Ini merupakan puisi/karya sastra yang saya buat dalam waktu luang saya.
Setiap chapter berisikan satu jenis karya sastra, dengan tema Yizhan.
Saya harap kalian semua dapat menyukainya.
"Aku ingin mengikatmu. Kau, aku izinkan untuk berlari, tapi dilehermu masih ada tali kekang bernama pernikahan."
***
Lelaki itu memasuki bar sepi yang terletak dibawah tanah. Jalan tapaknya sempit, hanya bisa diisi satu orang. Bau hujan yang menyengat dan batu yang licin terkena air bersanding dengan sepatu boot kulit dengan apik.
Telinganya disapa dengan musik jazz dan mata persiknya disapa oleh bar yang cukup temaram dengan sedikit lampu kuning sebagai pencahayaan.
Orang yang baru saja datang tersebut langsung menempatkan dirinya di hadapan sang bartender yang sendirian.
"Champagne."
Bartender itu menaruh gelas yang sedang dibersihkannya. "Bukankah ini sudah kesekian kalinya bagimu untuk memesan champagne?"
Seraya berkata, tangan bartender itu tetap membuatkannya segelas. Kerjanya cepat dan apik.
"Manusia itu datang untuk menonton pertunjukanku lagi."
Sang Bartender menaikkan alisnya. "Bersama wanita yang berbeda?"
"Bersama pria yang berbeda."
Keterdiaman keduanya membuat suara musik yang mengalun menjadi pengisi penjuru ruangan tersebut sambil didampingi udara yang mulai mendingin.
Pria itu mendorong segelas minuman keras. "Aku masih tak paham kenapa kamu masih mau bertahan untuk bekerja disana sebagai penyanyi yang bahkan upahnya sangat kecil, parahnya lagi kamu sering dilecehkan."
"Terima kasih atas perhatianmu tapi sejujurnya aku masih suka disana. Aku yang benar-benar menemani tua bangkotan itu dari ia masih memiliki satu pelanggan hingga akhirnya ia bisa sesukses sekarang. Yah walau si tua bau tanah itu tidak pernah memberikan gaji tambahan, aku masih senang untuk berada disana."
"Teman seperjuanganmu bahkan sudah pergi. Apalagi manusia yang selalu melukai hatimu selalu datang ke bar itu untuk mengejek. Apakah benar-benar alasannya sesederhana itu?"
Pelanggan itu meneguk minumannya, setelah itu ia tersenyum hancur. "Aku benci untuk mengakui tapi memang benar alasannya sesederhana itu. Pria tua yang sedari tadi aku bicarakan selalu memberiku uluran tangan saat salju turun. Kalau saja gajinya dinaikkan, aku akan lebih bahagia."
"Zhan-ah."
"Mn?"
"Menikahlah denganku maka uang yang kau inginkan akan terkabul."
Zhan --pelanggan itu-- mengerjapkan matanya. "Aku bahkan masih belum bisa berpindah hati dari bajingan itu dan kau sudah melamar pria tua ini? Yibo, jangan bercanda."
"Aku masih akan mengizinkanmu untuk bekerja di sana."
"Bukankah pernikahan tak bisa dibeli dengan uang?"
"Lalu kau ingin champagne sebagai gantinya?" Yibo tersenyum geli.
"Mungkin. Tapi lebih baik kau mencari wanita cantik untuk kau kencani. Putra dari konglomerat tidak pantas dengan pria dari kalangan merah."
Yibo menaruh gelas koktail yang sedang dibersihkannya. "Aku hanya menginginkanmu. Menikahlah denganku maka kau akan mendapatkan uang tak terbatas untuk egomu. Kau juga akan masih diizinkan untuk bekerja di tempat itu sambil memandangi mantan kekasihmu. Aku tak akan mela---"
"Lalu apa gunanya pernikahan?" Zhan memotong perkataan Yibo.
Dengan helaan napas yang halus, Yibo menjawab. "Aku ingin mengikatmu. Kau, aku izinkan untuk berlari, tapi dilehermu masih ada tali kekang bernama pernikahan."
"Lalu, kau ingin aku melakukan apa untuk membalasnya?"
"Tetaplah berada disisiku. Maka semuanya akan terasa lengkap."
"Aku tak pernah mengharapkan lamaran seperti ini, tapi baiklah kuterima lamaranmu. Dimana cincinnya?"
"Aku punya cincin peninggalan ibuku. Kau mau memakainya?"
"Tidak perlu, rasanya tidak orisinil. Lebih baik kau membelikan yang baru."
"Tak masalah. Besok pagi, pukul sembilan aku akan menjemput. Kita akan mencari cincin yang kau inginkan."
"Aku tidak akan berusaha untuk bangun, jadi dobrak saja kalau misal aku belum bangun."
"Mn. Pulanglah ini sudah pukul tiga."
"Bersamamu, taksi sedang mahal."
"Baiklah, tunggu sebentar lagi."
"Mn."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Credit kepada: @/jameskilimi (on twitter))
***
End
***
Saya tidak berekspetasi story ini akan ramai. Hahaha, bagi yang membaca halo~
Ini merupakan AU! Bartender Yibo dan Kalangan merah Xiao Zhan
Kalangan merah itu apa? Kalangan merah merupakan sebutan saya untuk orang-orang yang bekerja pada distrik merah (misalnya PSK, dll. Kalau menurut saya pribadi penyanyi di club malam merupakan salah satu bagian dari distrik tersebut.)
Then stay safe, stay happy, and be happy. Goodnight!