Angka adalah hal satu-satunya yang kamu pikirkan saat ini. Karena angka mengingatkanmu dengan perjanjianmu dengan demon itu. Sudah lebih dari seminggu setelah pertemuanmu dengannya di gudang waktu itu dan dia sudah tak pernah menampakkan diri lagi. Kamu takut, sangat takut dengan tanggal kematian mu yang semakin dekat. Maka dari itu, kamu pun memutuskan untuk mengambil shift pagi sampai siang supaya bisa menghabiskan sisa waktu bersama kedua adikmu. Walau awalnya bosmu tak setuju, tetapi kamu berhasil membujuknya dengan meminta gajimu dipotong seperempat. Semua kamu lakukan demi kedua adikmu.
Waktu berlalu dengan begitu cepat tanpa kamu sadari. Kamu menghabiskan setiap detik berada di sisi Luna dan Loui. Setiap ada kesempatan untuk pulang ke rumah, kamu menggunakan kesempatan itu untuk mengecek keadaan rumah, beres-beres, mandi dan berisitirahat sebelum kembali lagi ke rumah sakit. Namun malam ini ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya. Kamu tak menyangka sesaat setelah membuka pintu kamarmu, akan ada seseorang yang membungkam mulutmu dan menutup pintu kamarmu secara paksa. Detak jantungmu berdegup kencang, napasmu memburu sebab panik dan takut sekaligus.
“Jangan berteriak.”
Insting pertamamu meminta untuk berteriak, tetapi tangannya berhasil meredam suara teriakanmu. Dan lengan kekar secara tiba-tiba melingkar kuat pada tubuhmu, mengunci pergerakanmu.
“Shh, ini aku, Ta– d-demon.” suara rendah berbisik tepat di sebelah telingamu. Suaranya menenangkanmu, karena kamu memang mengenali suara itu.
Detak jantungmu perlahan kembali seperti semula, namun itu tak bertahan lama saat kamu menyadari bahwa demon ini berada di rumahmu, di kamarmu. Terakhir kali kamu melihatnya saat digudang tak sengaja menemuimu. Tangan yang menutupi mulutmu perlahan mengendur, untuk memastikan kamu tidak akan berteriak jika ia melepas telapak tangannya dari mulutmu. Dan kamu tidak berteriak setelah ia benar-benar melepasnya. Kamu mematung diam di tempat, rasanya sedikit sakit saat demon bertubuh kekar ini menekan tubuhnya pada punggungmu. Disini gelap, kamu belum sempat menyalakan lampu karena serangan demon ini secara tiba-tiba. Kamu juga tak terlalu yakin, berani untuk berhadapan dengannya untuk saat ini.
“Masih ada t-tujuh hari lagi,” ucapmu tergagap karena takut jika kedatangannya kesini untuk mengambil nyawamu.
“Aku tahu. Aku kesini tidak untuk mengambil nyawamu.”
Walau kamu sangat penasaran mengapa dia ada disini dan mengapa waktu itu dia ada di gudang, kamu tidak memiliki cukup nyali untuk bertanya. Kamu memilih untuk diam, memberinya waktu untuk berbicara.
“Aku butuh bantuanmu.”
Ucapannya membuat ketakutanmu sirna dan berganti dengan kebingungan. Tentu saja kamu bingung, bagaimana bisa seorang demon meminta bantuan pada manusia biasa sepertimu?
“B-bagaimana bisa aku membantumu?” Nada bicaramu terdengar jelas menandakan keterkejutanmu. “A-aku hanya manusia biasa.”
Meskipun ucapan pertamamu tadi mungkin dapat secara tidak sengaja menyinggung perasaannya untuk kedua kalinya, kamu mencoba untuk membalikkan tubuh menghadapnya. Namun secara tiba-tiba, lengannya menarik tubuhmu lebih dekat ke dadanya, menghentikan gerakanmu. Sepertinya dia tak ingin kamu melihatnya.
“Aku sedang diburu,” dia bergumam dengan marah, begitu dekat dengan telingamu sehingga membuat sekujur tubuhmu meremang hebat akibat suaranya. “Keparat itu... Aku terluka, dan aku ingin kamu mengobatiku.”
Kamu terenyuh mendengar suaranya. Kamu merasa tidak enak kepadanya, kamu yang sudah berhutang budi padanya, kamu juga sudah secara tak sengaja menyinggungnya, tetapi dia tetap bersikap sopan kepadamu. Seharusnya demon itu tidak perlu bersikap sopan. Tetapi ketika dia kembali membuka suara mengatakan 'tolong' dengan sangat lembut, kamu pun kembali mencoba untuk berbalik. Kali ini, dia mengendurkan pelukannya, dan dengan cepat kamu berbalik, mengambil langkah mundur untuk melihatnya dengan lebih jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMON (TAEYONG) [END]
Fanfiction[LEE TAEYONG X READER] Semua usaha telah kamu lakukan demi menyembuhkan adikmu - Luna. Namun kondisinya tak kunjung membaik sampai saat dokter menyampaikan jika umur Luna tak akan lama lagi. Perasaanmu begitu hancur dan takut akan kehilangan satu-sa...