dasar bocah kecil, semudah itu dia merusak masa depannya? Bodoh!"

"Dasar bocah kecil, semudah itu dia merusak masa depannya? Bodoh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masih ingin minum?"

"Tentu, berikan aku minum yang banyak, Dean. Aku ingin mabuk malam ini."

"Sialan, jika kau mabuk aku yang kesusahan tau. Pria jangkungmu itu pasti akan langsung memecatku karena membuat kekasihnya hang over"

Tapi gadis itu tak peduli dengan ocehan Dean, ia kembali meneguk habis alkoholnya seperti air putih saja. Ia meminum seperti orang yang kehausan, tanpa jeda. Matanya menatap nanar gadis yang sedang merangkul mesra prianya, gerak-gerik yang nakal membuat Capella merasa sangat muak. Dengan tubuh yang sudah terhuyung ia melangkahkan kakinya menuju meja DJ dan dengan cepat menarik rambut gadis yang menggoda kekasihnya.

"Jalang sialan! Menyingkir dari kekasihku!"

"La, kau mabuk?"

Capella mengalihkan atensinya pada pria jangkung di hadapannya, ia berjinjit dan melumat habis bibir tipis pria itu.

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu Orion!" teriaknya.

Pria yang bernama Orion itu mengedarkan pandangannya, dengan cepat ia menarik lengan kekasihnya membawanya pergi menjauh dari sana. Reputasi club malamnya bisa hancur jika ia terus berada disana dan menjadi konsumsi publik karena perilaku gila Capella.

"Kau sudah sangat mabuk La, sebaiknya kita pulang."

"No! Gak mau! Kamu jawab dulu pertanyaan aku, Orion. Apa yang jalang itu miliki sementara aku gak? Karena dia bisa memuaskanmu, iya? Aku juga bisa Orion, kamu bisa melakukan itu padaku."

"La, please ngerti. Aku gak bisa ngerusak kamu. Aku sayang banget sama kamu melebihi apapun. Ingat itu?"

"Cih! Hanya sayang bukan cinta?"

"La, please jangan mulai lagi"

Capella melepaskan tangannya dari cengkraman Orion, meninggalkan pria jangkung itu dengan kekecewaan yang membuncah di dalam hatinya. Rasanya sungguh menyesakkan.

"Orion sialan, hiks."

"Sudah sadar? Sudah puas setelah membuat kekacauan di club malam milik kakakku, Capella?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah sadar? Sudah puas setelah membuat kekacauan di club malam milik kakakku, Capella?"

"Aku lelah Rigel, biarkan aku tidur lagi di tempatmu. Aku janji siang nanti aku akan pergi."

Pria berkulit pucat itu mengangguk, ia menaruh secangkir teh hangat yang memang sengaja ia siapkan untuk Capella.

"Mandilah, bersihkan dirimu. Aku sudah menyiapkan bajumu."

"Sebentar lagi, aku masih rindu dengan aroma gulingmu. Pergilah jangan mengangguku."

"Terserah kau saja, gadis batu."

"Aku masih mendengarmu, albino sialan."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
UnderAgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang