Apa yang bisa diharapkan dari benda fana yang bahkan berbentuk teka-teki mengerikan?
Gu Wei selalu belajar untuk memahami pecahannya, untuk terus menekuni jawaban mengapa seseorang yang ia cintai saat ini tak berada di sisinya.
Tapi kadang, rasa ingin kembali untuk tidak mengerti menyeruak masuk hingga dadanya terasa penuh dengan mawar berduri. Begitu menyakitkan, sekaligus menyenangkan.
Bercanda, dia benci hal ini. Tidak ada kenikmatan yang bisa diterima dan sekaligus dapat membuatnya orgasme dari sentuhan-sentuhan kecil menggetarkan tubuh dan membuatnya menjerit.
Pada meja operasi, kadang ia berharap jika yang ia tangani saat ini adalah seorang polisi dengan panggilan khusus kesayangan sedang tidak sadar karena hendak melakukan operasi pengangkatan peluru. Namun, pada takdir, di atas mejanya saat ini tidak ada dia, melainkan manusia paruh baya dengan gigi emas ingin hidup lebih lama dengan ring jantung.
Menyerah saja pada tangan Tuhan, untuk apa terlalu lama jika hati tersusupi rasa buruk?
Kadang juga, dokter itu merindukan bagaimana nakalnya seorang polisi mengganduli susternya untuk menculik Gu Wei pada saat makan siang yang bisa dibilang kurang tepat.
Ya mau bagaimana? Mereka bekerja pada setor humanisasi yang berbeda dalam pelayanan, tentu jam istirahat pun bertabrakan.
Dokter spesialis jantung itu mengingat betapa kurang ajarnya sang kekasih begitu dirinya berkata jika ia besok shift malam di UGD. Orang gila mana yang memaksanya melakukan hubungan badan untuk waktu yang lama. Bisa bayangkan betapa malunya Gu Wei meminta tolong pada temannya karena kebetulan dia tidak berdiri secara normal setelah diajak 'bermain' untuk waktu diluar batas normal.
Ah nikmatnya masa itu. Begitu menyenangkan.
Pada tangan terdapat sebuket penuh bunga anyelir merah dan tulip putih. Bukan bunga yang wajar pada area penguburan. Kakinya yang jenjang, melangkah melewati kuburan dengan bentuk yang sedikit aneh, kadang esentrik. Tepat di bawah pohon itu, dua lahan kosong kuburan yang telah diberi pembatas, Gu Wei berhenti.
Pagar dibuka, bibirnya terbuka. "Halo. Aku pulang."
Gu Wei membersihkan rumput liar yang mengotori tempat tidur suaminya. Tangan yang biasa memegang pisau bedah, kini berubah menjadi kotor karena tanah.
"How was your day there? I don't really have a good week. Yesterday, the patient, yes that patient who forced God to give him more life time, died. And the worst part is, his wife punched me. Oh my God, I wonder if she comes to boxing class every week or day like rich people usually do."
"I kinda miss you. It's been three years or more, --I don't remember -- since you died. And here I am, still crying over an empty coffin. Do not think that I don't know that shit okay? I know it. I'm a doctor after all, you guys and the government can't fool me with a fake dead body."
Gu Wei mencuci tangan dengan air kemasan yang ia bawa. Menuangkan sebagian sisanya di atas kuburan sang polisi agar terlihat lebih hidup.
"I bring you a red carnation and a white lily. Actually I bought a bouquet, but I'm not willing to give you all of this. After all, you are still alive. Except if you really die then I will give you a whole."
"Yeah, I'm that stingy."
Dokter itu menaruh dua buah bunga berbeda jenis pada vas yang disediakan pihak penguburan. Jangan tanyakan bagaimana bentuk nisannya, itu biasa. Berbentuk salib seperti pihak penjual peti berikan.
"I'm leaving, I feel hungry. Want to eat curry. Japanese one. You like that right? Sadly you can't eat. Bu-bu, sad baby." Gu Wei mengejek.
"For now, bye. I will be back as soon as possible, Chen Yu. Until then, please don't eat something disgusting."
Gu Wei keluar dari area pemakaman dengan air mata mengalir begitu deras. Sekali lagi, enigma yang Tuhan berikan terlalu berat untuk diselesaikan.
---
Pada tempat lain, Chen Yu tertawa mendengar setiap sarkasme yang dilontarkan Gu Wei. Tangisannya benar-benar menjadikan bukti kontras kalau ia juga ingin kabur dari misi ini dan memeluk Gu Wei dengan pelukan teletubbies.
Semarang, 10-08-2021, selesai.
---
If you think I write this in an angst mood, no bitch, you are wrong. I literally sip my water and sing Kenshi Yonezu songs. I'm here just to hurt all of you.
And if you think I put 'Enigma' word as a title because I'm poetic, no. It's Patrick who inspires me. Yep, I watch SpongeBob-- a lot.
Bye y'all. Keep healthy and happy~
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Sastra - Yizhan.
FanfictionIni merupakan puisi/karya sastra yang saya buat dalam waktu luang saya. Setiap chapter berisikan satu jenis karya sastra, dengan tema Yizhan. Saya harap kalian semua dapat menyukainya.