twelve: day of your death

211 53 6
                                    

Sabtu adalah hari teraneh yang pernah ada di hidupmu. Dan Sabtu ini adalah hari terakhirmu. Mengingat bagaimana marah dan murkanya demon padamu, sudah kamu duga hidupmu akan benar-benar berakhir di tangan demon itu tepat tengah malam berganti hari nanti.

Loui masih bernyanyi di taman bermain, kamu merasa senang masih bisa menemaninya seharian ini di taman bermain bersama teman-temannya. Kamu mencoba untuk tidak memikirkan akan kematianmu, karena hari ini adalah hari kamu harus bersenang-senang.

Surat yang berisi semua perasaan dan harapanmu tentang masa depan adik-adikmu tergeletak di laci meja belajar. Tak ada hal lain yang ingin kamu sampaikan lagi di surat itu, karena kamu rasa semuanya sudah cukup. Hanya saja apa yang terjadi sesungguhnya tak kamu jelaskan disana. Kamu menulis sebuah kebohongan di dalam surat yang nantinya akan dibaca oleh adik-adikmu.

Loui masih terlalu kecil untuk mengingat kejadian saat ia bertemu dengan Taeyong, tapi jika dia ingat, dan melihat bulu hitam milik demon yang kamu taruh disana, mungkin Loui akan memberitahu Luna. Jika dia pernah bertemu dengan demon di kamarmu.

Setelah bermain bersama Loui, kamu kembali ke rumah dengan adik kecilmu yang menggenggam tanganmu sambil menggoyangkannya ke depan belakang. Kamu tersenyum kecil menatapnya yang terlihat begitu senang bisa menghabiskan waktu bermain seperti anak-anak pada umumnya.

Namun masih ada yang mengganggu pikiranmu saat ini, apa yang akan terjadi jika kamu mati nanti. Taeyong bilang dia akan mengambil nyawamu, tetapi kamu penasaran apa yang akan terjadi pada dirimu setelah kematian nanti. Kamu tak pernah bertanya perihal itu kepadanya memang.

Sejak kamu masih kecil, kamu membayangkan mati dengan keadaan sedang tidur. Tetapi sekarang, kamu akan mati dengan cara yang paling tragis yang tak pernah kamu bayangkan. Satu hal yang ada di benakmu, kamu pasti akan merindukan Luna dan Loui melebihi apapun setelah kematianmu nanti.

“Unnie, kita akan ke rumah sakit kan?” pertanyaan Loui membuyarkan lamunanmu saat itu juga.

“Oh, iya, kita menginap di rumah sakit lagi, mau?”

“Ya! Tentu saja, nanti kita sambil nonton film ya?”

Kamu tersenyum sambil menganggukkan kepala.

Perjalanan menuju ke rumah sakit terasa begitu cepat. Pizza yang kamu order saat diperjalanan pun tiba di ruangan Luna tepat sebelum kamu datang. Kamu merasa waktu berjalan begitu cepat tak seperti biasanya, merasa ada yang janggal dan kamu menghubungkannya dengan demon. Tapi sebenarnya waktu berjalan dengan cepat tak ada hubungannya dengan demon. Itu hanyalah perasaanmu saja.

Kedua adikmu terlihat begitu tenang menonton film sambil makan pizza yang kamu order tadi. Sekarang sudah pukul 2 siang. Luna terlihat mulai lelah, begitu juga dengan Loui. Kamu lantas meminta mereka untuk naik ke ranjang dan tidur untuk istirahat. Menyelimuti tubuh keduanya, kamu membayangkan apa yang akan mereka rasakan saat meliha tubuh tak bernyawa mu ditemukan.

“Unnie, ada apa?” Pertanyaan itu keluar dari bibir Luna. Kamu sontak menatapnya dan menggelengkan kepala.

“Hanya kelelahan,” Kamu mengusap puncak kepala Luna dan Loui secara bergantian. “Minji-ssi akan datang sebentar lagi, Unnie harus pulang ke rumah karena Yeri Unnie sedang sakit dan butuh bantuan.”

“Oh, astaga. Semoga Yeri Unnie segera diberi kesembuhan,”

Bohong. Kamu mengatasnamakan Yeri hanya untuk alasan agar bisa pergi dari rumah sakit. Kamu terus meminta maaf dalam hati dan berharap tak terjadi apapun pada Yeri setelah kamu mengatakan hal itu. Beberapa menit kemudian, suster yang menjaga Luna tiba. Kamu mengecup kening Luna sebelum akhirnya pergi sambil menggendong Loui.

DEMON (TAEYONG) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang