seven: the truth untold

193 57 0
                                    

Banyak hal telah terkumpul selama bertahun-tahun, dan selama satu akhir pekan, kamu mencoba membuat daftar beberapa hal secara online — terutama pakaian. Kamu selalu berhati-hati dengan barang-barang milikmu, kamu ingin menyimpan barang-barang itu untuk waktu yang lama. Tetapi sekarang, sepertinya kamu tidak akan membutuhkannya lagi, jadi mengapa tidak mempermudah keluargamu dengan menjualnya saja? Luna dan Loui akan sangat membutuhkan setiap sen yang kamu dapatkan dari hasil penjualan.

Hal lain yang perlu kamu lakukan adalah... merencanakan pemakamanmu. Situs-situs, yang kamu lihat sambil menyimpan kesedihanmu sendiri, semuanya situs memperlihatkan peti mati yang indah, tetapi harganya terlalu mahal. Kamu menelan saliva dan memeriksa tangan kamu dengan cemas. Tanganmu terasa gatal ingin menekan salah satu diantaranya, tetapi saat melihat kremasi dan guci yang ditawarkan di layar— tidak diragukan lagi itu salah satu alternatif yang lebih murah. Kamu langsung membayangkan tubuhmu saat dibakar menjadi abu.

Pikiran tentang tubuhmu yang terbakar memicu serangan panik pertamamu. Sembilan belas Maret sama dengan sepuluh hari dari sekarang, memikirkan hal itu saja sudah membuatmu ketakutan. Tubuhmu–yang telah membawamu melewati setiap momen yang kamu lakukan akan segera tak bernyawa dan dibuang dalam hitungan hari. Dibakar atau dikubur, kamu tidak akan pernah tahu pasti.

Secara tiba-tiba kamu merasa sangat sulit untuk bernafas, dan dadamu terasa sesak sampai membuatmu berfikir apakah ini tanda-tanda kamu akan mengalami serangan jantung. Beruntung kamu berada di rumah untuk saat ini, duduk diatas ranjang bersandar pada headboard. Jadi tidak ada seseorang pun yang akan mencurigai keadaanmu saat ini. Namun sepertinya kamu salah, karena saat ini teman baikmu—Yeri sedang berada di rumahmu. Tepatnya ia sedang berjalan menuju ke dalam kamarmu.

“Yuhuu! Y/N ku sayang~”

Kamu terkejut saat mendengar suara Yeri itu. Tak kamu sangka Yeri benar-benar akan mengunjungimu ke rumah. Padahal kemarin sudah kamu bilang kalau ia tidak perlu repot-repot datang mengunjungimu. Tapi temanmu itu sepertinya terlalu keras kepala untuk dibilangin.

“Kok sepi sih? Y/N kamu dimana?”

Namun belum sempat kamu membalas pertanyaan Yeri, kamu merasa sesuatu merasukimu. Seperti gelombang ketenangan mengalir ke dalam kamar mu lalu menghantam mu. Suara Yeri mulai terdengar samar-samar di telingamu, derat langkahnya pun terdengar samar juga. Tubuhmu terasa seperti kertas yang tak berbobot, serasa semua beban yang selama ini kamu pikul telah diangkat oleh seseorang. Sampai akhirnya, semua terlihat gelap bagimu. Dan suara teriakan Yeri yang begitu lantang adalah hal terakhir yang dapat kamu dengar.

“Astaga! Y/N!”

Yeri berlari menghampiri tubuhmu yang sudah tak sadarkan diri diatas ranjang. Ia mengguncang tubuhmu, menepuk bahu dan pipimu, berusaha membangunkan mu. Namun nihil, kamu tak kunjung membuka mata. Yeri dilanda khawatir dan panik, ia bergegas mencari bantuan tetapi ia teringat jika tetanggamu disini jika disiang bolong begini sedang sibuk-sibuknya. Hingga pada akhirnya, ia menelfon Jihoon teman satu tempat kerja dengannya dan kamu.

“Cepat angkat telfonnya Jihoon!” Guman Yeri sambil merangkulmu. “Halo?!”

Oh, ne. Yeri-ah?

“Ya! Eodiga?!”

Di... Kantin sedang istirahat. Ada apa?

“Cepat ke rumah Y/N sekarang!”

Wae?

“Aish. Ppalli! Dia pingsan saat aku baru datang di rumahnya.”

Jamkkan. Aku kesana sekarang!”

Yeri pun menutup panggilan telefonnya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Perlahan ia mengubah posisimu dari yang duduk bersandar ke posisi yang lebih nyaman. Yeri yang melihat beberapa barang tergeletak berserakan di ranjang kamarmu kemudian berinisiatif untuk memberesi sambil menunggu kedatangan Jihoon. Namun sesuatu menghentikan inisiatif Yeri untuk memberesi barang-barangmu. Yaitu laptopmu yang masih menyala dan menunjukkan situs pemakaman.

DEMON (TAEYONG) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang