two: the deal

295 75 9
                                    

"Jadi, apa yang membawamu ke sini? Uang, kekuasaan?.. Cinta... Katakan saja, dan itu akan menjadi milikmu. Dengan harga tertentu, pastinya."

Walau suara menggodanya cukup membuatmu luluh lantak, tetapi kamu kembali menguatkan dirimu untuk tidak tergoda dengan hal lain, kamu kembali mengingatkan dirimu sendiri mengapa berada disini saat ini, mengapa kamu memanggilnya. Walau saat ini sangat sulit untuk kamu konsentrasi; karena dia terlalu dekat, terlalu tampan, dan kamu pun memejamkan kedua matamu untuk mengumpulkan konsentrasimu. Kamu pun mulai membuka suara.

"Apa kamu bisa menyembuhkan seseorang dari penyakit parah?"

"Penyakit adikmu?"

Kamu cukup terkejut kala ia sudah mengetahui maksud tujuanmu kesini. Tetapi mengingat dia seorang demon yang pastinya tahu akan segala hal di dunia manusia, kamu kembali menatapnya biasa saja. Namun kamu kembali dibuat mendesah kaget saat ia meraih wajahmu dan memiringkan wajahmu, mengamati wajahmu seakan kamu sebuah manekin yang ada di toko-toko. Tubuhmu menegang kaku. Kamu sebenarnya tak suka dengan perlakuannya ini, tetapi kamu bisa apa selain menurutinya?

"Iya."

"Baiklah, tapi karena permintaanmu lebih besar dari yang lain inginkan. Tentu harganya berbeda, kamu tahu 'kan?"

Kedua matamu terbuka menatapnya, ia menjauhkan tangannya darimu.

"Tapi kamu harus mengorbankan nyawa orang lain untuk ditukar dengan adikmu."

"Aku mengerti,"

"Jadi nyawa siapa yang ingin kamu tukar dengan adikmu? Kamu harus mengenalnya dan dia setuju untuk ditumbalkan, itu aturan terpentingnya."

Bahkan saat berbicara perihal pengorbanan nyawa, demon ini masih saja berbicara dengan nada rendah dan seduktif. Suaranya bak sebuah mantra yang diam-diam membuatmu hanyut dalam ketenangan. Dan dalam ketenangan itu, kamu menjawab pertanyaannya.

"Nyawaku."

Dia terdiam selama beberapa saat karena terkejut, ia memiringkan kepalanya untuk menatapmu. Ia kemudian berkomentar, "Betapa mulianya dirimu."

"Jadi kamu bisa melakukannya bukan?" tanyamu, tak menghiraukan komentarnya. Kamu melakukan ini karena tak ada pilihan lain lagi.

"Aku bisa. Kesepakatannya dibayar dengan sebuah ciuman. Kamu akan mati, lalu hidup dan nyawamu akan diberikan pada adik-"

Kamu memotong ucapannya. "Kamu akan menyembuhkan dia 'kan?" Ia menatapmu tajam karena merasa tak suka, kamu pun segera meminta maaf. "Maaf, aku hanya ingin memastikan saja." Kamu ingin Luna hidup dengan normal lagi, tidak hanya hidup dengan keadaannya yang sekarang-tak bisa melakukan apapun.

Kamu sangat merasa prihatin dan kasihan kepada Luna yang tak bisa melakukan kehidupan normal seperti teman-teman seusianya. Yang seharusnya bersekolah, bermain, dan memiliki banyak teman. Luna selama beberapa bulan terakhir hanya tinggal di rumah sakit dan berteman dengan para perawat dan dokter disana.

Sampai lamunanmu terinterupsi dengan suara rendahnya memberitahumu. "Dia akan sembuh karena kamu tidak akan hidup selama sepuluh tahun, setelah aku mengambil nyawamu."

Kamu yang penasaran bagaimana dengan caranya menukar nyawamu dengan Luna kemudian kembali melayangkan pertanyaan kepadanya.

"Bagaimana aku akan mati?"

Seringai demon itu langsung hilang saat mendengar pertanyaanmu. Seakan ia merasakan sesuatu yang aneh dengan dirimu. Ia terlihat lebih lemah lembut dalam menatapmu saat ini. Lebih lirih.

"Aku yang akan membunuhmu. Jangan khawatir, y/n. Itu akan cepat."

"B-baiklah," kamu menghela nafas lega, tidak terlalu memikirkan bagaimana dia bisa tahu namamu padahal kamu belum memberitahunya sama sekali, "Itu bagus."

DEMON (TAEYONG) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang