"Dok, berikan aku resep agar tidak sakit saat hypmen robek!"
Capella Diandra, gadis berusia tujuh belas tahun yang begitu penasaran dengan having sex. Ia memiliki seorang kekasih yang berprofesi sebagai seorang DJ, membuatnya akrab dengan dunia mala...
Riga menatap dalam bola mata gadis itu begitu terlihat gurat kesedihan dan kekecewaannya.
"Kau benar, aku memang gadis yang bodoh. Bahkan kekasihku saja tidak bisa aku puaskan maka dari itu dia lebih memilih jalang."
"Kau tau, dari aku kecil aku selalu bisa mendapatkan segala, tapi saat aku tumbuh seperti ini, mengapa semuanya begitu sulit? Tidak berjalan sesuai keinginanku."
"Hiks."
Capella mengusap air mata yang tak sengaja jatuh di pelupuk matanya.
"Aku hancur dokter, hanya karena kekasihku, aku tak mampu untuk memuaskannya. Aku tak bisa memberikan apa yang dia butuhkan."
Riga menatapnya iba, dia bingung harus bereaksi seperti apa. Capella datang dan menceritakan masalahnya seakan pria berlesung pipi itu seorang psikolog.
"Dokter, bisakah aku meminta bantuan kepadamu lagi?"
Riga mengerutkan dahinya tak mengerti situasi yang sedang dialaminya.
"Jika Orion saja bisa menghamili mantan kekasihnya tanpa memperdulikan perasaanku, apa kau juga bisa membuat aku hamil anakmu?"
SHIT
Riga benar-benar tak menyangka dengan apa yang dikatakan gadis di hadapannya.
"Kau tampan, sepertinya nanti anak kita akan berwajah rupawan juga dan yang terpenting kau dokter, pasti kau bisa membuatku nyaman saat kita melakukannya, dan mungkin tidak akan sakit."
Riga membulatkan mulutnya, benar-benar gadis gila di hadapannya sumber masalah terbesar di hidupnya untuk saat ini.
"Nona, saya memahami jika kau sedang merasakan frustasi jadi saya tak menganggap serius permintaanmu, tapi lain kali berhati-hatilah dalam berbicara karena kalau tidak—"
"Aku serius dokter." Sambar Capella.
"Aku ingin kau yang melakukan itu padaku, kau kan dokter, pasti kau—"
"Kau sudah gila!"
Riga mengumpat, menutup kasar laptop dan pergi meninggalkan Capella, lebih tepatnya Capella dan omong kosongnya.
Tapi gadis keras kepala itu tak kehabisan akal, dengan sigap dia mengejar Auriga dan menarik lengannya. Berjinjit, gadis itu menarik kerah baju Auriga dan mencium lembut bibir tebal lelaki berkulit eksotis itu. Lambat tapi perlahan dia terbuai dengan tekstur bibir kenyal Riga, melumatnya pelan dengan memejamkan matanya.
Auriga mendesis, sialnya dia ikut hanyut dan membalasnya dengan melumatnya dalam, Auriga bodoh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku sudah mencari ke tempat teman-temannya tak ada yang melihat Capella."
Digelar menggusar kasar rambutnya, ia benar-benar khawatir dengan Capella. Gadis itu patah hati, Rigel takut ia malah melakukan hal bodoh.
"Semua terjadi karena ulahmu, Bang. Kenapa kau tidak memilih salah satunya? Kenapa kau malah menjalani keduanya, kau bajingan!"
Orion hanya terdiam, raut wajahnya terlihat sedih dan frustasi.
"Sudah sejauh apa hubunganmu dengan Capella?"
Kali ini nada bicara Rigel meninggi, teringat dengan perkataan adiknya, Lea saat membantu Capella menggantikan pakaiannya.
"Apa maksudmu?"
"Kau sudah merusaknya seperti kau merusak Stella?"
"Kau—"
"Tidak usah mengelak, jika bukan kau lalu siapa yang memberi tanda itu di tubuhnya?"
"Tanda apa? Apa yang kau maksud Rigel?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jika kau ingin membersihkan dirimu, pergilah." Ucap Riga sembari memberikan handuk.
"Aku lelah, nanti saja. Lagi pula aku masih berkeringat. Bukannya mandi saat berkeringat itu tidak baik Pak dokter?" Tanyanya dengan nada yang menggoda sambil mengerlingkan matanya.
"Terserah kau saja."
Jawab Riga ketus, pri itu memutar tubuhnya.
"Aku suka aroma tubuhmu, kau seksi pak dokter."
Capella mengedipkan salah satu matanya.
"Kau gila? "
"Kau sangat hot dokter."
Capella sialan, tak sadarkah perkataannya itu membuat jantung Riga berdebar sangat cepat, sudah begitu lama perasaan yang pernah ada kembali lagi.
Dan Capella yang membangkitkannya? Gadis gila yang selalu mengusiknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.