eleven: betrayed him

162 53 14
                                    

Perjalanan menuju ke tempat dimana pertama kali kamu bertemu dengannya terasa begitu mencekam. Tapi setidaknya masih ada beberapa mobil yang melewati jalanan sepi ini. Beruntung mulai besok kamu diperbolehkan mengambil cuti selama seminggu. Jadi kamu tidak merasa terbebani setelah pergi ke tempat ini di tengah malam seperti ini.

Tepat setelah kamu sampai di persimpangan jalan yang pernah kamu datangi. Kamu turun dari mobil dengan tas berisi sekop dan kotak beserta syarat untuk memanggil demon. Tak perlu waktu lama seperti sebelumnya, kamu sudah berhasil mengubur benda-benda itu di dalam tanah untuk yang ketiga kalinya.

Dan dalam beberapa detik, asap hitam menggumpal terlihat di hadapanmu. Menandakan bahwa demon mendengar panggilanmu. Taeyong tersenyum saat pertama kali melihatmu disini menemuinya. Ia merasa senang kamu yang menemuinya, tidak melulu dirinya yang menemuimu.

“Y/n, kamu tahu ‘kan kamu tidak perlu repot-repot memanggilku dengan cara seperti ini. Kamu bisa langsung memanggil namaku, dan aku akan datang.”

Mata hitam coklatnya menunjukkan perasaannya yang bahagia, tenang, dan sedikit bingung. Taeyong bingung saat menyadari jika ada mobil lain yang ada disini.

“Taeyong,” panggilmu, membuat perhatiannya kembali tertuju kepadamu.

Senyumannya hilang. Kamu bahkan tak menunjukkan banyak emosi apapun saat bertemu dengannya malam ini, hanya wajah polos dan nada bicara dingin yang harus ia turuti.

“Jangan melawan. Kemarilah, taruh kedua tanganmu dibelakang punggung dan diam.”

Kamu enggan untuk menatapnya saat ia mengikuti perintahmu, karena yang kamu tahu, jika kamu menatapnya. Pertahanan yang sedaritadi kamu siapkan akan hancur hanya dengan menatap wajahnya. Dari ujung matamu, dapat kamu rasakan jika ia tengah menatapmu. Kamu membayangkan bagaimana perasaannya saat kamu memerintah ia seperti ini.

Dan tak lama setelah itu, seorang Taejoon muncul dari belakangnya dan mengikat tangan Taeyong. Dan Jihoon membungkus kepala Taeyong dengan tas hitam. Jihoon mulai menyeret Taeyong menuju ke mobil yang ada di belakang mobilmu. Lalu Taejoon menghampirimu dengan senyum terliciknya, kamu hampir menangis kala mendengar suara Taeyong memanggil namamu di belakang sana.

“Kerja bagus, y/n. Uangnya sudah ku transfer di akunmu.”

Dengan begitu ia pergi, bersama Jihoon dan Taeyong. Meninggalkanmu disini sendirian menyesali perbuatanmu yang memanfaatkan Taeyong untuk mendapatkan uang. Tapi apa yang bisa kamu lakukan selain melakukan itu?

✨✨✨

Setelah semuanya berjalan sesuai rencana—Taejoon mendapatkan demonnya, dan kamu pulang ke rumah masih dalam keadaan baik-baik saja—akhirnya kamu mulai bisa bernafas lega.

Kamu tak tahu apa yang akan mereka lakukan pada Taeyong, tapi kamu duga sesuatu itu tidak baik. Jujur memikirkannya yang masih bersama mereka membuatmu hancur di dalam, bagaimana kamu mengorbankan dia untuk uang, tetapi kenyataannya adalah bahwa Luna dan Loui tidak bisa hidup tanpa itu. Pengobatan dan terapi Luna membuatmu terjerat utang, dan tidak ada yang bisa kamu lakukan selain mengorbankan Taeyong untuk mendapat uang lebih.

Tak ada niat lain saat kamu memanggilnya untuk menyembuhkan Luna. Saat kamu diberitahu siapa namanya pun, kamu tak berniat untuk menghancurkan kepercayaan yang telah ia berikan untukmu. Tetapi kamu bisa apa disaat keluargamu membutuhkan uang?

A demon or your family? Tentu, kamu akan memilih keluargamu.

Tapi itu menyakitkan.

✨✨✨

Dua hari telah berlalu sejak kejadian itu. Selama dua hari itu, kamu pergi menginap di rumah sakit menemani Luna. Tetapi hari ini, kamu memilih untuk pulang semenjak kamu merasa sakit dan terus merasa mual. Kamu bersama dengan Loui pulang ke rumah untuk istirahat lebih nyaman.

DEMON (TAEYONG) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang